Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Omzet Toko Kelontong Besutan anak FH UGM ini Cuma Rp300 juta per bulan

Ardi T Hardi
01/9/2022 11:41
Omzet Toko Kelontong Besutan anak FH UGM ini Cuma Rp300 juta per bulan
Granita Elsara, yang merintis usaha kelontong sejak mahasiswa di FH UGM di depan toko kelontongnya, bermodal kemauan dan kerja keras.(dok.humas UGM)

Di tengah kemajuan zaman seperti saat ini, usaha toko kelontong pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, usaha ini juga bisa menghasilkan omzet ratusan juta dalam sebulan.

Kisah sukses itu dibagikan oleh alumnus UGM yang berusaha toko kelontong sejak mahasiswa, Granita Elsara. "Omzet biasanya mencapai 380-an juta per bulannya," ungkap Elsa dikutip dari siaran pers Humas UGM, Kamis (1/9/2022).

Elsa merupakan alumnus Fakultas Hukum UGM. Ia  baru saja diwisuda pada 25 Agustus 2022 lalu. Ia merintis usaha toko kelontongnya sejak masih menyandang status mahasiswa, tepatnya sejak bulan September 2017 silam.

Ia menceritakan, menjalankan usaha toko kelontong berawal dari keprihatinannya akan harga-harga barang-barang yang dijual di toko-toko kelontong daerahnya yang relatif mahal karena berada di lokasi wisata yakni kawasan wisata Kaliurang, DIY.

"Saya tinggal di daerah Kaliurang Barat yang di situ barang-barang kebutuhan pokok maupun snack dijual mahal. Ya, karena selain berada di tempat wisata, lokasi yang jauh dari kota menjadikan biaya distribusinya juga mahal," ungkap dia. Akhirnya, ia pun terpikir membuat usaha toko kelontong untuk menstabilkan harga dengan membuka toko kelontong sendiri.

"Tidak mengira, usaha ini bisa bertahan hingga saat ini," papar putri bungsu dari dua bersaudara pasangan Ir. Nugroho Kunwardi Antoro dan Woro Indarti ini.

Awalnya, Elsa hanya bermodalkan kemauan untuk memulai sebuah usaha serta meminjam uang Rp32 juta dari orang tuanya untuk belanja keperluan perlengkapan toko dan produk yang akan dijual.

Elsa pun mulai membuka toko kelontong di garasi rumahnya yang berlokasi di Kaliurang Barat RT 07 RW 09, Hargobinangung, Pakem, Sleman. Toko yang bernama Warung Bu Woro, yang mengambil nama ibunya, sempat mengalami kesulitan pada minggu-minggu awal.

"Di hari pertama dan kedua itu tetangga banyak yang beli sebagai bentuk dukungan, tapi setelah itu pendapatan menurun. Sempat nangis karena ngerasa sudah tidak bisa memutar barang lagi, penjualan stagnan dengan omzet Rp300-400 ribu per harinya, bingung gimana cara balikin modal ke orang tua," papar dia.

Namun, Elsa tak berlama-lama terpuruk dengan keadaan. Ia segera tersadar dan bangkit, memutar otak mencari solusi untuk keluar dari keterpurukannya saat itu. Lantas wanita kelahiran Sleman 27 tahun lalu ini memiliki ide untuk melakukan diversifikasi barang dan menambah kuantitas barang per itemnya sehingga bisa menawarkan pilihan yang lebih beragam bagi konsumen.

Dari awalnya hanya menjual barang-barang kebutuhan pokok, ia memperluas dengan menjual produk kebutuhan tersier lainnya. Hingga akhirnya di bulan Desember 2017 saat momen liburan, kunjungan wisatawan ke kawasan Kaliurang meningkat berimbas pada penjualan tokonya yang turut melonjak tajam dan omset mengalami kenaikan.

Belajar dari pengalaman dan melihat peluang pasar yang potensial di kawasan wisata Kaliurang, Elsa lalu melebarkan pasar. Ia pun berusaha menggandeng pelaku industri wisata di sekitar Kaliurang untuk kerja sama.

Elsa mencoba memasukan proposal ke hotel, rumah makan, dan toko penjual makanan khas setempat seperti jadah tempe dan usaha tersebut mendapatkan respon positif. Akhirnya, ia pun merambah usaha dengan mensuplai kebutuhan hotel, rumah makan, dan toko di sekitar tempat wisata Kaliurang.

"Kan masukin proposal jadi harus berani nambah modal. Hutang sebelumnya belum kebayar tapi sudah minjam ortu lagi sehingga total pinjaman itu Rp54  juta," ujarnya. Selesai pada masa liburan, omzet penjualan naik per harinya dengan titik tertinggi Rp36 juta

"Akhirnya Januari 2018 saya bisa melunasi semua pinjaman ke orang tua," papar dia.

Menghadapi Tantangan

Selain saat awal-awal berjualan, tantangan usahanya juga muncul saat terjadi erupsi Merapi pada Mei 2018. Gejolak Merapi kala itu memengaruhi pasar di kawasan Kaliurang.

Ia pun kembali mencari cara untuk mempertahankan usahanya dengan mencari pasar lain hingga mensuplai barang kebutuhan masyarakat ke Pasar Pakem, Sleman.

Usahanya yang kian berkembang mengharuskan Elsa merekrut karyawan untuk membantu operasional usahanya. Saat ini ia mempekerjakan empat orang karyawan.

Setiap hari rata-rata ia bisa menghasilkan omset hingga Rp12-an juta. Jika dikalkulasi ia bisa memperoleh omset tak kurang dari Rp380 juta per bulannya. Keuntungan bersih sekitar Rp10-12 juta setiap bulan.

"Kunci berbisnis itu ya harus ada keberanian untuk ambil risiko, jangan cepat menyerah saat jatuh kalau mau bertahan dan segera cari solusi," tuturnya yang belum lama ini mendapat kucuran dana pengembangan usaha dari Kementerian Investasi sebesar Rp20 juta.

Setelah sukses dengan toko kelontongnya, ia mulai merambah bisnis lain. Ia bersama dengan pemuda desa Kaliurang Barat mengembangkan usaha penyediaan camping ground dan picnic area yang dinamai Nawang Jagad sejak 2021 lalu.

Nawang Jagad berlokasi di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Padukuhan Kaliurang Barat dan cukup diminati wisatawan. Sebab selain akses yang mudah juga menawarkan suasana dan alam yang masih asri serta pemandangan alam khas pegunungan. (OL-13)

Baca Juga: Sandiaga Uno: UMKM Bisa Jadi Lokomotif Cetak Lapangan Kerja



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya