Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
DUNIA usaha memilih untuk legawa perihal keputusan Bank Indonesia menaikan BI Rate menjadi 6,25%. Sebab, kebijakan suku bunga acuan yang tinggi bakal menambah beban dunia usaha dan berpotensi mempersempit penciptaan lapangan kerja.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani dalam menanggapi keputusan BI menaikan BI Rate. Kendati memberatkan, keputusan bank sentral dipahami sebagai upaya bank sentral menahan dampak ketidakpastian ekonomi dunia ke dalam negeri.
"Kami melihat kenaikan suku bunga ini sebagai kebijakan yang diambil sebagai upaya pemerintah untuk menciptakan stabilitas nilai tukar secara lebih cepat, khususnya karena pelemahan nilai tukar yang terjadi dua minggu terakhir semakin mengkhawatirkan. Jadi kami berupaya mendukung kebijakan ini," ujarnya melalui keterangan tertulis, Rabu (24/4).
Baca juga : Potensi Penundaan Penurunan Suku Bunga The Fed, Tingkat BI Rate Diperkirakan Ditahan
Dunia usaha berharap setelah penaikan BI Rate nilai tukar rupiah bisa menjadi lebih stabil atau menguat dalam waktu dekat. Pebisnis juga berharap pemerintah dapat menjaga keterjangkauan terhadap pembiayaan biaya (affordability of financing cost).
Hal itu menurut Shinta dapat dilakukan dengan menjaga daya saing dan keterjangakuan suku bunga pinjaman usaha riil di dalam negeri. Pengambil kebijakan juga diminta untuk mendorong kelancaran arus pendanaan usaha kepada sektor riil, khususnya yang terkena dampak negatif signifikan dari kondisi geopolitik dan pelemahan nilai tukar saat ini.
"Itu agar industri-industri tersebut tetap dapat memiliki kinerja yang baik dan tidak semakin memburuk," kata Shinta.
Baca juga : Kenapa BI Memilih Tetapkan Suku Bunga Acuan Stabil? Ternyata Ini Alasannya
Dia turut menekankan agar kebijakan menaikan suku bunga acuan sebagai instrumen paling akhir yang diambil. Sebab saat ini suku bunga pinjaman riil di Tanah Air dinilai tidak bersaing dan kompetitif jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan.
Belum lagi, lanjut Shinta, Indonesia masih memiliki target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% pada tahun ini. Target itu dinilai sukar dicapai jika suku bunga acuan terlampau tinggi, sementara kondisi geopolitik turut menekan potensi investasi dan perluasan usaha.
"Jadi sedapat mungkin beban-beban penciptaan perluasan kinerja usaha, investasi, dan ekspor pada pelaku usaha dalam negeri harus ditingkatkan efisiensinya, bukan ditambah," pungkas dia. (Mir/Z-7)
DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan penurunan suku bunga the Fed, merupakan kebijakan yang ditunggu oleh pelaku usaha global.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
LEMBAGA Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga acuan, BI Rate
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved