Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MANTAN Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin mengungkapkan, kontribusi ratusan korporasi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya sebesar 28%. Angka ini lebih rendah dibandingkan negara-negara maju lain, seperti Singapura. Hingga saat ini, UMKM masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB nasional dengan 62%.
Ia menyampaikan tiga perusahaan besar asal Singapura yang masuk Fortune Global 500 atau 500 perusahaan top dunia, memberikan sumbangsih ekonomi ke negara tersebut hingga 85%. Lalu, 100 perusahaan Amerika Serikat yang masuk Fortune Global 500
memberikan kontribusi 40% PDB ke Negara Paman Sam.
Kemudian, 18 perusahaan besar Korea Selatan punya andil 66% terhadap pertumbuhan PDB negara tersebut. Sementara, di Indonesia hanya satu perusahaan yang masuk Fortune Global 500, yaitu Pertamina.
"Tapi, kalau saya asumsikan seratus perusahaan terbesar di Indonesia itu hanya berkontribusi 28% terhadap PDB. Ternyata ekonomi Indonesia masih dikendalikan oleh UMKM," ujarnya dalam peluncuran buku terbarunya berjudul Sumber Daya Korporasi di Jakarta, Rabu (26/2).
Bobby menilai akan sulit bagi Indonesia untuk meningkat pertumbuhan ekonomi bila terus ditopang oleh UMKM. Oleh karena itu, peran industri atau korporasi amat dibutuhkan untuk menggenjot ekonomi dalam negeri.
Ia menambahkan, jika dibandingkan secara apple to apple atau setara, korporasi besar di Indonesia seharusnya dapat memberikan kontribusi ke ekonomi sekitar 40%. Sama seperti di Amerika Serikat. Hal ini, lanjut Bobby, karena dari proporsi penduduk atau sumber daya manusia (SDM) Amerika Serikat dan Indonesia tidak jauh berbeda.
"Sehingga, seharusnya korporasi yang ada di Indonesia itu berkontribusinya bukan 28%, tapi bisa 40%. Hal ini penting untuk pertumbuhan ekonomi kita ke depannya," ucapnya.
Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria berpandangan ada tiga instrumen penting bagi negara untuk mendongkrak ekonomi. Yakni, mengoptimalkan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya korporasi.
Mengenai sumber daya manusia, Nezar menyebut Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital hingga 2030 untuk menguasai teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan atau AI.
"Saat ini, kita punya program besar bagaimana sumber daya manusia kita ini, terutama yang muda, bisa masuk ke dalam satu ekosistem global berkaitan teknologi baru. Seperti AI, cloud computing dan lainnya," pungkasnya. (H-3)
EKONOM senior Universitas Paramedina, Wijayanto Samirin menyatakan bahwa standar garis kemiskinan (GK) Badan Pusat Statistik saat ini sudah tidak realistis.
PM Mark Carney mengatakan Kanada akan meningkatkan belanja pertahanannya untuk mencapai target NATO sebesar 2% dari PDB.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,7% pada 2025, dan naik tipis menjadi 4,8% pada 2026.
Amalia juga menggarisbawahi pada Triwulan I-2025, subsektor tanaman perkebunan menyumbang sekitar sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian secara luas.
PERTUMBUHAN konsumsi pemerintah pada triwulan I 2025 tercatat tumbuh -1,38% secara tahunan (year on year/yoy) dan memiliki distribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,88%.
PEMERINTAH optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai target dengan mengandalkan kekuatan ekonomi domestik di tengah kegaduhan perekonomian global.
UTANG pemerintah makin mencemaskan. Pada awal 2025 ini, total utang pemerintah pusat membengkak menjadi Rp8.909,14 triliun. Angka itu setara dengan 40,2% produk domestik bruto (PDB).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved