Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menggerakkan Kesadaran Ekonomi Hijau pada Anak Muda

Rifaldi Putra Irianto
06/10/2024 05:20
Menggerakkan Kesadaran Ekonomi Hijau pada Anak Muda
Pelatihan pembuatan eco enzyme.(Dok. GREEN RANGERS 9.0)

DI balik megahnya Kampus Universitas Indonesia (UI), sekelompok anak muda bergerak secara kolektif menyebarkan pendidikan terkait dengan isu lingkungan kepada anak-anak muda lain. Mereka tidak sedang pamer atau sok pintar, hanya berikhtiar agar gerakan kecil itu bisa membuat semakin banyak orang peduli dan paham dengan isu lingkungan.

Mereka bernaung di bawah Departemen Lingkungan Hidup pada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI. Sudah sembilan tahun, sejak 2015, mereka menghadirkan kegiatan tahunan bertajuk Green Rangers. Ada dua tujuan utama pada kegiatan itu, yakni menjadi wadah bagi mahasiswa UI yang tertarik dengan isu lingkungan dan berperan aktif memberikan pendidikan kepada masyarakat menyoal isu lingkungan hidup.

Hadir sebagai generasi muda membuat mereka merasa memiliki tanggung jawab menyadarkan publik, khususnya anak-anak jenjang SD-SMP, agar memiliki kesadaran mengenai lingkungan hidup. Itu menjadi landasan dasar agar tidak pernah absen menggelar kegiatan Green Rangers tiap tahunnya. Tahun ini kegiatan itu sudah memasuki edisi ke-9 atau Green Rangers 9.0.

Baca juga : Rangkul Anak Muda untuk Peduli Lingkungan

“Setiap tahunnya Green Rangers memiliki tema yang berbeda. Tahun ini kami mengangkat tema Green revolution cultivating sustainable thinking through green economy, atau berfokus pada ekonomi hijau. Kami berupaya menghadirkan pendidikan terkait dengan lingkungan yang berkelanjutan dengan fokus menggerakkan ekonomi masyarakat melalui produk-produk hijau, misalnya eco enzyme,” kata Project Officer Green Rangers 9.0, Tayomi Athaya Sani Azizah, Kamis (26/9).

Pemilihan tema kali ini, ucap Tayomi, bukan tanpa alasan. Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan UI itu menjelaskan penentuan tema didasari permasalahan lingkungan yang terjadi di masyarakat belakangan ini. Berdasarkan data yang ia miliki, sampah rumah tangga, khususnya limbah organik, menjadi permasalahan yang cukup besar di Indonesia saat ini.

Dengan berangkat dari kondisi itu, Tayomi melihat masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak paham bagaimana mengolah limbah rumah tangga menjadi hal yang bermanfaat. Padahal, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjadikan sampah-sampah itu lebih bermanfaat dan menghasilkan sumber pemasukan baru, salah satunya dengan mengubah menjadi produk eco enzyme.

Baca juga : Mengapa Asuransi Life Care BRI Wajib Dimiliki Sejak Usia Muda? Ini Alasannya

“Jika melihat data 2023, jumlah sampah di Indonesia itu 33% merupakan sampah organik dan limbah ini merupakan sisa makanan atau rumah tangga. Kami melihat salah satu hal yang membuat tingginya limbah rumah tangga karena masih banyak masyarakat yang bingung mengolahnya. Tahun ini, fokus kami mengedukasi masyarakat, khususnya anak-anak muda, terkait dengan pengolahan sampah,” ungkapnya.

Kegiatan Green Rangers 9.0 berlangsung selama sekitar tiga bulan (September-November). Pada bulan pertama mereka terlebih dahulu mendapat pelatihan menyoal ekonomi hijau serta pembuatan eco enzyme dengan para ahli. Dua bulan sisanya akan mereka isi dengan pengabdian masyarakat di dua sekolah dan satu panti sosial di Jakarta.

Pengabdian masyarakat dibagi menjadi dua kategori sasaran, yakni siswa/i SD dan SMP. Untuk jenjang SD, kegiatan Green Rangers bakal berlangsung di salah satu sekolah dan panti sosial. Programnya berupa edukasi terkait dengan pemilahan sampah dan kegiatan membuat tempat sampah edukatif. Pada jenjang SMP, akan digelar kegiatan produksi eco enzyme.

Baca juga : Pramuka Masa Kini Jadi Booster Dunia Kerja

Sejauh ini ada sekitar 45 peserta dan 45 panitia yang bergabung dalam kegiatan Green Rangers 9.0. Mereka hadir setelah mendaftarkan diri dan melakukan proses seleksi pemberkasan. Nantinya, peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan pengabdian masyarakat.

 

Pelatihan eco enzyme untuk anak SMP

Baca juga : 10 Penyebab Stroke di Usia Muda

Afifah Azharadipta yang bertugas sebagai penanggung jawab Divisi Mentor menjelaskan eco enzyme merupakan cairan multifungsi dari fermentasi sampah organik, gula, dan air yang memiliki banyak manfaat, salah satunya menjadi cairan pembersih hingga pupuk serbaguna.

Setelah mendapat ilmu dari para ahli, anggota Green Rangers 9.0 nantinya akan memberikan pemahaman kepada siswa/i terkait dengan ekonomi hijau dan eco enzyme. Setelahnya, mereka akan mempraktikkan proses memproduksi eco enzyme dengan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan bersama pihak sekolah.

“Kami enggak ada target spesifik mau membuat berapa banyak cairan eco enzyme dalam pengabdian. Harapannya bisa memproduksi sekitar lima galon berukuran 15 liter. Proses pembuatan eco enzyme membutuhkan waktu sehingga kami akan pantau terus perkembangannya sampai cairannya bisa digunakan,” ujar Afifah.

Afifah menambahkan, hasil eco enzyme yang diproduksi bersama siswa/i nantinya akan dikembalikan kepada sekolah, apakah ingin dimanfaatkan untuk kebutuhan sekolah atau dijual. Yang terpenting, imbuh Afifah, edukasi terkait dengan pemanfaatan limbah organik menjadi produk yang bermanfaat sudah tersampaikan dan diharapkan menjadi ilmu baru yang bermanfaat.

“Harapannya anak-anak muda ini bisa paham kalau limbah itu bisa, lo, dijadikan produk yang bermanfaat dan menghasilkan uang. Walaupun dari hasil ini mereka tidak wajib untuk menjual, setidaknya sudah tahu ilmunya," ungkapnya.

Untuk pelatihan pada sekolah dasar dan panti sosial, anggota Green Rangers 9.0 akan memberikan edukasi terkait dengan pemilahan sampah, pengetahuan jenis-jenis sampah organik, nonorganik, dan B3. Pun mereka juga akan membuat wadah pembuangan sampah edukatif bersama siswa-siswi.

“Terkait bentuk tempat sampah edukatif, kami akan bikin tempat sampah tiga warna bareng siswa-siswi. Nanti kami bakal kasih keterangan pada tempat sampahnya berupa gambar dari sampah yang masuk kategori tersebut, misalnya untuk wadah sampah organik itu apa saja, nonorganik apa saja, dan B3 apa saja,” jelas Afifah. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya