Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KOMUNITAS yang lahir dari tangan anak-anak muda sudah menjamur. Keresahan akan berbagai isu di Indonesia bahkan dunia, seperti kesetaraan gender, politik, dan lingkungan, membuat mereka tergerak untuk melakukan sesuatu melalui medium komunitas. Itumenjadi wadah untuk belajar dan berkolaborasi menyuarakan isu-isu tersebut.
Berdiri sejak 2020, komunitas Green Welfare berfokus pada isu lingkungan. Komunitas itu dibangun oleh Nala Amira, 20, saat ia masih berstatus sebagai siswa. Ia resah kala mengetahui masih kurangnya pendidikan terkait dengan isu lingkungan pada anak muda, khususnya environmental sustainability. Berangkat dari sanalah, dia dibantu dengan beberapa teman-temannya membangun Green Welfare.
“Tahun 2020 itu saya melihat sustainability masih sangat segmented market-nya. Saat itu kebanyakan isu yang selalu dibahas oleh gen Z lebih ke human rights atau gender equality, dan environmental sustainability market-nya lebih untuk profesional. Dari situ aku melihat rasanya penting, nih, untuk ada platform bagi anak muda yang bisa mempelajari serta berkontribusi langsung ke proyek-proyek lingkungan,” ujar Nala.
Baca juga : Sulit Contoh Thailand, Ini Tantangan Anak Muda Bentuk Partai Politik
Siapa sangka, ternyata cukup banyak anak-anak muda yang tertarik bergabung dengan Green Welfare. Diawali dengan lima anggota, kini Green Welfare bertumbuh mencatatkan angka pengikut di media sosial Instagram sebanyak 29 ribu.
“Kami ada tim yang year-long (jangka panjang) dan ada tim yang cuma project-based. Saat ini sekitar 90 anak muda menjadi volunteer di Green Welfare. Kalau year-long volunteer itu, dia per tahun, jadi per tahun kami buka lowongan. Kalau misalkan mereka enggak mau lanjut, enggak apa, jadi setiap tahun itu ada istilahnya perpanjang kontrak atau kalau mau sudah selesai, ya, di layoff-in. Kalau untuk project-based, kami sistemnya need-based,” ungkap Nala.
Melihat data yang dimiliki Green Welfare, sederet aktivitas telah dilangsung selama sekitar empat tahun berdiri. Seperti melakukan penanaman lebih dari 3.000 mangrove, melakukan lebih dari 65 kali kegiatan belajar mengajar mengenai pendidikan iklim di sejumlah sekolah, hingga terlibat dalam lebih dari 200 kegiatan berkaitan dengan lingkungan.
Baca juga : Paus Fransiskus Kirim Salam untuk Anak-anak Muda Indonesia
Perkuat peran pemuda
Komunitas itu memiliki visi memperkuat peran pemuda Indonesia dan komunitas lokal dalam mencapai Indonesia emas 2045, salah satunya dengan terlibat aktif dalam aksi lingkungan dan sosial yang berkelanjutan. Green Welfare memiliki sederet program kerja yang dibagi dalam tiga kategori, yakni kegiatan pendidikan iklim, kegiatan eco-entertainment, dan kegiatan nature-based solutions.
Baca juga : Tips Wujudkan Rumah Pertama buat Anak Muda, Manfaatkan KPR Solusi BRI
Sejak awal, Green Welfare memang dibangun sebagai wadah anak-anak muda. Karenanya, sejumlah program yang dihadirkan difokuskan kepada anak-anak muda jenjang sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP). Namun, ada pula beberapa program yang difokuskan kepada jenjang yang lebih tinggi.
“Di Green Welfare itu ada tiga pilar yang kami percaya, pertama itu advokasi atau awareness. Kedua, critical understanding, dan ketiga,hands-on approach atau practical approach. Nah, ketiga pilar ini ada dalam program kami, dari sisi awareness kami punya eco-entertainment, kemudian untuk critical understanding kami ada kegiatan mengajar lewat pendidikan iklim, dan untuk practical approach kami ada program nature-based solutions,” ungkap Nala.
Wakil Ketua Umum Green Welfare Regatta Lara, 21, menjelaskan dengan lebih terperinci. Dikatakan Regata, untuk program pendidikan iklim, Green Welfare menghadirkan sejumlah kegiatan yang menekankan pada soal pendidikan iklim kepada anak-anak muda. Adapun program itu dibagi menjadi dua jenjang, yaitu jenjang untuk tingkat SD-SMP dan tingkat SMA-profesional.
Baca juga : Pelestarian Lingkungan Bisa Bantu Turunkan Stunting, Begini Caranya!
Untuk program pendidikan iklim di tingkat SD-SMP, Green Welfare secara rutin (minimal setiap bulan) melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah, baik lembaga formal maupun informal. Kunjungan tersebut ditujukan untuk memberi ajaran terkait dengan pendidikan iklim. Sejauh ini, setidaknya sudah ada lebih dari 65 sekolah yang mereka singgahi.
Selain kegiatan, Green Welfare pun sudah menghasilkan dua buku terkait dengan isu lingkungan. "Buku inilah (berisi cerita dan nasionalismenya) yang kemudian menjadi bahan ajar kami lewat kegiatan mengajar di sekolah-sekolah,” ujar Regatta.
Sementara itu, untuk pendidikan iklim di jenjang SMA-profesional, program yang dihadirkan Green Welfare lebih kepada menggelar kelas-kelas daring dengan mengundang sejumlah mentor atau narasumber yang memang ahli di bidang lingkungan seperti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sementara itu, dalam eco-entertainment, program tersebut lebih kepada creative eventyang mengolaborasikan antara lingkungan dan entertainment, misalnya menggelar kegiatan talkshow, pentas seni, atau kegiatan lainnya yang berkolaborasi dengan pihak lain.
“Kami baru-baru ini bikin small art exhibition di acara Indonesia Net Zero Summit. Ajak anak-anak muda untuk submit karya seni mereka, kebanyakan yang submit itu rentang umur 10-15 tahun. Anak-anak muda ini menyampaikan aspirasi lingkungan melalui karya seni, terutama lukisan, dan 10 karya seni terbaik kami pajang dalam acara Net Zero Summit,” tutur Ketua Umum Green Welfare Nifa Rahma.
Terakhir, untuk program nature-based solutions, kegiatan itu lebih kepada kegiatan nyata. Green Welfare melakukan aktivitas turun langsung ke lapangan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan. Salah satunya lewat kegiatan menanam mangrove.
Dampak nyata
Sudah berjalan selama empat tahun, banyak hasil nyata yang dihasilkan oleh Green Welfare kepada anak-anak muda di Indonesia. Green Welfare secara tidak langsung berhasil merangkul banyak anak-anak muda untuk lebih memahami terkait dengan iklim dan lingkungan.
“Banyak banget anak muda, baik itu dari anggota inti kami atau anak-anak muda yang mengikuti program kami, setelah mereka ikut program kami, mereka benar-benar menemukan passion mereka dalam environmental sustainability dan hal tersebut menjadi sesuatu yang mereka jalani sebagai karier hidup mereka,” ucap pendiri Green Welfare, Nala.
Nala mencontohkan salah satu temannya yang dulu sama sekali tidak tertarik dengan isu iklim dan lingkungan. Setelah mengikuti Green Welfare, ia justru menemukan passion pada bidang sustainable food technology dan kini sedang menjalani kuliah terkait dengan food technology systems. (M-3)
Petugas gabungan membersihkan tanaman eceng gondok dari permukaan danau.
Tak hanya bersenang-senang, para pengendara motor ini juga menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar
Maudy Ayunda, aktris dan penyanyi berbakat, semakin dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap lingkungan.
SIKAP peduli terhadap lingkungan hidup perlu ditanamkan sejak dini. Untuk menanamkan kepedulian itu, Pelindo menggelar sosialisasi Program Sekolah Adiwiyata di SD Barunawati III
Isu lingkungan hidup, sosial dan tata kelola perusahaan atau environmental, social, and governance (ESG) kini menjadi fokus para pelaku industri
Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir, mengingatkan pentingnya menjaga dan meneruskan nilai-nilai perjuangan para tokoh bangsa.
Jovial da Lopez menyebut keberanian untuk keluar dari zona nyaman menjadi kunci penting dalam membentuk karakter yang tangguh dan percaya diri.
Anggota Komisi VI DPR RI, Rizal Bawazier, mendorong pelatihan khusus bagi anak-anak muda yang belum mendapatkan kesempatan kerja. Ketimbang langsung disuruh kerja, lebih baik dilatih dulu.
Kampanye Si Paling Megang menunjukkan komitmen dari Pemerintah Indonesia dalam mempromosikan gaya hidup sehat bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Usia baru menginjak 20-an, tapi tubuh terasa cepat pegal dan lelah? Waspadalah—bukan sekadar kelelahan biasa, ini bisa menjadi gejala gangguan metabolisme
Rumah masih menjadi sesuatu yang sulit dimiliki oleh anak muda di Indonesia saat ini. Faktor ekonomi dan sosial menjadi kendala utama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved