Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Pengungsian Massal di Gaza, Warga Israel Tuntut Akhiri Perang

Khoerun Nadif Rahmat
17/8/2025 16:08
Pengungsian Massal di Gaza, Warga Israel Tuntut Akhiri Perang
serangan ke Gaza(Anadolu)

RIBUAN warga Palestina terpaksa meninggalkan lingkungan Zeitoun di selatan Kota Gaza, setelah beberapa hari serangan udara dan operasi militer Israel yang terus-menerus menciptakan situasi 'katastropik'.

Dikutip dari BBC, badan pertahanan sipil Gaza melaporkan, sedikitnya 40 orang tewas akibat serangan Israel di berbagai wilayah pada Sabtu (16/8) waktu setempat. 

Sementara itu, militer Israel menyatakan akan kembali memperbolehkan pengiriman tenda dan peralatan darurat oleh badan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Rencana Israel untuk memindahkan secara paksa sekitar satu juta warga dari Gaza City ke kamp-kamp di selatan sedang disiapkan.

Di Israel, aksi mogok kerja satu hari dijadwalkan pada Minggu sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah untuk merebut Gaza City. Mogok kerja itu digagas oleh keluarga sandera dan pihak lain yang menilai ekspansi perang meningkatkan risiko bagi sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.

Aksi ini terjadi seminggu setelah kabinet perang Israel menyetujui pendudukan Gaza City, kota terbesar di wilayah tersebut, dan memindahkan penduduknya. Rencana ini menuai kecaman dari Dewan Keamanan PBB. 

"Sebagai bagian dari persiapan untuk memindahkan penduduk dari zona pertempuran ke selatan Jalur Gaza demi perlindungan mereka, pasokan tenda dan peralatan penampungan ke Gaza akan kembali dilanjutkan," kata Juru bicara badan militer Israel, Cogat dikutip dari BBC.

Seorang juru bicara pemerintah Kota Gaza menyatakan pemindahan massal sudah berlangsung di Zeitoun setelah enam hari serangan udara, penembakan tank, dan operasi pembongkaran. Lingkungan Zeitoun dihuni sekitar 50.000 orang, sebagian besar memiliki akses terbatas terhadap makanan dan air bersih.

Ghassan Kashko, 40 tahun, yang mengungsi bersama keluarganya di sebuah gedung sekolah di lingkungan itu, mengatakan kepada AFP bahwa serangan udara dan tembakan tank menimbulkan “ledakan… yang tak berhenti.” Ia menambahkan, “Kami tidak tahu rasanya tidur.” Hamas menyebut pasukan Israel telah melancarkan “ofensif berkelanjutan di lingkungan timur dan selatan Kota Gaza, khususnya Zeitoun.”

Pemerintah Israel belum memberikan jadwal pasti kapan pasukannya akan memasuki Gaza City. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan ingin seluruh kota berada di bawah pendudukan Israel mulai 7 Oktober.

Juru bicara pemerintah Kota Gaza mengatakan, sekitar 80 persen infrastruktur Gaza City telah rusak akibat hampir dua tahun serangan Israel. Empat rumah sakit yang tersisa beroperasi di bawah 20 persen kapasitas karena kekurangan obat-obatan dan peralatan medis. Sekitar 1,9 juta orang, atau 90 persen populasi Gaza, telah mengungsi, menurut PBB.

Badan internasional juga memperingatkan adanya malnutrisi yang meluas di Gaza. Para ahli yang didukung PBB menyatakan bulan lalu bahwa skenario terburuk kelaparan sedang terjadi di wilayah itu. Pada Sabtu, rumah sakit Gaza melaporkan 11 kematian akibat kelaparan, termasuk seorang anak, sehingga total korban tewas akibat malnutrisi mencapai 251 orang, termasuk 108 anak-anak.

Tragedi kemanusiaan juga terjadi di luar Gaza. Seorang perempuan Gaza yang dievakuasi ke Italia untuk perawatan akibat kondisi sangat kurus meninggal di rumah sakit. Marah Abu Zuhri, 20 tahun, tiba di Pisa bersama ibunya pada Rabu malam melalui program evakuasi yang diselenggarakan pemerintah Italia. 

Rumah Sakit Universitas Pisa menyatakan pasien mengalami serangan jantung dan meninggal pada Jumat, kurang dari 48 jam setelah tiba. Media Italia melaporkan ia menderita malnutrisi parah dan kehilangan massa otot.

Awal pekan ini, Inggris, Uni Eropa, Australia, Kanada, dan Jepang mengeluarkan pernyataan yang menyebut “kelaparan sedang terjadi di depan mata kita” dan mendesak tindakan untuk menghentikan kekurangan pangan. Lebih dari 100 organisasi kemanusiaan pekan lalu menandatangani surat yang menyatakan mereka belum bisa mengirim satu truk bantuan pun ke Gaza sejak 2 Maret.

Israel telah membatasi jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk Gaza dan bersikeras bahwa kelaparan tidak terjadi. Pemerintah Israel menuding badan-badan PBB tidak mengambil bantuan di perbatasan untuk disalurkan.

Badan pertahanan sipil Gaza menyebut, sedikitnya 13 warga Palestina yang tewas pada Sabtu ditembak pasukan Israel saat menunggu bantuan pangan di lokasi distribusi. Data terbaru PBB, yang dirilis Jumat, menunjukkan sedikitnya 1.760 warga Palestina tewas saat mencari makanan sejak akhir Mei, sebagian besar akibat tembakan pasukan Israel.

Perang ini bermula dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menjadikan 251 orang sebagai sandera. Sementara itu, ofensif Israel telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dijalankan Hamas dan dianggap dapat dipercaya oleh PBB. (Ndf/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya