Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
LAJU indeks harga saham gabungan (IHSG) masih tersandera sejumlah sentimen negatif pada pekan lalu sehingga masih melanjutkan pelemahan -0,6%. Penurunan terdalam di sektor transportasi dan logistik sebesar -3,4% disusul sektor konsumer primer sebesar -2,7% dan sektor kesehatan sebesar -2,4%.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino, menyebut ada 2 sentimen negatif yang menyandera pergerakan IHSG pada pekan lalu yakni kenaikan imbal hasil obligasi di Amerika dan aksi jual investor asing.
“Data inflasi baik di tingkat produsen dan konsumen yang lebih tinggi dari ekspektasi menimbulkan kekhawatiran bahwa bank sentral Amerika akan mempertahankan kebijakan suku bunga ketatnya untuk waktu yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya," kata Mino di Jakarta, Senin (6/3).
Baca juga: IHSG Berpotensi Variatif Jelang Rilis Cadangan Devisa Pekan Ini
Hal ini membuat imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun sempat menyentuh level 4% yang merupakan level tertinggi sejak November tahun lalu. Kenaikan imbal hasil obligasi tersebut membuat pasar mengalami tekanan.
Sementara itu, tidak kondusifnya sentimen di minggu lalu membuat investor asing keluar dari pasar setelah pada minggu sebelumnya mencatatkan beli bersih. Pada minggu lalu asing mencatatkan jual bersih di beberapa emiten, seperti BBCA (Rp0,82 triliun), ARTO (Rp0,32 triliun), BBNI (Rp0,31 triliun).
Kendati demikian, sejumlah sentimen positif masih mampu menahan laju pelemahan IHSG lebih dalam pada pekan lalu.
Sentimen positif tersebut adalah rencana pembagian dividen, berlanjutnya penurunan inflasi inti, masih ekspansif-nya data manufaktur Februari dan meredanya kekhawatiran terkait kebijakan moneter ketat oleh The Fed.
Setelah dua pekan melemah, Mino berpandangan market pada minggu ini bisa menguat terbatas karena sejumlah sentimen domestik dan eksternal.
Sentimen domestik tersebut adalah laporan keuangan, cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen serta ekspektasi pembagian dividen.
Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat Didukung Katalis Positif
Selain laporan keuangan Bank Jago, rilis cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen menjadi sentimen positif bagi laju IHSG. Mengawali 2023 jumlah cadangan devisa tercatat naik menjadi US$139,4 miliar.
“Jumlah ini tentu saja mencukupi untuk membiayai 6,1 impor. Ini jauh di atas standar internasional. Trennya, cadangan devisa cukup positif untuk market," kata Mino, Senin (6/3).
Terkait indeks keyakinan konsumen, berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia pada Januari 2023 konsumen masih cukup yakin terhadap kondisi ekonomi seperti yang tercermin dalam indeks keyakinan konsumen yang bertahan di atas angka 100.
Sementara itu sentimen eksternal yang akan memengaruhi market minggu ini yakni Fed Beige Book yang berisikan informasi kondisi ekonomi Amerika terkini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan moneter, testimoni Jerome Powel dan beberapa pejabat The Fed lainnya serta nonfarm payrolls.
“Nonfarm payrolls akan menjadi salah satu perhatian investor. Pada Januari lalu nonfarm payrolls bertambah sebanyak 517.000 jauh lebih tinggi dari sebelumnya 260.000. Seiring dengan penambahan tersebut angka tingkat pengangguran turun ke level 3,40% dari sebelumnya 3,50%,” kata Mino. (Z-7)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025, dibuka melemah 4,73 poin atau 0,07% ke posisi 7.103,06.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 17 Juni 2025, dibuka menguat 6,04 poin atau 0,08% ke level 7.161,89.
meningkatnya volatilitas di pasar global dalam beberapa hari terakhir. Sentimen investor saat ini dibayangi sikap kehati-hatian, di tengah masih tingginya ketegangan geopolitik
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Selasa 17 Juni 2025, dibuka menguat 56,50 poin atau 0,79% ke posisi 7.174,09.
Eskalasi konflik Israel vs Iran berpotensi mengoreksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin 16 Juni 2025, dibuka menguat 10,61 poin atau 0,15% ke posisi 7.176,68.
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA mencapai Rp100,85 triliun, dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp2,86 triliun.
BEI mencatat pergerakan pasar modal Indonesia selama pekan pertama Juni 2025 menunjukkan indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,87%.
Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Kristen Indonesia (FEB UKI) bekerja sama dengan Mirae Asset Sekuritas dan Bursa Efek Indonesia, menyelenggarakan seminar nasional
Indonesia secara global sebagai tujuan pariwisata dunia. Ini akan dimanfaatkan LFLO untuk mengubah fokus usahanya.
SEJUMLAH data perdagangan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 3-7 Februari 2025 masih ditutup pada zona positif.
Saat ini, BEI sedang mempersiapkan Anggota Bursa untuk mendapatkan lisensi sebagai Anggota Bursa (AB) Short Selling sehingga dapat memberikan fasilitas transaksi kepada nasabah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved