Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Biaya Logistik Perdagangan Indonesia Termahal di ASEAN

M. Ilham Ramadhan Avisena
25/6/2024 16:20
Biaya Logistik Perdagangan Indonesia Termahal di ASEAN
Buruh pelabuhan membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo berbendera Vietnam di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar.(Antara/Ampelsa)

BIAYA ekonomi tinggi merupakan masalah yang konsisten hadir di Indonesia bagi pelaku usaha. Indonesia tercatat sebagai negara dengan biaya logistik, biaya energi, biaya tenaga kerja, dan biaya pinjaman termahal di antara negara ASEAN 5.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan data pihaknya menunjukkan biaya logistik perdagangan Indonesia mencapai 23,5% dari PDB. Itu dinilai tidak efisien dan tidak kompetitif untuk perdagangan bila dibandingkan dengan beberapa negara seperti Malaysia yang hanya 13%, Singapura 8%, dan Tiongkok 16%.

"Ada pelemahan signifikan dalam performa logistik Indonesia, khususnya dari segi ketepatan waktu, kualitas layanan, tracking, dan efisiensi pelayanan internasional," kata Shinta dalam seminar nasional Kajian Tengah Tahun Indef bertajuk Presiden Baru, Persoalan Lama, Selasa (25/6).

Baca juga : Tingkatkan Layanan Logistik, PT Pelindo Solusi Logistik Terus Bangun Kemitraan 

Biaya dan waktu untuk melalukan ekspor Indonesia saat ini ialah US$211 dan 56 jam. Sementara rerata negara ASEAN 5 ialah US$279 dan 45 jam. Dus, dari sisi biaya, Indonesia relatif kompetitif, tetapi waktu pengurusan menjadi yang paling lama.

Kemudian biaya dan waktu impor Indonesia juga disebut kerap menjadi olok-olokan di ASEAN lantaran paling mahal dan lama. Tercatat biaya dan waktu untuk impor Indonesia ialah US$164 dan 106 jam, sementara rerata ASEAN 5 hanya US$104 dan 58 jam.

Adapun biaya pinjaman Indonesia juga menjadi paling tinggi di antara ASEAN 5, yakni berkisar 8% hingga 14%. Sementara rerata negara ASEAN 5 berkisar 4% hingga 6%. "Ini menjadi disinsentif bagi Indonesia untuk menjadi bagian global value chain dan regional value chain," tutur Shinta. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya