Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dua Pendorong Arus Masuk Dana Asing ke ASEAN pada 2024

Fetry Wuryasti
11/1/2024 17:45
Dua Pendorong Arus Masuk Dana Asing ke ASEAN pada 2024
Negara-negara di ASEAN dengan jumlah penduduk.(AFP.)

ASEAN sejak lama menarik arus masuk dana asing, tetapi terdapat dua faktor pendorong yang mempercepat arus tersebut sejak 2017, yakni dampak positif sejak ketegangan Amerika Serikat (AS)-Tiongkok dimulai dan konfigurasi ulang rantai pasokan akibat pandemi. Meski ASEAN mungkin tidak dapat menyerap atau menggantikan semua kapasitas produksi yang dipindahkan dari Tiongkok, negara ASEAN-6 menawarkan keuntungan unik.

Itu disampaikan Senior Economist DBS Bank Radhika Rao, Kamis (11/1). Singapura menjadi penerima manfaat utama dalam hal jumlah dana asing, diikuti Vietnam dan Indonesia. Komponen kendaraan listrik, rantai pasokan elektronik, dan teknologi ramah lingkungan merupakan beberapa peluang utama yang muncul. "Pertumbuhan akan kembali meningkat, didukung oleh siklus elektronik, yang sudah mencapai titik terendah, dan pulihnya pariwisata," kata Radhika.

Pada 2024 akan lebih baik bagi pertumbuhan ASEAN-6. DBS Macro Research memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil tahunan pulih menjadi 4,7% pada 2024 atau naik 50 bps setelah melambat pada 2023 ke 4,2%. 

Baca juga: Data Ekonomi 2023 Solid, Laporan Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Indonesia 2024 Tumbuh 4,9%

Pertumbuhan ini didorong ekonomi yang berorientasi pada perdagangan. Ekspor dari ASEAN-6, terutama elektronik, diperkirakan mengalami pemulihan pada 2024, setelah tahun penuh tantangan pada 2023. Secara bersamaan, DBS Macro Research juga memperkirakan pemulihan perjalanan internasional dan pariwisata terus berlanjut pada 2024, tetapi lebih moderat.

Di sisi lain, inflasi di ASEAN-6 mengalami penurunan sepanjang 2023. DBS Macro Research melihat inflasi umum akan terkendali dan berada dalam target untuk negara yang menetapkan sasaran inflasi tertentu, tetapi dengan kecenderungan beragam pada 2024. "Makanan dan bahan bakar, yang bersama-sama menyumbang setidak-tidaknya 50-60% ke keranjang inflasi harga konsumen (dengan makanan sebesar 20%-40%), akan menjadi kunci bagi dinamika inflasi regional," kata Radhika.

Koreksi harga pangan dan energi global kemungkinan meredam tekanan inflasi, misalnya, di Indonesia, Filipina, dan Singapura, kecuali jika terjadi guncangan dari sisi penawaran tak terduga terhadap harga komoditas global. Guncangan eksternal perlu diperhatikan selama ketidakpastian geopolitik dan gangguan cuaca. Biaya peti kemas dan pengangkutan laut meningkat dalam dua minggu terakhir karena operator berhati-hati dalam melintasi Laut Merah. 

Baca juga: Saham CUAN Masih Dipantau, Kapan Suspensi Dibuka?

Kenaikan harga bahan apa pun yang dibebankan ke harga komoditas akan berdampak pada komponen makanan dan bahan bakar. "Fenomena El Nino dan pembatasan pasokan makanan oleh negara produsen utama membuat harga biji-bijian (terutama beras) dan sereal terus meningkat sehingga mengganggu daya beli," kata Radhika.

Lebih lanjut Radhika mengatakan tiga hal akan menentukan arah kebijakan ASEAN pada 2024, yaitu inflasi domestik, stabilitas keuangan, dan prospek kebijakan global. Pengetatan moneter proaktif, yang dimulai pada 2022 dan berakhir pada 2023, membantu menjaga ekspektasi inflasi regional dan menahan dampak susulan dari gangguan pasokan.

Tergantung pada faktor eksternal, dampak tertunda dari pengetatan kumulatif kemungkinan akan terus menahan tekanan inflasi inti dan mendorong stabilitas harga dalam kisaran target inflasi bank sentral pada 2024. "Akibatnya, suku bunga riil kembali ke wilayah positif pada akhir 2023, dipimpin oleh Indonesia dan Thailand," kata Radhika.

DBS Macro Research memperkirakan untuk 2023 terjadi soft landing yakni pengetatan kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi tidak akan menimbulkan resesi di AS dan Uni Eropa, konsolidasi di Tiongkok, serta pemulihan pertumbuhan di ASEAN. Karenanya, perekonomian dan pasar global mengalami beberapa guncangan pada 2023, tetapi secara umum tetap stabil. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya