Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PEMERINTAH berupaya untuk menarik investasi masuk ke sektor padat karya untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir penanaman modal yang masuk banyak menyasar sektor yang bersifat padat modal atau padat teknologi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, dalam beberapa waktu terakhir investasi yang masuk membanjiri sektor industri besi dan baja maupun mineral dan batu bara. Sektor-sektor itu tak membutuhkan banyak tenaga kerja lantaran operasionalisasinya banyak menggunakan teknologi.
“Investasi yang terakhir kan kita lihat semuanya di industri baja. Baja itu industri yang capital intensive, ya jadi harus dibarengi dengan investasi yang labor intensive,” ujarnya kepada pewarta saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (29/7).
Baca juga : Airlangga Akui Investasi di Indonesia belum Inklusif
Airlangga mengatakan, pemerintah tengah menyiapkan industri semikonduktor untuk menarik investasi masuk ke Tanah Air. Sektor tersebut menurutnya dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak ketimbang sektor yang belakangan diminati oleh investor.
“Salah satu labor intensive kan terkait dengan di semikonduktor tapi di fase terakhir, testing dan pabrikasi. Nah ini yang terus lagi kita dorong,” jelasnya.
Sembari mempersiapkan diri untuk menerima investasi masuk di sektor tersebut, lanjut Airlangga, pemerintah juga mendorong penyiapan sumber daya manusia (SDM) agar bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri terkait.
Baca juga : Airlangga: Pemerintah Tetap Andalkan Modal Asing untuk Ekonomi Indonesia
Salah satu yang ditempuh ialah melalui pendidikan vokasi. Pemerintah disebut telah menyiapkan politeknik untuk mendukung kesiapan SDM itu melalui Politeknik Industri Logam Morowali dan Politeknik Industri Petrokimia Banten. “Jadi itu yang diperlukan dan dilakukan, membangun politeknik-politeknik,” tutur Airlangga.
Penjelasan Airlangga tersebut berkaitan dengan rilis realisasi investasi yang disampaikan oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Tercatat pada semester I 2024 investasi yang masuk ke Indonesia telah mencapai Rp829,2 triliun, 50,3% dari target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo sebesar Rp1.650 triliun di 2024.
Realisasi investasi di paruh pertama 2024 itu tercatat tumbuh 22,3% dari realisasi penanaman modal di periode yang sama tahun lalu. Kendati investasi terbilang deras, penyerapan tenaga kerja terbilang stagnan, yakni tercatat 1,22 juta orang.
Kemampuan serapan tenaga kerja itu boleh dibilang mengalami penyusutan. Merujuk data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam 9 tahun terakhir terjadi penyusutan tenaga kerja hingga seperempat dari posisi awal di 2013.
Per 2013, misalnya, setiap Rp1 triliun investasi yang masuk mampu menyerap tenaga kerja hingga 4.594 orang. Sementara pada 2022, setiap Rp1 triliun investasi yang masuk hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.081 orang. (Mir/Z-7)
HINGGA akhir April 2025, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan jumlah investor saham di pasar modal hampir menyentuh angka 6,9 juta investor.
investasi yang gagal masuk ke Indonesia senilai Rp1.500 triliun pada 2024. Itu disebabkan antara lain oleh permasalahan pelayanan perizinan, kemudahan berusaha, hingga daya saing.
Investor reksa dana mencatatkan pertumbuhan hingga Mei 2025 menjadi 15,6 juta, naik hampir 30% daripada periode sama 2024 sebesar 12,1 juta investor,
KEK Industropolis Batang menutup semester pertama 2025 dengan membukukan nilai investasi sebesar Rp1,1 triliun. Angka itu diperoleh dari masuknya dua tenant strategis.
Survei YouGov di Indonesia tentang resolusi tahun baru 2025 mengungkapkan 74% responden ingin mengelola keuangan dengan lebih baik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 memicu kekhawatiran serius di kalangan legislatif dan pelaku ekonomi nasional.
PEMERINTAH berupaya mendorong penguatan sektor industri padat karya sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi dan ketenagakerjaan.
Industri padat karya merupakan sektor kunci dalam penyerapan tenaga kerja dan penopang perekonomian nasional. Sayangnya, sektor tersebut kini kurang mendapat perhatian.
Tanpa pembatasan kuota, produsen asing dapat memasarkan barang mereka dengan lebih leluasa, sehingga perusahaan domestik menghadapi tekanan.
Pemerintah bakal memanggil pelaku usaha di sektor industri padat karya dalam waktu dekat. Itu dilakukan untuk membahas mengenai kondisi industri terkait.
Efisiensi anggaran terhadap sektor infrastruktur berpotensi memperlambat perekonomian nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved