Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Arab Saudi Terus Mengurangi Produksi Minyak, Harga Menjadi Meroket

Fetry Wuryasti
13/9/2023 14:13
Arab Saudi Terus Mengurangi Produksi Minyak, Harga Menjadi Meroket
Kilang minyak di Irak.(AFP)

HARGA minyak dunia, tampaknya tidak semudah itu untuk turun. Sebab pasar minyak global sedang menghadapi kekurangan pasokan lebih dari 3 juta barel per hari pada kuartal IV 2023. Kekurangan pasokan ini akan menjadi defisit terbesar dalam lebih dari satu 1 dekade silam. Kekurangan pasokan minyak ini salah satunya akibat seiring Arab Saudi terus mengurangi produksi.

Data terbaru yang diterbitkan oleh OPEC, meski permintaan tumbuh, namun stabilitas harga tetap harus terjaga. Arab Saudi sudah mengurangi produksi sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir tahun, sehingga harga tetap naik. Persediaan minyak dunia sudah berkurang banyak pada kuartal ini, dan akan mengalami penurunan lebih banyak lagi sebanyak 3,3 juta barel per hari dalam 3 bulan mendatang.

“Dalam laporan yang diterbitkan, OPEC memproyeksikan permintaan minyak pada tahun 2023 akan meningkat sebesar 2,4 juta barel per hari, namun permintaan ini akan turun menjadi 2,2 juta barel per hari pada tahun 2024 mendatang,” kata Associate Director of Research and Investment Maximilianus Nico Demus, Rabu (13/9).

Baca juga: Harga Minyak Naik di Asia karena Stok Turun dan Ancaman Badai di Teluk Meksiko

Perkiraan pasokan minyak pada tahun 2023 untuk anggota non OPEC naik sebesar 100.000 barel per hari menjadi 1,6 juga barel per hari. Peningkatan akan dipimpin oleh Amerika, Brasil, dan Norwegia. Untuk prediksi pasokan pada tahun 2024, diperkirakan akan naik menjadi 1,4 juta barel per hari.

Alhasil, OPEC melihat total permintaan rata rata 104,31 juta barel per hari pada tahun 2024, sementara total pasokan dari non-anggota OPEC mencapai 74,28 juta barel per hari. Sehingga ada kekurangan sekitar 30 juta barel per hari yang harus dipenuhi.

Meski permintaan minyak meningkat, Arab Saudi tetap memangkas produksi hingga akhir tahun. Langkah ini juga didukung oleh Rusia yang akan mengurangi ekspornya. Jika terjadi, maka ini merupakan pengurangan persediaan terbesar sejak tahun 2007.

Baca juga: Harga Minyak Turun, Investor Tunggu Isyarat The Fed

Kontribusi Anggota OPEC

Saat ini 13 anggota OPEC lainnya telah memproduksi minyak dengan rata-rata 27,4 juta barel per hari sepanjang kuartal ini atau 1,8 juta lebih sedikit daripada yang dibutuhkan konsumen. Jika OPEC tetap mempertahankan produksi seperti sekarang, maka kesenjangan antar pasokan dan permintaan hampir 2x lipat dalam 3 bulan terakhir.

OPEC perlu menyediakan 30,7 juta barel per hari pada kuartal IV 2023 untuk memenuhi konsumsi. Untuk menjaga situasi dan kondisi tidak semakin parah, maka anggota OPEC lainnya yang tidak terikat oleh sistem kuota produksi harus meningkatkan produksinya.

Iran sudah meningkatkan produksi minyak sebanyak 143.000 barel per hari pada bulan Agustus menjadi 3 juta barel per hari. Saat ini harga minyak terus memperpanjang reli ke level tertinggi hampir dalam 10 bulan terakhir akibat pengurangan produksi Arab SAudi.

Harga minyak Brent naik di atas US$92 per barel, dan WTI berada di kisaran US$89 per barel. Keduanya merupakan harga tertinggi untuk tahun ini.

Arab Saudi menginginkan kenaikkan ini mereka harus menjual harga minyak senilai US$100 per barel untuk menutupi pengeluaran pemerintah dan proyek mereka selanjutnya.

OPEC juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global belum berubah dan akan bertahan pada 2,7% untuk 2023 dan 2,6% untuk 2024. Untuk tahun 2023 ada risiko potensi ekonomi menurun akibat melambatnya pertumbuhan Tiongkok. Namun kinerja yang kuat dari sektor pariwisata akan meningkatkan permintaan minyak pada tahun 2023 dan berlanjut hingga tahun depan.

“Sejauh ini kami melihat harga minyak mulai mengkhawatirkan karena akan mempengaruhi prospek inflasi dan tingkat suku bunga yang sudah mulai diprediksi akan bertahan dari Bank Sentral AS The Fed dan Bank Sentral Eropa yang akan mengadakan pertemuan bulan ini,” kata Nico.

Dengan kenaikan harga minyak, ada potensi yang jauh lebih besar bagi bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga untuk mengekang inflasi.

“Maka perhatikan saham-saham berbasis harga minyak hari ini karena mungkin akan terefleksi kenaikan harga minyak,” kata Nico.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya