Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

​​​​​​​Pemerintah Didorong Lakukan Belanja Efisien dan Efektif

M Ilham Ramadhan Avisena
24/9/2024 18:42
​​​​​​​Pemerintah Didorong Lakukan Belanja Efisien dan Efektif
Ilustrasi: uang tunai rupiah(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

 

PEMERINTAH didorong untuk bisa melakukan belanja yang lebih efisien dan efektif guna menjaga postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini. Belanja negara yang dirasa tak produktif dan tak memberikan dampak berganda pada perekonomian disarankan untuk dialihkan.

Baca juga : Pengamat: Defisit Rendah Jangan Jadi Disinsentif bagi Perekonomian

“Itu dapat dilakukan di antaranya dengan peningkatan efisiensi pengeluaran melalui evaluasi anggaran program-program yang kurang produktif atau tidak memberi dampak besar pada pertumbuhan ekonomi,” ujar Manager Riset di Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Badiul Hadi kepada Media Indonesia, Selasa (24/9).

Dia khawatir, belanja yang dikelola dengan baik dapat mendorong pelebaran defisit anggaran, bahkan lebih besar dari yang telah ditetapkan, yakni 2,7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu pun sedianya merupakan revisi dari angka awal sebesar 2,29% PDB yang disepakati pemerintah dan DPR pada tengah tahun ini.

Karenanya, pengendalian belanja perlu dilakukan oleh pemerintah. Badiul mendorong pengambil kebijakan untuk memperbesar belanja-belanja modal yang memberikan efek berganda tinggi pada perekonomian. Belanja itu utamanya ditujukan ke sektor-sektor yang dapat menciptakan pertumbuhan secara berkelanjutan.

Baca juga : Serapan Belanja Rendah Menahun, tak Sehat untuk Perekonomian

“Seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan termasuk sektor pertanian dan manufaktur,” kata dia.

Secara paralel, pemerintah juga diharapkan bisa memperbaiki kinerja belanja sosial seperti subsidi, bantuan langsung tunai dan program perlindungan sosial lainnya yang masih belum tepat sasaran. Sebab, belanja yang mestinya dimanfaatkan oleh masyarakat miskin itu justru kerap dinikmati oleh kelompok mampu.

Dalam konteks itu, perbaikan data penerima manfaat serta sistem penyaluran yang transparan diperlukan. Digitalisasi pengeluaran pemerintah guna memantau kinerja belanja sosial itu dinilai juga bisa mengurangi inefisiensi biaya.

Selain memperbaiki kinerja belanja, pemerintah juga didorong untuk mengoptimalisasi kinerja pendapatan. “Optimalisasi PNBP, mislanya, dari sektor pertambangan, kehutanan, dan perikanan. penerapan regulasi yang lebih tegas terkait penerimaan migas pendukung peningkatan penerimaan di sektor energi. Memperkuat investasi masuk ke Indonesia untuk mendorong pendapatan dan penciptaan lapangan pekerjaan juga diperlukan,” kata Badiul.

“Untuk menjaga stabilitas fiskal, dua hal bisa diambil pemerintah, yaitu efisiensi pembiayaan, optimalisasi penerbitan surat utang dengan biaya utang yang terkendali. Dan kolaborasi dengan sektor swasta, misal, public-private partnership dalam pembangunan infrastruktur,” pungkas dia. (Mir/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya