Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PEMERINTAH optimistis konsumsi rumah tangga pada momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) akan mengalami pertumbuhan di kisaran 5% hingga 10% dari kondisi normal. Itu dianggap bakal berkontribusi pada perekonomian dalam negeri secara menyeluruh.
"Konsumsi domestik bisa lebih tinggi 5% hingga 10% dari periode normal pada Nataru," ujar Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir kepada Media Indonesia, Senin (19/12).
Pada momen Nataru, lanjut dia, perputaran uang memiliki pola peningkatan setiap tahunnya sekitar 10% hingga 15% dari periode normal. Terlebih mobilitas masyarakat belakangan ini menunjukkan kecenderungan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Karena itu, pemerintah meyakini perputaran uang beredar di masyarakat pada momen Nataru akan memberi dampak signifikan pada tingkat konsumsi rumah tangga. Dari situ pula keyakinan perekonomian nasional akan menguat dari dorongan momen akhir tahun tersebut.
"Kalau dilihat pola musimannya pada saat Nataru, jumlah uang beredar lebih tinggi 10% hingga 15% dari periode normal, sehingga pada triwulan IV atau Nataru pertumbuhan lebih tinggi," kata Iskandar.
Baca juga: Perputaran Uang selama Nataru Diyakini Lampaui Tahun Lalu
Senada, ekonom makro ekonomi dan keuangan dari LPEM UI Teuku Riefky memperkirakan perputaran uang di masyarakat bakal lebih tinggi pada Nataru tahun ini. Itu didasari pada meningkatnya aktivitas perekonomian seiring leluasanya masyarakat bermobilitas.
Kendati belum bisa memberikan angka pasti, Riefky meyakini momen Nataru kali ini akan berdampak signifikan pada perekonomian secara menyeluruh.
"Tampaknya perputaran uang selama Nataru tahun ini akan lebih tinggi dari tahun lalu seiring kenaikan mobilitas dan aktivitas ekonomi dibandingkan akhir tahun lalu. Dampaknya relatif mendorong tingkat konsumsi yang kemudian akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi," pungkasnya. (OL-4)
Data ekonomi yang disampaikan pemerintah tidak boleh bertentangan dengan realita di lapangan.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai target pertumbuhan ekonomi 5,4% dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada RAPBN 2026 akan sangat berat dicapai jika tak diiringi dorongan besar.
Terbukti memberikan resiliensi perekonomian nasional, stimulus akan dilanjutkan pemerintah di semester II 2025.
APINDO dorong penguatan UMKM melalui program AUM, DSC, dan kerja sama pentahelix untuk meningkatkan daya saing usaha lokal di tengah tantangan global.
OBSESI untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi 8% agar Indonesia keluar dari middle income trap (MIT) masih terasa berat.
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved