Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
LAJU indeks harga saham gabungan (IHSG) masih tersandera sejumlah sentimen negatif pada pekan lalu sehingga masih melanjutkan pelemahan -0,6%. Penurunan terdalam di sektor transportasi dan logistik sebesar -3,4% disusul sektor konsumer primer sebesar -2,7% dan sektor kesehatan sebesar -2,4%.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino, menyebut ada 2 sentimen negatif yang menyandera pergerakan IHSG pada pekan lalu yakni kenaikan imbal hasil obligasi di Amerika dan aksi jual investor asing.
“Data inflasi baik di tingkat produsen dan konsumen yang lebih tinggi dari ekspektasi menimbulkan kekhawatiran bahwa bank sentral Amerika akan mempertahankan kebijakan suku bunga ketatnya untuk waktu yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya," kata Mino di Jakarta, Senin (6/3).
Baca juga: IHSG Berpotensi Variatif Jelang Rilis Cadangan Devisa Pekan Ini
Hal ini membuat imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun sempat menyentuh level 4% yang merupakan level tertinggi sejak November tahun lalu. Kenaikan imbal hasil obligasi tersebut membuat pasar mengalami tekanan.
Sementara itu, tidak kondusifnya sentimen di minggu lalu membuat investor asing keluar dari pasar setelah pada minggu sebelumnya mencatatkan beli bersih. Pada minggu lalu asing mencatatkan jual bersih di beberapa emiten, seperti BBCA (Rp0,82 triliun), ARTO (Rp0,32 triliun), BBNI (Rp0,31 triliun).
Kendati demikian, sejumlah sentimen positif masih mampu menahan laju pelemahan IHSG lebih dalam pada pekan lalu.
Sentimen positif tersebut adalah rencana pembagian dividen, berlanjutnya penurunan inflasi inti, masih ekspansif-nya data manufaktur Februari dan meredanya kekhawatiran terkait kebijakan moneter ketat oleh The Fed.
Setelah dua pekan melemah, Mino berpandangan market pada minggu ini bisa menguat terbatas karena sejumlah sentimen domestik dan eksternal.
Sentimen domestik tersebut adalah laporan keuangan, cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen serta ekspektasi pembagian dividen.
Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat Didukung Katalis Positif
Selain laporan keuangan Bank Jago, rilis cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen menjadi sentimen positif bagi laju IHSG. Mengawali 2023 jumlah cadangan devisa tercatat naik menjadi US$139,4 miliar.
“Jumlah ini tentu saja mencukupi untuk membiayai 6,1 impor. Ini jauh di atas standar internasional. Trennya, cadangan devisa cukup positif untuk market," kata Mino, Senin (6/3).
Terkait indeks keyakinan konsumen, berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia pada Januari 2023 konsumen masih cukup yakin terhadap kondisi ekonomi seperti yang tercermin dalam indeks keyakinan konsumen yang bertahan di atas angka 100.
Sementara itu sentimen eksternal yang akan memengaruhi market minggu ini yakni Fed Beige Book yang berisikan informasi kondisi ekonomi Amerika terkini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan moneter, testimoni Jerome Powel dan beberapa pejabat The Fed lainnya serta nonfarm payrolls.
“Nonfarm payrolls akan menjadi salah satu perhatian investor. Pada Januari lalu nonfarm payrolls bertambah sebanyak 517.000 jauh lebih tinggi dari sebelumnya 260.000. Seiring dengan penambahan tersebut angka tingkat pengangguran turun ke level 3,40% dari sebelumnya 3,50%,” kata Mino. (Z-7)
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kinerja positif pada perdagangan saham selama sepekan pada periode 14–18 Juli 2025.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi dibuka menguat 48,06 poin atau 0,67% ke posisi 7.188,53.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 14 Juli 2025, diprediksi bergerak menguat dengan ditopang faktor-faktor domestik.
PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI) resmi mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, (10/7).
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkuat pasar derivatif domestik dengan meluncurkan lima saham baru sebagai underlying kontrak berjangka saham (KBS).
Pencatatan sukuk ini merupakan hasil dari konsistensi dan komitmen bank dalam menjawab tantangan industri perbankan syariah yang semakin kompetitif dan dinamis.
AKTIVITAS perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 23–26 Juni 2025 menunjukkan tren pelemahan di hampir seluruh indikator utama.
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA mencapai Rp100,85 triliun, dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp2,86 triliun.
BEI mencatat pergerakan pasar modal Indonesia selama pekan pertama Juni 2025 menunjukkan indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,87%.
Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Kristen Indonesia (FEB UKI) bekerja sama dengan Mirae Asset Sekuritas dan Bursa Efek Indonesia, menyelenggarakan seminar nasional
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved