Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengungkapkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh industri manufaktur pada saat ini, hingga hal tersebut menyebabkan hasil survei Purchasing Managers' Index (PMI) mengalami perlambatan.
Shinta mengatakan, penyebab yang pertama ialah karena industri manufaktur pada saat ini belum merasakan adanya peningkatan demand pasar domestik yang signifikan pasca Ramadhan-Idul Fitri. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh efek akumulatif inflasi terhadap daya beli masyarakat dan kurangnya lapangan kerja baru.
"Ini kemungkinan disebabkan oleh efek akumulatif inflasi terhadap daya beli masyarakat yang ditambah dengan lambatnya penciptaan lapangan kerja baru karena iklim usaha yang relatif stagnan dan tidak memiliki banyak stimulasi untuk perluasan investasi secara agresif," kata Shinta kepada Media Indonesia, Jumat (16/6).
Baca juga: Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5,07%, Didorong IKN dan Pemilu 2024
Shinta melanjutkan, yang kedua disebabkan oleh dinamika pasar global yang juga tidak mendukung perluasan kinerja sektor manufaktur nasional karena demand ekspor atas produk manufaktur masih terus terkontraksi, khususnya pasca technical recession di Jerman dan pelebaran defisit APBN Amerika Serikat yang meningkatkan indikasi krisis ekonomi global.
Kemudian pada saat yang sama, lanjut Shinta, beban produksi manufaktur juga tergolong tinggi karena harga komoditas global dan nilai tukar yang masih relatif tinggi, ditambah faktor domestik seperti kesulitan memperoleh bahan baku manufaktur impor, beban suku bunga dan beban tenaga kerja yang tidak murah.
Baca juga: Isu Gagal Bayar AS, Dunia Usaha tak Ambil Pusing
"Hal-hal inilah yang secara keseluruhan menyebabkan pelaku usaha di sektor manufaktur sangat enggan melakukan ekspansi produksi yang sifatnya agresif dalam jangka pendek. Karena resiko kerugian akan lebih tinggi bila output produksi tidak diserap pasar," tuturnya.
Lebih lanjut, Shinta mengatakan, dalam hal ini terdapat beberapa cara agar confidence di sektor manufaktur kembali meningkat. Diantaranya adalah dari sisi supply perlu dilakukan peningkatan, mulai dari sisi efisiensi biaya, daya saing iklim usaha, investasi dan kemudahan supply chain produksi.
"Tentunya ini harus ada perubahan regulasi atau reformasi birokrasi yang lebih lanjut atau lebih signifikan konsistensi implementasinya di lapangan sesuai dengan ekspektasi yang diberikan melalui regulasi tertulis," ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, untuk meningkatkan sektor manufaktur tersebut juga dapat dilakukan melalui stimulus ekspansi usaha atau stimulus konsumsi.
Shinta menjelaskan, untuk stimulus usaha bisa dilakukan dengan memberikan fasilitasi kepada perusahaan untuk melakukan produksi maupun ekspor. Misalnya, dengan perluasan pinjaman usaha atau export financing yang affordable, peningkatan fasilitasi penetrasi pasar ekspor baru/non-traditional market, dan pemberian insentif pemutakhiran teknologi produksi atau modernisasi di sektor-sektor hulu manufaktur yang selama ini kurang produktif.
"Sedangkan, untuk stimulus konsumsi bisa dilakukan dengan percepatan distribusi subsidi yang lebih tepat atau menghidupkan kembali program stimulus konsumsi sepanjang Pandemi. Namun, ini juga perlu dikontrol agar tidak bablas dan menciptakan peningkatan inflasi domestik dalam jangka pendek," pungkasnya. (Fik/Z-7)
Fokusnya bukan hanya menjual produk, tetapi membangun pengalaman tidur sehat melalui bahan bebas logam berat, desain ergonomis, dan inovasi berkelanjutan.
Perkuat Pasar Indonesia, Cognex Hadirkan Pusat Layanan & Demo Teknologi di Bekasi
Pabrik ini diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menjadi pusat inovasi industri gula yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
SINERGI antara teknologi dan kesadaran kolektif industri dalam menghadapi tantangan krisis energi dan perubahan iklim dinilai penting.
PAMERAN Indonesia International Electronics and Smart Appliances Expo (IEAE) 2025 kembali digelar pada 6-8 Agustus 2025.
INDUSTRI kosmetik dan skincare tanah air yang terus mencatatkan pertumbuhan positif menjadi alasan bagi para manufaktur maklon melahirkan inovasi bagi UMKM.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai target pertumbuhan ekonomi 5,4% dalamĀ Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
APINDO dorong penguatan UMKM melalui program AUM, DSC, dan kerja sama pentahelix untuk meningkatkan daya saing usaha lokal di tengah tantangan global.
Industri tekstil nasional tengah mengalami tekanan berat disebabkan massifnya impor produk jadi dari Tiongkok sehingga mengganggu daya saing industri.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2025 menjadi sebuah paradoks dari daya beli yang sedang menurun.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan agar pertumbuhan ekonomi bisa sustain sampai dengan akhir tahun.
Pemerintah provinsi memiliki peran untuk mengorkestrasi antara pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/ kota, dan dunia usaha.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved