Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PRODUK Domestik Bruto (PDB) adalah cara kita menilai sejauh mana suatu negara berkembang dalam ekonominya. Istilah ini juga dikenal sebagai Gross Domestic Product (GDP) dalam bahasa Inggris.
PDB digunakan untuk membuat keputusan dan kebijakan nasional suatu negara. Untuk pemahaman yang lebih lanjut tentang PDB, artikel ini akan membahas secara rinci.
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah istilah untuk mengukur jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah pada periode waktu tertentu di sebuah negara.
Baca juga: ISSF dan Kemendes PDTT Mulai Proses Penjurian CSR dan PDB Awards 2024
Secara umum, PDB mencerminkan produksi ekonomi negara dan menjadi petunjuk pertumbuhan ekonomi dengan menilai total dan nilai produksi oleh individu dan perusahaan, baik dalam negeri maupun dari luar negeri.
Sedangkan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDB adalah jumlah nilai tambah dari semua usaha dalam suatu negara atau total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Dengan kata lain PDB adalah total nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh penduduk dan perusahaan dalam satu negara pada kurun waktu satu tahun.
Baca juga: Presiden: Rasio Utang Negara masih Aman, Boleh sampai 60% dari PDB
Meskipun suatu negara mempunyai nilai PDB yang tinggi, belum tentu semua orang di negara itu memiliki ekonomi yang tinggi juga. Karena PDB adalah dasar untuk menghitung pertumbuhan ekonomi suatu negara saja.
Jika PDB naik, berarti negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya. Di Indonesia, BPS membagi PDB menjadi tiga bentuk
1. PDB atas harga dasar
2. PDB atas harga konstan
3. PDB atas harga berlaku.
PDB atas harga berlaku mencerminkan nilai tambah barang dan jasa dengan menggunakan harga yang berlaku setiap tahunnya.
PDB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas harga berlaku membantu melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sementara harga konstan membantu mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh semua bisnis dalam suatu negara atau total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Sementara itu, PNB atau Produk Nasional Bruto adalah PDB yang ditambah dengan pendapatan bersih dari luar negeri. Sebagai contoh Pendapatan bersih ini adalah pendapatan yang diperoleh oleh Indonesia dari faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh warga negara Indonesia di luar negeri. Kemudian hasilnya dikurangi dengan pendapatan yang diperoleh oleh warga negara asing di Indonesia.
Dalam sejarahnya, PDB pertama kali dibuat sebagai tanggapan terhadap depresi besar yang melanda ekonomi Amerika Serikat (AS) pada saat itu. Setelah dilakukan berbagai penelitian oleh para ahli ekonomi, lembaga riset ekonomi Amerika Serikat menciptakan cara baru untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara.
Awalnya lembaga tersebut mengusulkan Pengukuran Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP). Namun, setelah konferensi Bretton Woods pada tahun 1944, sistem yang diadopsi untuk mengukur perekonomian global justru menjadi PDB.
Meskipun pada awalnya Amerika Serikat mengusulkan PDB sebagai standar untuk mengukur ekonomi internasional, namun negara tersebut lebih memilih menggunakan PNB. Kemudian pada tahun 1991 istilah ini diganti menjadi PDB.
Berikut adalah beberapa bagian yang membentuk PDB. Komponen PDB dibagi menjadi 4, yaitu
Menghitung konsumsi barang oleh individu atau rumah tangga, seperti barang tahan lama (motor, mobil, alat elektronik), barang yang habis seketika (makanan, minuman, obat), dan jasa (dokter, pelayanan publik).
Menghitung pengeluaran untuk barang modal, seperti pembelian rumah, pembangunan pabrik baru, program baru, dan jenis investasi lainnya.
Menghitung total pengeluaran pemerintah, termasuk pembayaran gaji PNS/ASN, pembelian alutsista (alat utama sistem senjata) militer, pembangunan infrastruktur, dan lainnya.
Menghitung selisih antara total ekspor dan total impor. Semua ini merupakan bagian-bagian penting yang membantu membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
PDB memberikan beberapa manfaat sebagai alat ukur perekonomian suatu negara. Berikut adalah 3 manfaatnya
PDB memberikan informasi nyata tentang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kemudian negara dapat menganalisis faktor-faktor yang bisa ditingkatkan.
PDB membantu negara mengukur dan menganalisis sektor-sektor yang perlu diperbaiki.
Dengan PDB negara dapat menentukan tingkat keunggulan ekonomi dibandingkan negara lain. Seperti dengan terbentuknya istilah G7 dan G20 yang merupakan perkumpulan negara-negara dengan perekonomian kuat.
PDB riil mencerminkan nilai uang yang disesuaikan dengan perubahan harga sedangkan PDB nominal menggunakan harga sekarang tanpa penyesuaian, dapat berubah karena perubahan kuantitas, harga, dan lainnya.
PDB riil mengukur pertumbuhan ekonomi dengan memperhitungkan perubahan harga, sementara PDB nominal hanya mempertimbangkan harga saat ini tanpa penyesuaian.
Berikut ini cara menghitung dan rumus PDB
PDB = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
PDB: Produk Domestik Bruto
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi
G : Konsumsi pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
Indonesia memiliki sumber ekonomi dari memproduksi, menjual, serta mengkonsumsi apel. Tahun lalu, dalam buku tertulis 1 miliar apel yang telah terjual dalam ekonomi negara Indonesia, dimana setiap apel dihargai 500 rupiah. Maka, PDB Indonesia di tahun lalu dapat dinilai sejumlah Rp 500 miliar.
Lalu untuk tahun ini, Indonesia memproduksi 1,3 miliar apel. 1,1 miliar apel untuk dikonsumsi masyarakat. Maka, tersisa 200 juta apel, sisa tersebut selanjutnya diekspor (dijual) ke negara tetangga.
Semua apel yang telah terjual dihargai 650 rupiah per buah. Berapakah PDB Indonesia pada tahun ini?
Jawab
Dengan menggunakan rumus PDB:
PDB = C + I + G + (X-M)
PDB tahun lalu = Penjualan apel = 500 miliar
PDB tahun ini = Penjualan apel + Ekspor apel = 845 miliar
C = Konsumsi rumah tangga = Konsumsi masyarakat = 1,100 juta apel X 650 rupiah/apel
I = Investasi = Produksi total apel - Konsumsi masyarakat
= 1,300 juta apel - 1,100 juta apel
G = Konsumsi pemerintah = 0
X = Ekspor apel = Sisa apel X 650 rupiah/apel
M = Impor apel = 0
Sehingga dapat disimpulkan bahwa PDB Indonesia saat ini adalah Rp 845 miliar. Bisa disimpulkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia kurang lebih 69%, mengingat tahun lalu PDB adalah Rp 500 miliar dan tahun ini meningkat ke Rp 845 miliar.
PDB sebagai alat ukur perekonomian sebuah negara yang digunakan sejak puluhan tahun lalu, tidak luput dari kritikan berbagai pihak. Beberapa kritik terhadap PDB meliputi
1. Terbatas dalam satu wilayah saja
Saat ini perbatasan negara semakin tipis dengan banyak perusahaan domestik yang melakukan ekspansi bisnis ke negara lain. PDB tidak mampu menilai semua laba perusahaan yang beroperasi di luar negara asalnya, menyebabkan perbedaan signifikan antara nilai PDB dan PNB.
2. Tidak mengukur aktivitas perekonomian lain
PDB hanya menghitung kegiatan belanja, investasi, ekspor, dan impor sebuah negara yang tercatat. Kegiatan lain seperti pedagang kaki lima dan UMKM yang mungkin tidak tercatat tidak diukur oleh PDB.
3. Tidak memperhitungkan nilai kesejahteraan
Dalam perhitungan PDB, semakin tinggi nilai transaksi sebuah negara, semakin tinggi pula nilai PDB-nya. Namun, nilai transaksi tersebut belum tentu mencerminkan kesejahteraan sebenarnya masyarakat negara tersebut.
Meskipun mendapat kritik, PDB tetap menjadi alat ukur perekonomian yang paling banyak digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia. Itu terjadi karena belum ada cara lain yang dapat memberikan perhitungan perekonomian yang lebih komprehensif daripada PDB.
Sebagai hasilnya, PDB tetap menjadi tolok ukur yang digunakan oleh negara-negara internasional hingga sekarang. (Z-10)
Selama sepuluh tahun ini GDP per kapita Indonesia hanya bergerak dari 4.000 USD ke 5.000 USD. Sehingga mengakibatkan pelemahan kelas menengah, yang dulu terbentuk di era tahun 2000-2010.
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% di awal tahun 2025 merupakan kebijakan yang kurang tepat. Sebab, penaikan pajak dilakukan saat daya beli masyarakat melemah.
NEGARA berkembang menjadi korban dari GDP oriented yang selalu menghitung perekonomian dan menjadikannya tujuan. Soeharto merupakan seorang pemimpin negara yang GDP oriented.
PENGAMAT ekonomi Yanuar Rizky menilai turunnya pendapatan APBN hingga 7% di bulan Mei 2024 merupakan dampak dari kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo di masa lalu
Data perekonomian Jepang mengindikasikan mereka masuk resesi, di mana GDP QoQ kembali turun.
Ganjar Pranowo berbicara mengenai strategi dalam mempercepat dan mewujudkan Indonesia Emas 2045 yangmenggambarkan Indonesia sebagai negara maju, mandiri, dan berdaulat pada 2045,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
PEMERINTAH didorong untuk bisa mengakselerasi belanja negara untuk mendukung perekonomian di dalam negeri.
PERCEPATAN pembentukan Koperasi Desa/ Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih menunjukkan progres yang signifikan. Hingga Jumat (13/6), sebanyak 79.882 unit atau 96% dari target 80.000
DPRD DKI Jakarta merespons rencana pemerintah yang membuka peluang bagi instansi pemerintahan menggelar rapat di hotel.
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai inflasi yang rendah hingga terjadinya deflasi berulang merupakan indikasi negatif bagi perekonomian Indonesia.
Pada moda kereta api, diskon yang diberikan sebesar 30% untuk sebanyak 3.522.464 tempat duduk atau sebesar Rp300 miliar. Untuk angkutan udara PPN ditanggung pemerintah
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved