Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Tarif Impor AS Tak Goyahkan Smelter RI, Diversifikasi Ekspor Jadi Senjata Hilirisasi

 Gana Buana
23/7/2025 17:16
Tarif Impor AS Tak Goyahkan Smelter RI, Diversifikasi Ekspor Jadi Senjata Hilirisasi
Tarif impor AS tak menggoyahkan kinerja smelter(Antara)

Kebijakan tarif impor tembaga 50% yang diberlakukan Amerika Serikat diperkirakan tidak akan mengguncang kinerja smelter nasional. Konsistensi hilirisasi dan strategi diversifikasi pasar ekspor menjadi fondasi utama ketahanan industri tembaga dan tambang Indonesia.

Laporan riset Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) berjudul “Kajian Dampak Hilirisasi Industri Tambang terhadap Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan” menegaskan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap pasar tunggal, seperti AS, telah berkurang berkat keberhasilan mendorong ekspor produk hilir ke berbagai negara.

“Perluasan ekspor ke pasar nontradisional dan penguatan perjanjian perdagangan bebas jadi kunci mengurangi risiko dan meningkatkan daya saing global,” ujar Nur Kholis, Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI.

Pemerintah kini mengarahkan ekspor ke kawasan Eropa dan Afrika yang dinilai memiliki potensi pasar besar. Strategi ini pun mulai menunjukkan hasil nyata.

Ekspor Produk Turunan Tambang Melonjak

Tren positif tercermin dari peningkatan tajam ekspor produk turunan. Ekspor pasir silika melonjak dari US$3,54 juta pada 2021 menjadi US$58,61 juta pada 2023. Ekspor produk photovoltaic—komponen penting dalam teknologi energi terbarukan—juga naik dari US$175,82 juta pada 2022 menjadi US$228,21 juta pada 2023.

“Hilirisasi bukan sekadar menambah devisa, tapi juga mengakselerasi transformasi industri nasional ke arah berteknologi tinggi dan berkelanjutan,” lanjut Nur Kholis.

SDM Jadi Faktor Penentu

Meski demikian, hilirisasi juga membutuhkan dukungan SDM. FEB UI mencatat, sektor manufaktur dan hilirisasi membutuhkan sekitar 16.000 tenaga kerja kompeten setiap tahun. Sinergi pusat-daerah untuk penyediaan pelatihan berbasis kebutuhan industri pun menjadi krusial.

Selain itu, pengembangan usaha berbasis komunitas dinilai strategis untuk memastikan manfaat hilirisasi dirasakan langsung oleh masyarakat lokal. (RO/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya