Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
EKONOM Bank Danamon Indonesia Irman Faiz memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan BI Rate di level 6,25% sepanjang 2024. Hal itu didasari pada perkembangan ekonomi yang terjadi di dalam dan luar negeri saat ini.
“Kami memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga kebijakannya sepanjang tahun ini,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (22/5).
Dia memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), baru akan menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) sebesar 25 basis poin pada Desember 2024 mendatang. Hal itu menurut Irman juga membuat BI memiliki ruang untuk mempertahankan tingkat BI Rate saat ini.
Baca juga : Analis: Inflasi di Bawah Ekspektasi Beri Ruang BI Pangkas Suku Bunga
Selain itu, dengan prakiraan tersebut, BI juga dianggap memiliki ruang untuk mengikuti siklus pemangkasan suku bunga di awal tahun 2025. Adapun prakiraan penurunan FFR terjadi karena sejumlah faktor.
Beberapa di antaranya, yakni, tingkat inflasi AS yang mulai menurun. Meredanya ketengangan di Timur yang telah menahan tren penguatan dolar AS juga akan memengaruhi kebijakan moneter The Fed. “Dinamika global tersebut telah meningkatkan kemungkinan penurunan FFR pada akhir tahun ini, yang diperkirakan akan menopang aliran modal ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia,” jelas Irman.
“Namun, ketidakpastian global, khususnya mengenai arah kebijakan The Fed, masih tinggi, terutama seiring dengan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan,” tambahnya.
Baca juga : Kenaikan BI Rate Sebagai Dampak Volatilitas Pasar
Sedangkan dari dalam negeri, lanjut Irman, momentum pertumbuhan tetap terjaga, dengan PDB tumbuh sebesar 5,11% pada triwulan I 2024, terutama didorong oleh konsumsi swasta selama bulan Ramadan dan pemilu, serta belanja pemerintah.
Kemudian Indikator-indikator sektor perbankan juga terus menunjukkan perbaikan. Pinjaman tumbuh sebesar 13.1% pada April 2024, disertai dengan likuiditas yang memadai dengan pertumbuhan simpanan sebesar 8.2%.
Selain itu, Per 21 Mei, BI melaporkan posisi Sekuritas Rupiah BI (SRBI) sebesar Rp508 triliun, naik dari Rp394 triliun pada 24 April. Kepemilikan asing di SRBI juga meningkat menjadi Rp143 triliun (28%) dari Rp72 triliun (18%) di bulan April.
Baca juga : The Fed Beri Sinyal Tahan Suku Bunga
Kemudian posisi Sekuritas Valuta Asing (SVBI) mencapai US$2,1 miliar, sementara posisi Sukuk Valuta Asing BI (SUVBI) tercatat US$257 juta. “Berdasarkan angka-angka ini, BI tetap berhati-hati mengenai risiko global terhadap stabilitas rupiah. Dengan melebarnya defisit transaksi berjalan menjadi 0,6% PDB pada 1Q24 dari 0,3% PDB pada triwulan IV 2023, perbedaan nilai tukar antara rupiah dan dolar AS perlu dinormalisasi,” tutur Irman.
“Perhitungan kami menunjukkan bahwa spread sebesar 100 bps akan cukup untuk menjaga stabilitas Rupiah, dengan asumsi defisit transaksi berjalan tahun ini melebar hingga 0,8% PDB,” pungkasnya.
(Z-9)
DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan penurunan suku bunga the Fed, merupakan kebijakan yang ditunggu oleh pelaku usaha global.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
LEMBAGA Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga acuan, BI Rate
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
Obligasi ini dijamin sepenuhnya, tanpa syarat, dan tidak dapat dibatalkan oleh CGIF selaku lembaga penjamin kredit dengan kekuatan finansial tingkat tertinggi (idAAA/stabil).
Duta Besar Australia untuk Indonesia Rod Brazier menyoroti pencapaian IA-CEPA dalam memperkuat hubungan antara Australia dan Indonesia.
FEBRUARI 2008, tatkala krisis finansial global masih berkecamuk, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengundang beberapa ekonom terkemuka.
SEGERA atasi tantangan struktural yang dihadapi perempuan agar mampu berperan aktif dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
SULIT menjadi Indonesia. Bukan lantaran tak punya sumber daya, melainkan karena harapan selalu membuncah melebihi kapasitas institusi yang mengelola.
Kedua sistem ini, QRIS dan Project Nexus, sejatinya bersifat komplementer, bukan saling menggantikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved