Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Pertemuan rapat dewan gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS), pada 19-20 September 2023 akan sangat menentukan langkah Gubernur The Fed Jerome Powell. Apakah ia akan menahan atau menaikkan tingkat suku bunga The Fed.
Saat ini, obligasi negara US Treasury berada di titik tertingginya, dengan imbal hasil tenor 2 tahun sebesar 5,03%, lima tahun sebesar 4,46%, tenor 10 tahun sebesar 4,33%, tenor 20 tahun sebesar 4,60%, dan tenor 30 sebesar 4,41%.
“Secara tren semua mengalami kenaikkan, terdorong akibat adanya potensi kenaikan tingkat suku bunga lanjutan atau ketika tingkat suku bunga tidak naik, Fed Rate akan berada di posisi puncak untuk waktu yang lebih lama,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin (18/9)
Baca juga: Harga Emas Antam Awal Pekan Ini Rp1.075 Juta per Gram
Kenaikan imbal hasil US Treasury ini merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Ketika tingkat suku bunga menjadi masalah, pertanyaannya bagaimana dampaknya terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Amerika.
Sejauh ini, tingkat ketenagakerjaan masih bertahan dan mulai melemah. Di satu sisi penurunan inflasi yang terjadi sejauh ini bukan karena menurunnya permintaan, tapi lebih kepada pasokan yang mulai mengikuti permintaan.
Baca juga: Minim Katalis, IHSG Dibuka Melemah
Oleh karena itu, The Fed harus memperhatikan antara permintaan dan pasokan untuk menjaga potensi tekanan yang akan datang dari inflasi. Saat ini secara Fed Plot yang disampaikan oleh The Fed bahwa mereka masih menyisakan satu amunisi untuk menaikkan tingkat suku bunga hingga titik 5,75% yang terlihat lebih memungkinkan, meski ada sedikit yang mengatakan 6%.
Dari Fed Plot juga terlihat tahun depan akan menjadi momentum penurunan tingkat suku bunga akan mulai terjadi. Namun masalahnya saat ini pelaku pasar dan investor tengah meningkatkan taruhannya dengan terfokus kepada penurunan tingkat suku bunga tahun 2024 mengikuti Fed Plot, sedangkan narasi The Fed menginginkan tingkat suku bunga berada di posisi tinggi lebih lama.
“Kegalauan berada di pasar terkait dengan arah tingkat suku bunga, dan pasar membutuhkan The Fed untuk menunjukkan arah,” kata Nico.
Saat ini selain tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi akan menjadi perhatian, apakah perekonomian Amerika bisa melakukan transisi soft landing dengan baik, atau justru pasar tenaga kerja melemah ke arah resesi.
Pelemahan pertumbuhan bukanlah sesuatu yang bisa dihindarkan, namun bukan berarti dapat dibiarkan hingga resesi. Kenaikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan lama, akan menekan prospek pertumbuhan ekonomi.
Inflasi sejauh ini sudah jauh lebih terkendali, meski belum menyentuh 2%, tapi sudah lebih dari cukup dalam proses pengendalian inflasi. Dengan adanya tekanan dari kenaikan harga minyak global akibat pemangkasan yang dilakukan oleh Arab Saudi, The Fed akan mengambil sikap untuk selangkah lebih maju, karena pengalaman di masa lalu mengajarkan seperti itu.
“Potensi untuk menaikkan tingkat suku bunga Fed Rate masih terbuka, meski secara konsensus pelaku pasar dan investor tetap melihat The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga. Dengan begitu, harga obligasi hari ini mungkin akan bergerak turun, begitupun dengan IHSG yang berpotensi terkoreksi akibat tekanan,” kata Nico. (Z-3)
Bank Indonesia (BI) dan Bank Prancis atau Banque de France (BdF) menyepakati penguatan kerja sama bilateral di area kebanksentralan.
Bank Indonesia bakal menambah besaran insentif dalam Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) di 2025 menjadi Rp283 triliun.
LPEM FEB UI mendesak Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur BI November 2024.
BANK sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuan dengan besaran 25 basis poin (bps) menjadi 4,50-4,75% pada Kamis (7/11) waktu AS
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (27/9) sore ditutup melemah di tengah penguatan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (24/9) sore ditutup menguat seiring pelaku pasar merespons positif komentar dovish pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.
Militer AS mengumumkan pemimpin senior ISIS Dhiya’ Zawba Muslih al-Hardani dan kedua putranya tewas dalam serangan di Suriah.
Prancis jadi negara berkekuatan besar pertama di Eropa yang menyatakan secara terbuka niatnya mengakui Palestina.
AS menuduh Hamas tidak menunjukkan keseriusan dalam merespons proposal gencatan senjata yang telah dibahas selama lebih dari dua pekan.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
PEMERINTAH Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyusun protokol keamanan dalam menjaga data pribadi warga negara Indonesia (WNI)
Hingga kini Amerika Serikat belum memiliki undang-undang perlindungan data pribadi yang setara dengan regulasi Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved