Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PENAMBAHAN utang dengan skala jumbo dinilai akan berisiko pada kondisi keuangan negara. Terlebih jika berutang di tengah turunnya pendapatan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Menambah utang dengan kondisi penerimaan negara yang tidak berkelanjutan tentu sangat beresiko," ujar Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati kepada Media Indonesia, Sabtu (13/7).
Pendapatan Indonesia selama ini banyak ditopang oleh komoditas unggulan. Ketika harga komoditas-komoditas dalam negeri mengalami kenaikan di level internasional, maka pendapatan bakal menggunung melalui penerimaan pajak.
Baca juga : Penyalahgunaan Identitas Pelamar Pinjol Marak, DPR RI Minta OJK Bergerak
Sebaliknya, ketika harga-harga komoditas unggulan mengalami penurunan, maka pendapatan negara juga akan turun. Hal itu, menurut Anis, merupakan gambaran dari kondisi pendapatan yang tak berkelanjutan.
Kantung pendapatan negara juga berpotensi bakal kempis lantaran Bank Dunia memprediksi adanya potensi penurunan indeks harga komoditas dunia pada tahun 2024 menjadi 105,3 dan 2025 sebesar 101,6.
Indeks tersebut jauh di bawah indeks harga pada tahun 2022 yang bahkan mencapai 142,5 dan 2023 yang berada di angka 108. Bahkan, kata Anis, harga komoditas-komoditas mineral dan batu bara yang menjadi tumpuan ekspor dan penerimaan negara diprediksi akan mengalami penurunan yang drastis.
Baca juga : Formappi: Ruang Sidang DPR Sepi Potret Malasnya Anggota DPR Bekerja
Selain pendapatan yang tak berkelanjutan, tumpukan utang Indonesia juga disebut berada dalam posisi yang mengkhawatirkan. Per April 2024, misalnya, utang jatuh tempo yang mesti dibayar negara hingga 2030 mencapai Rp4.615,26 triliun.
"Ini baru utang jatuh tempo, belum kalau berbicara soal total utang," kata Anis.
Secara nalar, hal itu dinilai berbanding terbalik dengan pernyataan pemerintah yang menyatakan posisi utang saat ini berada dalam kondisi aman. "Klaim ini didasarkan pada rasio utang terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), yang tidak menggambarkan secara akurat kondisi penerimaan negara yang digunakan untuk membayar utang," jelas Anis.
Baca juga : Aspek Penting dalam Menyusun Model Keuangan Efektif
PDB, kata dia, hanya menggambarkan nilai tambah ekonomi secara nasional, bukan kemampuan membayar utang. Mestinya, profil risiko utang dapat dilihat dengan rasio yang lebih ideal, seperti Debt to Service Ratio (DSR).
DSR menggambarkan bagaimana utang dibandingkan dengan kemampuan devisa untuk membayar utang tersebut. Jika utang meningkat tanpa diikuti peningkatan ekspor dan penerimaan devisa lain, maka ketersediaan dolar untuk membayar utang akan semakin terbatas, yang pada akhirnya berdampak pada nilai tukar.
Rasio DSR yang aman adalah 20 persen. Namun sejak 2015, imbuh Anis, rasio DSR Indonesia konsisten di atas 24%. Dia tak menampik terjadi penurunan saat terjadi boom commodity pada 2020-2022, namun kondisi ini tidak berkelanjutan.
Baca juga : Ekonomi Global Menantang, Harita Nickel Catat Pendapatan Kuartal I Naik 26%
"Ini merupakan alarm nyata bagi kondisi fiskal dan perekonomian Indonesia," terangnya.
"Jadi, klaim pemerintah mengenai kondisi utang yang aman tidak tepat karena tidak melihat pada rasio yang lebih ideal, yaitu DSR, yang menunjukkan risiko yang lebih tinggi bagi perekonomian," pungkas Anis.
Penjelasannya tersebut berkaitan dengan berita yang menayangkan pernyataan Hashim Djojohadikusumo ihwal rencana presiden terpilih Prabowo Subianto menaikan rasio utang menjadi 50% terhadap PDB saat memerintah.
Dia mengatakan, penaikan rasio utang tersebut dilakukan untuk mendanai sejumlah program yang dianggap strategis. Sejalan dengan rasio yang dikerek naik, Hashim mengatakan presiden terpilih juga akan mengupayakan peningkatan rasio pajak. (Z-6)
Pendapatan yang didapatkan oleh sopir truk sangat rendah dan sudah tidak ada kernet yang mendampingi sopir jika melakukan trip. Indonesia tidak mendapatkan sopir-sopir truk yang berkualitas
Ia juga menyampaikan target perbaikan sistem penyaluran bantuan dalam empat bulan ke depan untuk memastikan tidak ada bantuan yang salah sasaran.
Daftar Fortune Southeast Asia 500 adalah pemeringkatan tahunan yang dirilis oleh Fortune, mencakup 500 perusahaan terbesar di Asia Tenggara berdasarkan pendapatan.
Pada Mei 2025, kondisi pendapatan konsumen tergerus. Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan atau utang justru mengalami peningkatan.
Seknas Fitra menyoroti laporan keuangan kuartal I 2025 PT Telkom Indonesia yang mengalami penurunan dari Rp37,4 triliun menjadi Rp36,6 triliun pada kuartal pertama 2025.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berhasil mencetak pendapatan sebesar US$954,59 juta atau sekitar Rp15,42 triliun pada 2024, berdasarkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit.
Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman menilai pencegahan terhadap saksi termasuk tindakan upaya paksa. Bahkan, tidak semestinya diberlakukan kepada seseorang yang belum menjadi tersangka.
Surat usulan pemakzulan terhadap Gibran telah dikirimkan Forum Purnawirawan TNI kepada MPR/DPR RI sejak bulan lalu.
WAKIL Ketua Badan Legislasi DPR RI Ahmad Doli Kurnia mengkritik Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah melampaui kewenangan konstitusional karena menetapkan pemisahan pemilu nasional dan lokal
Ketua Komisi II DPR itu mengatakan saat ini DPR juga belum menentukan sikap resmi. Soal putusan MK masih jadi topik diskusi antarfraksi.
KOMISI VI DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke salah satu sub Holding Perkebunan PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo.
duta besar (dubes) luar negeri Indonesia tidak boleh mengalami kekosongan sebab posisi dubes memiliki peran yang strategis bukan hanya sebagai simbol resmi representasi Indonesia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved