Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
EKONOM Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Ryan Kiryanto menilai keputusan BI menahan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate merupakan sudah tepat dan sudah diperkirakan pasar.
Sebuah keputusan yang preemptive sekaligus antisipatif terutama untuk memperkuat stance BI yang pro-stability, guna mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah utamanya terhadap dolar AS.
"Secara umum memang situasi dan kondisinya belum mendukung untuk penurunan BI Rate," kata Ryan, Rabu (21/2).
Baca juga : BI Rate Kembali Ditahan di Angka 6%, Untuk Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Situasi yang kurang mendukung lebih berasal dari global seperti, tensi geopolitik yang meningkat di Jalur Gaza dan Laut Merah, yang berpotensi mengganggu distribusi minyak dunia. Sehingga memicu harga minyak dunia naik dan bisa tembus 90 USD per barel dan bisa mendorong kenaikan inflasi global.
"Pada pada gilirannya akan membuat perbankan sentral negara-negara maju untuk cenderung menahan suku bunga acuan. Apalagi di pasar uang domestik terpantau pergerakan volatilitas rupiah terhadap dolar AS masih cukup tinggi," kata Ryan.
Dari domestik, mendekati bulan Ramadan, biasanya inflasi bulanan akan naik karena meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat, terutama dari kelompok bahan pangan/ sembako, transportasi dan telekomunikasi).
Baca juga : BI: Instrumen Penguatan Rupiah Terus Dioptimalkan
"Situasi politik dalam negeri yang agak menghangat akhir-akhir ini juga perlu dipertimbangkan dengan baik sehingga menahan BI Rate tetap 6% adalah tepat dan rasional," kata Ryan.
Pilihan prioritas kebijakan moneter BI untuk tetap pro-stability sudah on the track untuk jangka pendek ke depan ini, seraya BI tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial yang pro-growth.
"Sehingga stance kebijakan yang stability over growth terlihat nyata untuk dipedomani seluruh pelaku ekonomi, keuangan, bisnis dan investasi. Setidaknya sektor perbankan masih akan status quo dalam bersikap terkait penetapan suku bunga simpanan dan kredit," kata Ryan. (Z-10)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian nasional. Ini dilakukan perseroan melalui pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Penutupan sebagian pemerintah AS (shutdown) selama lima pekan, merusak kinerja ekonomi domestik pada kuartal I 2019. Namun, dampak gangguan diprediksi akan segera pulih.
Suku bunga saat ini "sesuai", kata Powell dalam sebuah wawancara luas, acara berita selama 60 menit di CBS tv.
Tingkat pinjaman kepada perbankan umum akan dipangkas 35 basis poin (bps) menjadi 5,40%. Penurunan itu menjadi level terendah sejak 2010.
Inflasi di negara ekonomi terbesar ketiga dunia itu naik 4% secara tahun ke tahun (YoY), kenaikan paling tajam sejak 1981.
BANK of England telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak akhir 2008, pasalnya mereka terus memerangi inflasi yang sangat tinggi di Inggris.
MESKI terjadi deflasi 0,08% pada November 2015 ini, Bank Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda bakal menurunkan suku bunga acuan (BI rate).
Pemerintah dan Bank Indonesia selalu berusaha menciptakan situasi yang kondusif agar ekonomi bisa efisien, inflasi turun, dan bunga menjadi rendah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved