Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dampak Perang Israel-Iran terhadap Ekonomi Indonesia

Media Indonesia
17/6/2025 15:58
Dampak Perang Israel-Iran terhadap Ekonomi Indonesia
Pengendara mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax ke tangki sepeda motor di SPBU Pertamina, Jakarta, Jumat (7/3/2025).(MI/Usman Iskandar)

SERANGAN hari pertama Israel terhadap Iran telah menaikkan harga minyak dunia yang signifikan. Pada Jumat 13 Juni 2025, harga minyak mentah Brent meroket hingga 13 persen menjadi US$78,50 per barel, kenaikan tertinggi sejak Januari 2025. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai bahwa perang Israel dan Iran dampaknya kecil terhadap perekonomian Indonesia. Airlangga meyakini bahwa konflik Israel-Iran tidak berdampak signifikan terhadap sejumlah indikator ekonomi, seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. 

Sebagai net-importer, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap perekonmomian Indonesia. Kalau eskalasi konflik Israel-Iran meluas, tidak bisa dihindari harga minyak dunia akan melambung, bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas US$100 per barel. Bahkan, JP Morgan memperkirakan harga minyak dunia bisa melonjak hingga US$130 per barel jika eskalasi perang meluas hingga Iran menutup Selat Hormuz yang menjadi lalu lintas pengangkutan minyak dunia. 

"Dalam kondisi tersebut, pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri. Kalau harga BBM subsidi tidak dinaikkan, beban APBN akan membengkak," ujar pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, dalam keterangan tertulis, Selasa (17/6). 

Di samping itu, penaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM. Ujung-ujungnya makin memperlemah kurs rupiah terhadap dolar AS yang sempat menembus 17.000. Kalau harga BBM subsidi dinaikan, sudah pasti akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam kondisi ketidakpastian, imbuh Fahmy, pemerintah jangan memberikan PHP (pemberian harapan palsu) kepada rakyat yang dengan santai mengatakan bahwa perang Iran-Israel tidak mengganggu perekonomian Indonesia. Pemerintah sebaiknya bersikap realistis dengan mengantisipasi penetapan harga BBM subsidi berdasarkan indikator terukur. 

Kalau harga minyak dunia masih di bawah US$100 per barel, harga BBM subsidi tidak perlu dinaikkan. Namun, kalau harga minyak dunia mencapai di atas US$100 per barel, pemerintah tidak punya pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM subsidi agar beban APBN untuk subsidi tidak memberatkan. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya