Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
LEMBAGA Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI melihat Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan pada tingkat 5,75%.
Hal itu dilakukan sambil terus menjalankan kebijakan makroprudensial untuk menstabilkan tekanan jangka pendek pada tingkat harga dan nilai tukar.
Ekonom Makroekonomi LPEM UI Teuku Riefky mengatakan penerapan kebijakan moneter yang tepat dan koordinasi antara Pemerintah Indonesia dan BI dalam berbagai inisiatif pengendalian harga, secara efektif telah menjaga inflasi pada bulan September 2023 tetap berada dalam kisaran target BI sebesar 2% s.d. 4%.
Baca juga : BI Rate Naik 25 Bps untuk Stabilkan Rupiah
Tren inflasi di bulan September juga menunjukkan capaian dari upaya yang terus dilakukan untuk menjaga stabilitas harga di tengah beragam tantangan, terutama fenomena El Nino.
Opsi mempertahankan suku bunga acuan BI Rate didasarkan sejumlah pertimbangan. Pertama terjadi perkembangan data ekonomi Amerika Serikat. Tren suku bunga AS terpantau akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Baca juga : Bank Dunia Sebut Suku Bunga Tinggi Ancam Beberapa Negara
Pada bulan September, data AS menunjukkan inflasi yang turun sebesar 0,6% (mtm) setelah penyesuaian musiman, sedikit lebih tinggi dari yang perkiraan sebesar 0,4% (mtm). Namun, tingkat inflasi tahunan AS tetap stabil pada 3,7% secara tahunan.
Sebaliknya, inflasi inti tahunan AS turun dari 4,3% pada bulan Agustus menjadi 4,1% pada bulan September. Sementara biaya tempat tinggal terus meningkat dengan laju yang stabil, tumbuh sebesar 5,7% (yoy).
Ada tanda-tanda keringanan di sejumlah sektor, terutama pada mobil bekas, truk, dan layanan gas alam (piped), yang deflasi masing-masing sebesar 8,0% (yoy) dan 19,9% (yoy). Bulan September ditandai oleh pertumbuhan lapangan kerja AS yang kuat, dengan penambahan 336 ribu lapangan kerja, menjaga tingkat pengangguran tetap pada 3,8%, sama dengan angka rilis bulan Agustus.
Di tengah perkembangan tersebut, terjadi perubahan sikap the Fed terkait potensi kenaikan suku bunga untuk sisa tahun ini. Setelah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada bulan September, sebagian besar anggota dewan The Fed awalnya mengindikasikan satu kenaikan suku bunga lagi sebelum akhir tahun dan mengisyaratkan kebijakan suku bunga yang bersifat "higher-for-longer".
Namun, perubahan terbaru dalam pasar tenaga kerja dan obligasi, di mana imbal obligasi Amerika Serikat 10 tahun mencapai level tertinggi sejak tahun 2007, telah mendorong pejabat the Fed untuk mengadopsi pendekatan yang lebih berhati-hati.
Pernyataan terbaru oleh beberapa pejabat the Fed mengindikasikan kemungkinan besar akan ada lanjutan penundaan dalam kenaikan suku bunga, setidaknya hingga bulan November.
Dinamika di perekonomian Amerika Serikat telah mengakibatkan lonjakan arus keluar modal dari pasar Indonesia dalam beberapa minggu terakhir, sebagaimana tercatat dalam penjualan saham dan aset obligasi senilai USD1,35 miliar antara pertengahan September 2023 dan pertengahan Oktober 2023.
Penurunan total portofolio tercermin dalam kenaikan yield obligasi pemerintah Indonesia berjangka 10 tahun dan 1 tahun menjadi 6,97% dan 6,24% pada pertengahan Oktober 2023.
Angka ini meningkat dari 6,69% dan 6,22% pada itu September 2023, masing-masing pada September 2023.
Nilai tukar Rupiah terus mengalami depresiasi, mencapai Rp15.354 per dolar AS, sebagai respons terhadap indikasi the Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dalam beberapa waktu ke depan serta indikator ekonomi Tiongkok yang belum menunjukkan perbaikan signifikan.
Meski demikian, Rupiah tetap menjadi salah satu mata uang yang menunjukkan performa terbaik di antara mata uang negara-negara berkembang, hanya kalah dari Real Brasil, yang secara konsisten menunjukkan kekuatan terhadap dolar AS berkat permintaan global yang kuat terhadap komoditas Brasil.
Sementara itu, cadangan devisa resmi Indonesia mengalami penurunan dari US$137,1 miliar pada Agustus 2023 menjadi US$134,9 miliar pada September 2023, utamanya disebabkan oleh upaya-upaya stabilisasi yang dilakukan oleh bank sentral untuk mengatasi ketidakpastian eksternal dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Dengan pengumuman terbaru ini, cadangan devisa Indonesia kini setara dengan 6,1 bulan impor serta 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Meskipun kami memperkirakan arus modal keluar akan terus terjadi dalam waktu dekat, beberapa indikator ekonomi kunci menunjukkan tren yang positif dan memperlihatkan ketahanan domestik negara ini di tengah ketidakpastian eksternal," kata Riefky.
Data surplus perdagangan terbaru telah memberikan dukungan kepada perekonomian untuk menahan depresiasi Rupiah. Selain itu, angka inflasi menunjukkan tren yang semakin positif, mengurangi kebutuhan mendesak untuk pengetatan lebih lanjut.
Inflasi umum Indonesia bulan September mencapai titik terendah dalam 19 bulan terakhir dan tercatat sebesar 2,28% (yoy), turun dari 3,27% (yoy) pada Agustus 2023.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh efek high-base dari penyesuaian harga bahan bakar bersubsidi pada September 2022 lalu. Namun inflasi bulanan sedikit meningkat menjadi 0,19% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,02% (mtm).
Peningkatan inflasi bulanan utamanya didorong oleh komponen harga bergejolak yang meningkat menjadi 0,37% (mtm) pada bulan ini dan komponen harga yang diatur pemerintah juga meningkat menjadi 0,23% (mtm).
Peningkatan pada komponen harga yang diatur pemerintah didorong oleh komoditas rokok kretek dan harga BBM antara lain Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Pertamax Green.
Sementara itu, peningkatan komponen harga bergejolak didorong oleh kenaikan harga beras akibat fenomena cuaca El Nino yang mulai menunjukkan dampaknya serta melonjaknya harga daging sapi.
Kenaikan inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi pada kelompok telur ayam ras, aneka bawang, dan aneka cabai.
Inflasi inti pada September 2023 tercatat sebesar 0,12% (mtm), relatif stabil dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,13% (mtm), yang disebabkan oleh kenaikan pada harga pulsa telepon genggam serta biaya pendidikan.
Secara tahunan, inflasi inti pada September 2023 tercatat sebesar 2,00% (yoy), turun sebesar 0,18 poin persentase dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi harga yang diatur pemerintah juga turun menjadi 1,99% (yoy) pada September 2023 dibandingkan 8,05% (yoy) pada Agustus 2023.
"Penurunan drastis komponen harga yang diatur pemerintah ini disebabkan oleh efek high-base dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada September 2022," kata Riefky.
Sebaliknya, komponen inflasi harga bergejolak meningkat menjadi 3,62% (yoy) pada September 2023, naik tipis dibandingkan 2,42% (yoy) pada Agustus 2023.
Dengan memperkuat bauran kebijakan BI dalam menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui koordinasi dengan pemerintah, kemungkinan besar laju inflasi akan berada di kisaran 3% pada akhir tahun 2023.
"Meski demikian, BI tetap perlu waspada di bulan-bulan terakhir tahun 2023 dengan adanya kenaikan harga BBM pada awal bulan Oktober, akibat kenaikan harga minyak mentah dan potensi dampak El-Nino yang mungkin masih terasa dalam beberapa bulan mendatang, serta potensi kenaikan harga impor akibat depresiasi nilai tukar Rupiah," kata Riefky. (Z-4)
Bank Indonesia mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 tercatat sebesar US$152,6 miliar atau senilai Rp2.477 triliun.
Sejak awal tahun hingga 3 Juli 2025, modal asing keluar bersih di pasar saham dan SRBI masing-masing sebesar Rp52,95 triliun dan Rp34,72 triliun.
Sistem pembayaran digital QRIS Tap ditargetkan mendukung percepatan digitalisasi pembayaran di Sulawesi Selatan
BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang.
nilai tukar rupiah ditutup menguat ke level (bid) Rp16.390 per dolar AS Kamis (19/6), meskipun demikian imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara dengan tenor 10 tahun naik
Apindo merespons Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,50%, tingginya suku bunga disebut menjadi penghambat lapangan kerja
LAPORAN Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta mencatat inflasi sebesar 0,13% pada Juni 2025 dibanding bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat laju inflasi pada Juni 2025 di wilayah ini sebesar 0,23% (month-to-month - mtm).
INFLASI bulanan pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,19%, ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,07 pada Mei menjadi 108,27.
Pada pertengahan Juni 2025, harga beras di beberapa pasar tradisional Kabupaten Deli Serdang naik hingga 3,4% dibanding bulan sebelumnya.
Reorientasi belanja daerah sebagai bantalan fiskal yang tangguh dapat menjadi strategi lain guna mengendalikan inflasi daerah.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved