Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor tertinggi kapitalisasi pasar (market cap) sebesar Rp13.701 triliun pada 29 Juli 2025, melampaui capaian tahun-tahun sebelumnya. Pencapaian ini memperkuat posisi Indonesia di peringkat ke-17 dunia dalam nilai kapitalisasi pasar, serta peringkat ke-2 di ASEAN untuk jumlah perusahaan tercatat.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menargetkan nilai kapitalisasi pasar Indonesia pada 2029-2030 dapat mencapai Rp20.000 triliun atau setara 10% dari total kapitalisasi pasar bursa global.
“Posisi kita saat ini berada di peringkat ke-17 dunia. Target BEI adalah mencapai porsi 10% dari bursa global,” ujarnya dalam Konferensi Pers HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/8).
Iman menyampaikan rekor tertinggi kapitalisasi pasar yang tercatat pada September 2024 sebesar Rp13.390 triliun telah terlampaui pada Juli 2025. “Kami berharap rekor ini terus terpecahkan seiring membaiknya kinerja perusahaan, kondisi domestik positif, dan dukungan global, meski tantangan ekonomi dunia cukup berat,” lanjutnya.
Sejak diaktifkan kembali 48 tahun lalu, pasar modal Indonesia memainkan peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Hingga 8 Agustus 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 6,41% (year-to-date) ke level 7.533,385. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp13,56 triliun, dengan volume 22 miliar lembar saham dan frekuensi 1,29 juta kali per hari.
Menariknya, ungkap Iman, jika dikonversi ke dolar AS, RNTH Indonesia menempati peringkat ke-11 di dunia, berada di bawah Thailand untuk kategori saham.
Sementara itu, pada instrumen lain seperti obligasi atau surat utang (debt securities), rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp6,1 triliun (year-to-date), melonjak 493% dibandingkan tahun 2024 yang sebesar Rp1,03 triliun.
Kinerja perdagangan derivatif juga mencetak rekor tertinggi sejak diluncurkan, dengan volume 8.573 kontrak pada 8 Agustus 2025, naik 369% dibandingkan akhir 2024. Pencapaian ini menunjukkan peningkatan minat investor dan efektivitas pengembangan instrumen derivatif di BEI.
Sepanjang 2025 hingga awal Agustus, BEI mencatat 22 pencatatan saham baru, 116 emisi obligasi, 2 exchange-traded fund (ETF) baru, serta 288 seri structured warrant. Dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana (IPO) mencapai Rp10,39 triliun, dengan 6 calon emiten (pipeline) yang masih dalam proses. Saat ini baru ada 954 perusahaan yang IPO di BEI. Target 1.200 emiten akan dikejar dalam 5 tahun ke depan.
Iman menambahkan dari enam calon emiten yang pipeline, dua di antaranya perusahaan lighthouse atau dengan kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan porsi saham publik (free float) minimal 15%.
Keenam perusahaan itu terdiri dari dua perusahaan sektor bahan baku (basic material), satu sektor transportasi dan logistik, dua sektor industri, dan satu sektor jasa keuangan.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat mengatakan, berdasarkan data Single Investor Identification (SID), jumlah investor pasar modal Indonesia hingga 8 Agustus 2025 meningkat 18% menjadi 17,59 juta, atau bertambah 2,7 juta investor dibandingkan tahun sebelumnya.
“Angkanya cukup menggembirakan dengan tambahan 2,7 juta investor baru di 2025,” ujarnya.
Pihaknya juga mencatat investor saham bertambah lebih dari 1 juta menjadi 7,5 juta. Partisipasi investor ritel tetap signifikan meskipun kontribusi investor institusi terus meningkat. Secara total, nilai aset SID mencapai Rp22,4 miliar, tumbuh 14% dibandingkan 2024.
Samsul menyampaikan tingginya minat generasi muda untuk membuka rekening pasar modal menjadi kabar positif. “Ini merupakan modal kuat bagi optimisme bahwa pasar modal ke depan akan semakin berkembang,” katanya.
Dari sisi sebaran wilayah, proporsi investor kini jauh lebih merata dibandingkan lima hingga tujuh tahun lalu, saat Pulau Jawa mendominasi hampir 90%. Hingga 2025, investor di Pulau Jawa tercatat sebesar 70,5%, diikuti Sumatra 14,9%, Kalimantan hampir 5%, Sulawesi lebih dari 5%, Maluku 1,23%, serta Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 3,5% dari total nasional.
"Jadi, perkembangannya sudah baik. Saat ini kegiatan pasar modal di Sumatra dan wilayah lainnya sudah meningkat," ucapnya.
Dari sisi kepemilikan aset, investor institusi mendominasi dengan porsi 79,04%, sementara individu memegang sekitar 20%. Berdasarkan asal investor, aset lokal mencapai 62,19%. Nilai aset yang tercatat di C-BEST (Central Depository and Book Entry Settlement System) mencapai Rp8.927 triliun, sedangkan nilai Asset Under Management (AUM) di Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST) sebesar Rp836,87 triliun.
Sepanjang 2025, KSEI telah melakukan 4.727 distribusi tindakan korporasi dengan total nilai Rp407 triliun. Rinciannya, tindakan korporasi saham senilai Rp176,41 triliun dan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) sebesar Rp230,90 triliun. (E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved