TIGA bank di Amerika Serikat (AS) melaporkan bangkrut, yaitu Silvergate, Silicon Valley Bank (SVB), dan Signature Bank. Mereka bangkrut karena punya porsi simpanan banyak dari perusahaan teknologi yang saat ini mengalami tech winter.
Ada juga bank yang porsi simpanannya terkait FTX, salah satu koin kripto yang bangkrut. Bank ini terkena dampaknya, karena banyak nasabah punya aset berupa FTX.
Kasus itu mirip dengan JP Morgan beberapa waktu lalu di 8 Maret 2022 yang mengeluarkan aset kriptonya dengan cut loss. Perbankan lain yang memiliki aset kripto seperti Newbank, N26, PayPal, MasterCard, Robinhood, Goldman Sach, DBS, dan LGT Bank.
Baca juga: Perangi Kanker, Pfizer Beli Perusahaan Biotek Seagen Rp661 Triliun
Sedangkan bila melihat Indonesia, kondisinya terbalik. Perbankan di Indonesia seperti BCA, BRI, BNI dan lain-lain memiliki kelebihan likuiditas. "Artinya saat ini perbankan Indonesia sedang banyak uang. Bahkan ada beberapa bank yang sudah mulai kasih kredit pemilikan rumah (KPR) dengan mudah. Bank di Indonesia itu punya profit atau keuntungan all time high, tertinggi sepanjang sejarah," kata CEO Aplikasi Edukasi Saham Emtrade, Ellen May, Selasa (14/3).
Kemungkinan di Amerika badai itu masih akan terjadi. Nasabah bank lain di AS akan cenderung mengamankan modalnya, baik dengan mengalihkan ke emas atau uang tunai terlebih dahulu.
Baca juga: Pegipegi Prediksi Harga Tiket Transportasi Mudik Lebaran 2023 Naik 20%--70%
Selain itu, kehancuran tiga bank itu bisa memicu bank sentral AS The Fed untuk tidak terlalu agresif menaikkan suku bunga di RDG/FOMC Meeting pada bulan ini. (Z-2)