Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
KONTRIBUSI sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) dapat melampaui 5%. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 yang menargetkan peningkatan nilai devisa pariwisata sebesar US$22,10 miliar dan kontribusi pariwisata terhadap PDB naik menjadi 4,6%.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda meyakini target tersebut bisa tercapai. "Pariwisata itu luas mencakup transportasi, akomodasi, dan atraksi. Jika semua digabungkan, mungkin kontribusinya bisa lebih dari 5% atau sekitar Rp1.044 triliun (PDB 2023 sekitar Rp20.892 triliun),"
kata Huda dalam keterangannya, Selasa (29/10).
Menurutnya, yang terpenting ialah dampak positif bagi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan. Salah satunya dengan pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan dan memperhatikan kearifan lokal, seperti memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Selain itu, perbaikan regulasi juga perlu dilakukan. Contohnya, terkait aktivitas online travel agent (OTA) asing yang kerap membebankan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak komisi kepada hotel.
Akan tetapi, dia menekankan orang yang membuat regulasi harus yang memahami seluk-beluk pariwisata. "Itu harus diatur ulang, siapa sih yang memungut, siapa yang dipungut, dan siapa yang membayar ke pemerintah. Itu harus clear terlebih dahulu oleh pemerintah," ujar dia.
Menyambung hal itu, pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru menyebut masih banyak OTA yang beroperasi tanpa mematuhi aturan lokal, seperti tidak memiliki badan usaha tetap (BUT) dan tidak dikenakan pajak. Kondisi ini menciptakan ketidakadilan di pasar lantaran pelaku usaha lokal menanggung beban pajak.
Chusmeru menganggap isu ini perlu menjadi prioritas dalam program 100 hari kerja Menteri Pariwisata Widiyanti Putri, yang tidak hanya akan melindungi pelaku usaha lokal tetapi juga menciptakan iklim usaha yang lebih adil. Ia juga menyoroti anggaran lebih optimal untuk promosi pariwisata yang selama ini lemah karena keterbatasan anggaran.
Selain itu, pemerintah diharapkan fokus pada pariwisata berkualitas dan regeneratif. Ini tidak hanya mengejar jumlah kunjungan tetapi juga kualitas wisatawan yang berdampak positif bagi ekonomi lokal. "Pariwisata harus menjadi bagian dari peradaban yang membawa kemakmuran bagi rakyat," tuturnya. (Ant/Z-2)
Konsumsi rumah tangga merupakan mesin utama penggerak ekonomi Indonesia. Namun, pada awal 2025, trennya menunjukkan perlambatan.
BRI memproyeksikan bahwa monetisasi emas melalui pendirian bank emas atau bullion bank dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto hingga Rp245 triliun
Seruan hidup hemat (hidup hemat) oleh warganet berpotensi besar memperlambat laju perekonomian. Itu karena konsumsi masyarakat merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi
PEMERINTAH di bawah Presiden Prabowo Subianto dinilai telah memiliki modal kuat untuk merengkuh ambisi pertumbuhan ekonomi tinggi. Sejumlah program dan misi dari Kepala Negara
Koperasi berhasil melampaui target yang ditetapkan terhadap pertumbuhan domestik bruto (PDB) yakni melampaui di atas 6,2%
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengungkapkan pemanfaatan pusat logistik berikat (PLB) dan kawasan berikat semakin terbukti memberikan dampak nyata bagi industri nasional.
Menurut Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia, teknologi ini berpotensi menyumbang hingga US$366 miliar atau setara dengan Rp574,8 miliar terhadap PDB nasional pada 2030.
Presiden Prabowo Subianto dalam pidato RAPBN 2026 mengasumsikan perkiraan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mencapai Rp16.500 pada tahun 2026
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 5 Agustus 2025, dibuka menguat sebesar 31 poin atau 0,19% menjadi Rp16.370 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.401 per dolar AS.
LOGISTIK adalah nadi perekonomian yang menggerakkan perdagangan, menyambungkan daerah, dan memastikan roda industri terus berputar. Namun di Indonesia,
Keterbukaan terhadap ide dan kolaborasi lintas sektor merupakan kunci dalam mewujudkan visi Indonesia menuju 2045.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved