Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Perang Iran Israel Timbulkan Risiko Pelemahan Ekonomi Dalam Negeri

Fetry Wuryasti
23/4/2024 22:52
Perang Iran Israel Timbulkan Risiko Pelemahan Ekonomi Dalam Negeri
Layar informasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)(MI / Adam Dwi)

MENINGKATNYA ketegangan di Timur Tengah antara Iran dan Israel, telah memicu konflik, termasuk serangan rudal dan serangan udara.

Ketidakstabilan geopolitik ini menimbulkan risiko terhadap pasar di Indonesia, yang diperburuk oleh potensi dampak kenaikan harga minyak hingga US$100 per barel, arus keluar modal, dan depresiasi Rupiah.

Aryo Perbongso, Head Of Fixed Income Research PT Sinarmas Sekuritas (SimInvest) memandang bahwa Pemerintah dan Bank Indonesia menghadapi dilema dalam memilih antara kebijakan Pro-Pertumbuhan dan menstabilkan biaya fiskal untuk mengelola nilai Rupiah.

Baca juga : Pemprov DKI Jakarta Antisipasi Dampak Perang Iran-Israel

Mempertahankan BI rate di tengah tantangan-tantangan ini dapat memberikan sinyal dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi namun dapat menyebabkan peningkatan biaya fiskal.

Maka koordinasi komprehensif antara BI dan pemerintah sangat penting untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah dan menerapkan kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan yang bersifat preemptive.

"Penilaian kami, dengan melihat nilai tukar saat ini, kemungkinan besar BI rate masih dapat dipertahankan pada April 2024, mengingat siklus pembayaran dividen yang masih berjalan," kata Aryo, Selasa (23/4).

Baca juga : Apa Tujuan Serangan Terbatas Israel ke Iran?

Oleh karena itu, terdapat kekhawatiran bahwa kenaikan BI rate pada saat ini mungkin tidak akan memberikan efektivitas yang signifikan.

Skenario yang memungkinkan bagi BI dan pemerintah untuk menstabilkan nilai Rupiah adalah dengan mempertahankan BI rate dan meningkatkan imbal hasil Surat Utang Negara (SBN).

Dengan dipertahankannya BI rate berarti mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan menaikkan suku bunga.

Baca juga : Konflik Iran-Israel Berdampak Minor pada Perdagangan Internasional Indonesia

"Meski hal ini dapat menyebabkan peningkatan biaya fiskal APBN karena imbal hasil SBN yang lebih tinggi," kata Aryo.

Analis Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy memprediksi dampak eskalasi konflik timur Tengah tidak begitu berpengaruh secara langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Penurunan IHSG yang terjadi pada pembukaan perdagangan hari pertama pasca libur lebaran semata untuk memfaktorkan penurunan bursa saham AS sepanjang pekan libur lebaran.

Sinarmas Sekuritas menyarankan investor agar tetap tenang dan memanfaatkan penurunan harga saham saat ini sebagai entry point dengan harga yang terdiskon.

“Kami melihat ini hanya menjadi trend bearish sementara bagi IHSG, dan justru sebaiknya merupakan peluang untuk masuk pada emiten-emiten berfundamental bagus," kata Isfhan. (Z-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya