Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) berkomitmen mendukung peningkatan produksi pangan dalam negeri. Salah satu inisiatifnya adalah membantu kelompok tani di Banyuasin, Palembang, Sumatra Selatan, mengolah lahan rawa yang sebelumnya tidak produktif.
Ketua Poktan Karya Bersama di Desa Sungai Rebo, Banyuasin I, Anwar, menyatakan petani di daerahnya telah mendapat pendampingan dari WPI sejak 2023. Dengan program itu, lahan rawa yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan kini telah diolah menjadi lahan pertanian.
"Lahan rawa ini milik desa, siapa pun dapat memanfaatkannya jika bersedia mengolah," kata Anwar dikutip dari keterangan tertulis, Senin (7/10).
Baca juga : Kementan Gandeng TNI untuk Optimalkan Lahan Rawa
Sebelum adanya pendampingan, Anwar mengungkapkan petani mengalami kesulitan mengolah lahan rawa yang luasnya mencapai ratusan hektare. Tingginya kandungan zat asam menjadi faktor utama.
"Dengan pendampingan WPI, poktan mendapatkan bantuan berupa pupuk hitam (rock phosphate), benih unggul, dan pestisida, yang memungkinkan lahan tersebut menjadi lebih subur," jelasnya.
Saat ini, kelompok tani telah berhasil mengolah 20 hektare lahan rawa menjadi lahan pertanian padi, meskipun produktivitasawalnya masih di kisaran 2-3 ton per hektare.
Baca juga : Kementan Ajak Petani Muda Berpartisipasi di YAA Lahan Rawa 2024
"Kami berharap luas lahan yang diolah bisa terus bertambah, tahun ini bisa mencapai 100 ha," imbuh Anwar.
Sementara itu, anggota Kelompok Kemitraan Pematang Palas, Banyuasin I, M Amin Febriansyah mengatakan, kemitraan dengan WPI telah membantu meningkatkan produktivitas lahan mereka.
"Dengan teknik baru, kami berhasil meningkatkan hasil panen menjadi 4-5 ton per hektare Sebelumnya, maksimal hasilnya hanya 2-3 ton per hektare,” paparnya.
Baca juga : Kementan Lakukan Percepatan Tanam Padi di Kabupaten Bogor
Dia berharap, selain meningkatkan produktivitas lahan padi yang sudah ada, dengan kemitraan, petani dapat mengolah lahan rawa yang masih belum produktif menjadi lahan pangan. Kerjasama dengan perusahaan juga diharapkan dapat terus berlanjut demi kesejahteraan petani dan peningkatan produksi pangan di daerahnya.
Di sisi lain, Rice Business Head PT WPI, Saronto menjelaskan, optimasi lahan tidak produktif bertujuan untuk mendukung peningkatan produksi pangan melalui lahan yang sudah ada. Hal tersebur sesuai dengan arahan pemerintah dalam mendukung produksi pangan nasional. Selain di Palembang, pihaknya juga telah mendampingi optimasi lahan tidak produktif lainnya di Sidoarjo dan Mojokerto, Jawa Timur.
“Optimasi lahan tidakproduktif dapat menjadi salah satu jawaban dalammeningkatkan produksi pangan di tengah terbatasnya lahanpangan,” beber Saronto.
Dia menambahkan, optimasi lahan tidak produktif tersebut juga dapat melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah desa, petani, perusahaan, dan akadamisi, agar upaya tersebut dapat lebih mudah tercapai mengingat permasalahan yang dihadapi masih kompleks. (Z-11)
Kementan gencarkan program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria), ini salah satu upaya demi mendukung pelaksanaan kegiatan Optimalisasi Lahan Rawa, Pompanisasi Lahan
SEBAGIAN besar petani lahan rawa di Provinsi Kalsel mengalami gagal tanam, menyusul kondisi lahan rawa yang mengalami banjir dan tak kunjung surut.
Pertanian lahan rawa di Kalimantan Selatan belum pulih setelah cuaca buruk dan banjir pada 2021.Kini nasib para petaninya terancam.
Lahan rawa yang cukup luas sangat menjanjikan untuk investasi di sektor pertanian secara luas dan peternakan, khususnya kerbau rawa.
Rawa yang surut membuat petani bisa bercocok tanam padi dan palawija.
Mentan Amran menegaskan lahannya sudah siap plus lahan yang akan dioptimasi dengan indeks pertanaman (IP) seluas lebih 100 ribu hektare.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berkomitmen terus membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pangan lokal.
Pengaruh El-Nino membuat masa panen di Kabupaten Kuningan yang seharusnya dilakukan Maret mundur sebulan.
Pemerintah daerah perlu turun tangan. Salah satunya berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menginventarisasi lulusan sekolah yang belum mendapatkan pekerjaan.
Dengan inovasi benih, tidak ada alasan salah satu tanaman pangan tidak bisa ditanam di satu daerah karena kondisi geografisnya.
Pada gelaran itu disiapkan berbagai komoditas seperti beras, telur ayam, dan cabai merah. Harganya lebih murah dibanding di pasaran.
Keterbatasan lahan sejatinya tidak harus jadi kendala bagi Kota Sukabumi bisa meningkatkan produksi pangan lokal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved