Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengungkapkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh industri manufaktur pada saat ini, hingga hal tersebut menyebabkan hasil survei Purchasing Managers' Index (PMI) mengalami perlambatan.
Shinta mengatakan, penyebab yang pertama ialah karena industri manufaktur pada saat ini belum merasakan adanya peningkatan demand pasar domestik yang signifikan pasca Ramadhan-Idul Fitri. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh efek akumulatif inflasi terhadap daya beli masyarakat dan kurangnya lapangan kerja baru.
"Ini kemungkinan disebabkan oleh efek akumulatif inflasi terhadap daya beli masyarakat yang ditambah dengan lambatnya penciptaan lapangan kerja baru karena iklim usaha yang relatif stagnan dan tidak memiliki banyak stimulasi untuk perluasan investasi secara agresif," kata Shinta kepada Media Indonesia, Jumat (16/6).
Baca juga: Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5,07%, Didorong IKN dan Pemilu 2024
Shinta melanjutkan, yang kedua disebabkan oleh dinamika pasar global yang juga tidak mendukung perluasan kinerja sektor manufaktur nasional karena demand ekspor atas produk manufaktur masih terus terkontraksi, khususnya pasca technical recession di Jerman dan pelebaran defisit APBN Amerika Serikat yang meningkatkan indikasi krisis ekonomi global.
Kemudian pada saat yang sama, lanjut Shinta, beban produksi manufaktur juga tergolong tinggi karena harga komoditas global dan nilai tukar yang masih relatif tinggi, ditambah faktor domestik seperti kesulitan memperoleh bahan baku manufaktur impor, beban suku bunga dan beban tenaga kerja yang tidak murah.
Baca juga: Isu Gagal Bayar AS, Dunia Usaha tak Ambil Pusing
"Hal-hal inilah yang secara keseluruhan menyebabkan pelaku usaha di sektor manufaktur sangat enggan melakukan ekspansi produksi yang sifatnya agresif dalam jangka pendek. Karena resiko kerugian akan lebih tinggi bila output produksi tidak diserap pasar," tuturnya.
Lebih lanjut, Shinta mengatakan, dalam hal ini terdapat beberapa cara agar confidence di sektor manufaktur kembali meningkat. Diantaranya adalah dari sisi supply perlu dilakukan peningkatan, mulai dari sisi efisiensi biaya, daya saing iklim usaha, investasi dan kemudahan supply chain produksi.
"Tentunya ini harus ada perubahan regulasi atau reformasi birokrasi yang lebih lanjut atau lebih signifikan konsistensi implementasinya di lapangan sesuai dengan ekspektasi yang diberikan melalui regulasi tertulis," ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, untuk meningkatkan sektor manufaktur tersebut juga dapat dilakukan melalui stimulus ekspansi usaha atau stimulus konsumsi.
Shinta menjelaskan, untuk stimulus usaha bisa dilakukan dengan memberikan fasilitasi kepada perusahaan untuk melakukan produksi maupun ekspor. Misalnya, dengan perluasan pinjaman usaha atau export financing yang affordable, peningkatan fasilitasi penetrasi pasar ekspor baru/non-traditional market, dan pemberian insentif pemutakhiran teknologi produksi atau modernisasi di sektor-sektor hulu manufaktur yang selama ini kurang produktif.
"Sedangkan, untuk stimulus konsumsi bisa dilakukan dengan percepatan distribusi subsidi yang lebih tepat atau menghidupkan kembali program stimulus konsumsi sepanjang Pandemi. Namun, ini juga perlu dikontrol agar tidak bablas dan menciptakan peningkatan inflasi domestik dalam jangka pendek," pungkasnya. (Fik/Z-7)
Tanpa mau belajar dari pengalaman negara lain, kita akan terjerumus ke dalam lubang menganga yang sudah kita ketahui sebelumnya.
Dari sisi fiskal dan makroekonomi, Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Komarudin, mengingatkan bahwa kebijakan ini dapat menghambat target pertumbuhan ekonomi nasional.
Penghargaan ini diselenggarakan oleh La Tofi School of Social Responsibility, dengan fokus pada pencapaian ESG perusahaan dalam kerangka SDGs PBB.
PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2025 kembali mencatatkan kontraksi. Berdasarkan data S&P Global, PMI Indonesia turun 0,5 poin menjadi 46,9, dibandingkan Mei 2025 yang berada di level 47,4.
Strategi keamanan siber yang tangguh dimulai dengan visibilitas yang lengkap, mengetahui apa yang perlu dilindungi dan ketika risiko terbesar berada.
Selama ini, industri tekstil dalam negeri telah menyepakati skema nontarif dengan memprioritaskan penyerapan produksi lokal, dan hanya mengimpor sesuai kebutuhan.
Apindo menekankan pentingnya menjaga posisi tawar Indonesia agar tidak dipukul rata dengan negara-negara BRICS lainnya.
KETUA Umum (Ketum) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyoroti kekhawatiran dunia usaha.
Paket deregulasi dinilai tidak hanya menyederhanakan aturan, tetapi juga memperkuat efisiensi dan menekan biaya tinggi yang selama ini menjadi hambatan dunia usaha.
ASOSIASI Pengusaha Indonesia (Apindo) mengapresiasi upaya kerja sama yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan Rusia di sektor pangan.
Apindo mengapresiasi kerja sama pemerintah Indonesia dengan Rusia di sektor pangan. Upaya itu diharapkan mampu mendorong dan mendukung swasembada dan hilirisiasi sektor pangan.
Apindo merespons Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,50%, tingginya suku bunga disebut menjadi penghambat lapangan kerja
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved