Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Hadapi Resesi Global, Pemerintah Didorong Tingkatkan Volume Ekspor Komoditas Unggulan

M Ilham Ramadhan Avisena
25/10/2022 20:26
Hadapi Resesi Global, Pemerintah Didorong Tingkatkan Volume Ekspor Komoditas Unggulan
Ilustrasi kegiatan ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta(MI/Pius Erlangga)

PEMERINTAH didorong menjaga kesinambungan serta meningkatkan volume produksi sejumlah komoditas unggulan untuk menjaga kinerja ekspor nasional. Pasalnya, harga-harga komoditas di tingkat global mulai melandai, ditambah lagi dengan ancaman resesi dunia.

Hal itu disampaikan ekonom dari Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi, Selasa (25/10). 

Peningkatan volume itu menurutnya, juga dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai surplus dagang sebesar US$60 miliar seperti yang diproyeksikan pemerintah.

"Dalam jangka pendek, untuk mempertahankan kinerja dagang kita ke depan pemerintah harus terus berupaya menjaga kesinambungan produksi dari komoditas-komoditas penting Indonesia," kata Josua, Selasa (25/10).

"Komoditas-komoditas tersebut yakni seperti batu bara, CPO, besi dan baja (terkait nikel) agar secara volume ekspor dapat terjaga atau meningkat sehingga dapat menghilangkan efek penurunan harga," sambungnya.

Dengan kondisi dunia yang sedang dibayangi ancaman resesi, proyeksi surplus dagang sebesar US$60 miliar menurut Josua relatif optimis. Pasalnya, hingga September 2022 nilai surplus dagang Indonesia tercatat US$39,87 miliar. Realisasi itu tumbuh 58,83% dari surplus 2021 yang tercatat hanya US$35,34 miliar.

Namun tahun berjalan hanya menyisakan tiga bulan. Dengan kata lain, untuk mencapai proyeksi surplus tersebut, Indonesia mesti membukukan surplus dagang setidanya US$6,6 miliar per bulan.

Josua menambahkan, surplus neraca dagang sedianya dapat menopang penyediaan likuiditas dolar Amerika Serikat dan memenuhi kebutuhan mata uang AS di dalam negeri. Hanya, menurutnya perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai signifikansi dolar AS itu bagi perekonomian domestik.

"Memang itu dapat membantu likuiditas dolar AS dan kebutuhannya di dalam negeri. Namun perlu dikaji lebih jauh terkait dengan berapa lama Devisa Hasil Ekspor (DHE) tersebut bertahan di pasar domestik dan menjadi likuiditas bagi perekonomian domestik," ujar Josua.

Diketahui sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, nilai surplus dagang Indonesia sepanjang 2022 diperkirakan bakal menembus US$60 miliar. Ini bahkan lebih besar dibanding era ledakan komoditas (boom commodity) di 2010-2011.

"Perdagangan kita tahun ini diproyeksikan menjadi US$60 miliar secara signifikan lebih besar dari surplus perdagangan tahunan sekitar US$22 miliar dan US$26 miliar selama commodity boom terakhir pada 2010 atau 2011," ujarnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya