Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Warga Terdampak Bencana di Pekalongan Dipungut Biaya Menyeberangi Jembatan Darurat

Akhmad Safuan
12/2/2025 21:23
Warga Terdampak Bencana di Pekalongan Dipungut Biaya Menyeberangi Jembatan Darurat
Daftar biaya penyeberangan barang melalui jembatan darurat di Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan(MI/AKHMAD SAFUAN)

HEBOH, di tengah penderitaan warga Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan yang terisolasi akibat longsor dan banjir bandang, dipungut biaya mengangkut barang untuk melintasi jembatan darurat dengan tarif Rp5.000-Rp30.000 per item.

Pemantauan Media Indonesia Rabu (12/2) hingga saat ini setidaknya ada enam dusun di tiga desa di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan masih terisolasi karena jalan dan jembatan terputus akibat bencana longsor dan banjir bandang tang melanda kawasan tersebut pada pertengahan Januari lalu, sedangkan untuk membuka jalur sejak pagi sejumlah alat berat dikerahkan namun belum dapat membuka keterisolasian.

Selain itu untuk menembus daerah terisolasi tersebut agar dapat menjangkau ke daerah lain, sejunjah desa mengambil inisiatif dengan membyat jembatan darurat menggunakan tali sling agar dapat mengangkut logistik hingga kendaraan menuju dari satu dusun ke dusun lainnya, namun upaya tersebut dimanfaatkan sekelompok orang untuk mencari pendapatan dengan membebankan biaya penyeberangan.

"Tidak tanggung-tanggung, tarif untuk sekali menyeberangkan barang cukup mahal yakni satu karung Rp5.000 dan untuk kendaraan Ro30.000 per unit," kata Asih,30, warga  Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan.

Besarnya ongkos menyeberangkan barang milik warga, ungkap Yatim, warga lain di jembatan yang putus akibat diterjang banjir bandang di Dukuh Tembelan tersebut sangat dirasakan berat, namun warga tidak berdaya karena membutuhkan seperti mengangkut bahan makanan, obat-obatan maupun sarana transportasi. "Jembatan itu dikelola oleh sekelompok warga mengaku sebagai relawan," imbuhnya.

Jika tidak melintasi jembatan darurat itu, menurutnya, untuk menembus ke dukuh tersebut harus memutar cukup jauh sekitar tiga jam perjalanan, sehingga warga terpaksa merogoh kantong agar barang-barang diseberangkan melalui jembatan darurat dengan cara digantung dan ditarik menggunakan rali sling yang panjangnya sekitar 100 meter 

Kepala Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan Cahyono mengaku kaget adanya pungutan dan biaya penyeberangan di jembatan darurat tersebut, sehingga bersama Babinsa dan Babinkamtibmas mendatangi jembatan tersebut dan meminta agar penyeberangan barang warga tidak dipungut biaya.

"Saya langsung karang pungut biaya dan bubarkan kelompok relawan tersebut, kami sediakan alat bagi warga menyeberang, silahkan warga menyeberangi jembatan darurat dan tidak dipungut biaya apapun," ujar Cahyono.

Kepala Polsek Petungkriyono Iptu Eko Widiyanto mendengar adanya pungutan buaya menyeberang di jembatan darurat tersebut langsung  bergerak cepat ke lokasi untuk menemui warga dan relawan yang berada di Jembatan Tembelan dan menemukan adanya pungutan biaya penyeberangan yang dibebankan kepada warga yang Ahan menyeberangi sungai itu.

"Saya langsung minta pungutan itu dihentikan, meskipun awalnya mereka mengaku biaya dipungut tersebut sudah atas kesepakatan antara relawan dengan warga," kata Eko Widiyanto.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya