Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
MASUKNYA banyak investor asing di Indonesia, disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Sebagai salah satu negara berkembang dengan potensi ekonomi yang besar saat ini, salah satu tujuan investasi asing di Indonesia adalah mendukung pertumbuhan ekonomi yang saat inimasih dalam tahap pemulihan pasca pandemi COVID-19.
Salah satu aspek yang menjadi peranan penting dari pertumbuhan ekonomi saat ini adalah masuknya investasi langsung atau yang disebut dengan Foreign Direct Investment (FDI). Salah satu negara asing yang menjadi investor di Indonesia adalah Korea Selatan. Menjadi investor ke7 terbesar di Indonesia di tahun 2024, sejak lama Korea Selatan juga telah melebarkan sayap di industri perbankan Indonesia dengan cara melakukan penggabungan dan akuisisi (M&A) dengan perbankan lokal di Indonesia.
Saat ini persaingan industri perbankan di Indonesia semakin ketat dengan hadirnya sejumlah bank asal Korea Selatan yang terus memperluas bisnisnya di pasar domestik. Beberapa nama yang saat ini aktif beroperasi di Indonesia di antaranya Bank Woori Saudara (BWS), Hana Bank Indonesia (Hana Bank), IBK Bank Indonesia (IBK), Bank Shinhan Indonesia (Shinhan), Bank KB Indonesia, dan Bank OK Indonesia.
Bank-bank tersebut hadir dengan segmentasi pasar dan strategi bisnis yang beragam, yaitu pengembangan dalam sektor korporasi dan retail, pembiayaan konsumer serta melakukan transformasi pada layanan ritel dan digital banking. Di antara jajaran bank-bank Korea tersebut, BWS memiliki posisi tersendiri. BWS tercatat sebagai bank Korea tertua yang ada di Indonesia.
BWS merupakan Bank hasil merger antara Bank Himpunan Saudara dan Bank Woori Indonesia pada tahun 2014. Seperti diketahui, Bank Himpunan Saudara telah berkiprah di industri perekonomian nasional Indonesia sejak tahun 1906 dengan nama Himpoenan Saudara.
Selain itu tak kalah berbeda, Bank Woori Indonesia yang saat itu hadir sebagai representative dari Woori Bank Korea, meramaikan industri Perbankan di Indonesia sejak tahun 1995 dengan nama awal PT Bank Korea Commercial Surya (BKCS).
BWS juga merupakan salah satu Bank hasil M&A yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten SDRA. Tak hanya itu, Bank Woori Saudara menjadi Bank di Indonesia yang berhasil mempertahankan predikat “Sangat Baik” selama 30 tahun berturut-turut*.
Menariknya, Woori Bank Korea sebagai Perusahaan induk dari BWS, saat ini menempati posisi peringkat Top 4 bank terbesar di Korea Selatan. Berdasarkan laporan keuangan Woori Bank, di tahun 2024 Woori Bank berhasil membukukan laba senilai 516 Milliar Korean Won** atau sekitar 6 Triliun Rupiah (kurs : Rp 11,22). Dengan total asset yang dimiliki sebesar 486 Triliun Korean Won** atau sekitar 4,67 Kuadriliun Rupiah (kurs : Rp 11,22).
Sedangkan Woori Financial Group, salah satu grup keuangan terbesar di Korea Selatan dengan asset 525 Triliun Korean Won** atau sekitar 5,90 Kuadriliun Rupiah (kurs : 11,22) yang menaungi Woori Bank, memiliki jaringan internasional yang luas di lebih dari 20 negara.
Woori Financial Group ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar prioritas di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), seiring dengan meningkatnya potensi ekonomi digital dan sektor perbankan ritel di Indonesia. Selain mendukung ekspansi layanan tradisional, Woori Financial Group juga aktif mendorong pengembangan layanan digital banking dan pembayaran lintas negara melalui anak-anak usahanya di Asia.
Dengan strategi yang beragam, masing-masing institusi berusaha untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk memperkuat eksistensi dan jaringan bisnisnya di pasar domestik. Bank Woori Saudara, dengan dukungan grup induk yang kuat serta kinerja keuangan yang stabil, diproyeksikan tetap menjadi salah satu bank hasil M&A antara Indonesia dan Korea Selatan yang memiliki kontribusi signifikan di Indonesia di tengah persaingan yang semakin kompetitif. (Adv)
Merujuk data Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek SMIL pada Mei, investor pemegang saham SMIL naik hingga 3.217 menjadi 9.027 investor dari bulan sebelumnya hanya 5.810 investor.
KINERJA pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan atau pada Senin-Jumat, 16–20 Juni 2025 menunjukkan tren pelemahan.
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA mencapai Rp100,85 triliun, dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp2,86 triliun.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin 16 Juni 2025, dibuka menguat 10,61 poin atau 0,15% ke posisi 7.176,68.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa per Mei 2025, jumlah investor saham di Indonesia telah mencapai rekor tertinggi, yakni 7.001.268 SID.
BNI mengumumkan rencana penerbitan obligasi berlandaskan keberlanjutan (Sustainability Bond) Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025, dengan nilai maksimal Rp5 triliun.
Buku panduan tata kelola yang diterbitkan OJK mengusung prinsip-prinsip dasar kecerdasan artifisial yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Fundamen perbankan Indonesia secara umum masih cukup solid, namun fluktuasi harga saham perbankan banyak disebabkan oleh persepsi investor.
Kerja sama ini meliputi kolaborasi pelanggan digital, peningkatan aktivitas transaksional, pengelolaan dana lembaga dan ritel, kredit lembaga maupun ritel.
Bank Mandiri menempati peringkat ke-105 dari 500 perusahaan terbaik di kawasan Asia Pasifik, teratas dalam kategori Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) IV asal Indonesia.
Secara umum risiko kredit perbankan masih tetap terjaga yang ditunjukkan melalui rasio non-performing loan (NPL) di kisaran 2% pada 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved