Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KOMUNITAS yang lahir dari tangan anak-anak muda sudah menjamur. Keresahan akan berbagai isu di Indonesia bahkan dunia, seperti kesetaraan gender, politik, dan lingkungan, membuat mereka tergerak untuk melakukan sesuatu melalui medium komunitas. Itumenjadi wadah untuk belajar dan berkolaborasi menyuarakan isu-isu tersebut.
Berdiri sejak 2020, komunitas Green Welfare berfokus pada isu lingkungan. Komunitas itu dibangun oleh Nala Amira, 20, saat ia masih berstatus sebagai siswa. Ia resah kala mengetahui masih kurangnya pendidikan terkait dengan isu lingkungan pada anak muda, khususnya environmental sustainability. Berangkat dari sanalah, dia dibantu dengan beberapa teman-temannya membangun Green Welfare.
“Tahun 2020 itu saya melihat sustainability masih sangat segmented market-nya. Saat itu kebanyakan isu yang selalu dibahas oleh gen Z lebih ke human rights atau gender equality, dan environmental sustainability market-nya lebih untuk profesional. Dari situ aku melihat rasanya penting, nih, untuk ada platform bagi anak muda yang bisa mempelajari serta berkontribusi langsung ke proyek-proyek lingkungan,” ujar Nala.
Baca juga : Sulit Contoh Thailand, Ini Tantangan Anak Muda Bentuk Partai Politik
Siapa sangka, ternyata cukup banyak anak-anak muda yang tertarik bergabung dengan Green Welfare. Diawali dengan lima anggota, kini Green Welfare bertumbuh mencatatkan angka pengikut di media sosial Instagram sebanyak 29 ribu.
“Kami ada tim yang year-long (jangka panjang) dan ada tim yang cuma project-based. Saat ini sekitar 90 anak muda menjadi volunteer di Green Welfare. Kalau year-long volunteer itu, dia per tahun, jadi per tahun kami buka lowongan. Kalau misalkan mereka enggak mau lanjut, enggak apa, jadi setiap tahun itu ada istilahnya perpanjang kontrak atau kalau mau sudah selesai, ya, di layoff-in. Kalau untuk project-based, kami sistemnya need-based,” ungkap Nala.
Melihat data yang dimiliki Green Welfare, sederet aktivitas telah dilangsung selama sekitar empat tahun berdiri. Seperti melakukan penanaman lebih dari 3.000 mangrove, melakukan lebih dari 65 kali kegiatan belajar mengajar mengenai pendidikan iklim di sejumlah sekolah, hingga terlibat dalam lebih dari 200 kegiatan berkaitan dengan lingkungan.
Baca juga : Paus Fransiskus Kirim Salam untuk Anak-anak Muda Indonesia
Perkuat peran pemuda
Komunitas itu memiliki visi memperkuat peran pemuda Indonesia dan komunitas lokal dalam mencapai Indonesia emas 2045, salah satunya dengan terlibat aktif dalam aksi lingkungan dan sosial yang berkelanjutan. Green Welfare memiliki sederet program kerja yang dibagi dalam tiga kategori, yakni kegiatan pendidikan iklim, kegiatan eco-entertainment, dan kegiatan nature-based solutions.
Baca juga : Tips Wujudkan Rumah Pertama buat Anak Muda, Manfaatkan KPR Solusi BRI
Sejak awal, Green Welfare memang dibangun sebagai wadah anak-anak muda. Karenanya, sejumlah program yang dihadirkan difokuskan kepada anak-anak muda jenjang sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP). Namun, ada pula beberapa program yang difokuskan kepada jenjang yang lebih tinggi.
“Di Green Welfare itu ada tiga pilar yang kami percaya, pertama itu advokasi atau awareness. Kedua, critical understanding, dan ketiga,hands-on approach atau practical approach. Nah, ketiga pilar ini ada dalam program kami, dari sisi awareness kami punya eco-entertainment, kemudian untuk critical understanding kami ada kegiatan mengajar lewat pendidikan iklim, dan untuk practical approach kami ada program nature-based solutions,” ungkap Nala.
Wakil Ketua Umum Green Welfare Regatta Lara, 21, menjelaskan dengan lebih terperinci. Dikatakan Regata, untuk program pendidikan iklim, Green Welfare menghadirkan sejumlah kegiatan yang menekankan pada soal pendidikan iklim kepada anak-anak muda. Adapun program itu dibagi menjadi dua jenjang, yaitu jenjang untuk tingkat SD-SMP dan tingkat SMA-profesional.
Baca juga : Pelestarian Lingkungan Bisa Bantu Turunkan Stunting, Begini Caranya!
Untuk program pendidikan iklim di tingkat SD-SMP, Green Welfare secara rutin (minimal setiap bulan) melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah, baik lembaga formal maupun informal. Kunjungan tersebut ditujukan untuk memberi ajaran terkait dengan pendidikan iklim. Sejauh ini, setidaknya sudah ada lebih dari 65 sekolah yang mereka singgahi.
Selain kegiatan, Green Welfare pun sudah menghasilkan dua buku terkait dengan isu lingkungan. "Buku inilah (berisi cerita dan nasionalismenya) yang kemudian menjadi bahan ajar kami lewat kegiatan mengajar di sekolah-sekolah,” ujar Regatta.
Sementara itu, untuk pendidikan iklim di jenjang SMA-profesional, program yang dihadirkan Green Welfare lebih kepada menggelar kelas-kelas daring dengan mengundang sejumlah mentor atau narasumber yang memang ahli di bidang lingkungan seperti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sementara itu, dalam eco-entertainment, program tersebut lebih kepada creative eventyang mengolaborasikan antara lingkungan dan entertainment, misalnya menggelar kegiatan talkshow, pentas seni, atau kegiatan lainnya yang berkolaborasi dengan pihak lain.
“Kami baru-baru ini bikin small art exhibition di acara Indonesia Net Zero Summit. Ajak anak-anak muda untuk submit karya seni mereka, kebanyakan yang submit itu rentang umur 10-15 tahun. Anak-anak muda ini menyampaikan aspirasi lingkungan melalui karya seni, terutama lukisan, dan 10 karya seni terbaik kami pajang dalam acara Net Zero Summit,” tutur Ketua Umum Green Welfare Nifa Rahma.
Terakhir, untuk program nature-based solutions, kegiatan itu lebih kepada kegiatan nyata. Green Welfare melakukan aktivitas turun langsung ke lapangan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan. Salah satunya lewat kegiatan menanam mangrove.
Dampak nyata
Sudah berjalan selama empat tahun, banyak hasil nyata yang dihasilkan oleh Green Welfare kepada anak-anak muda di Indonesia. Green Welfare secara tidak langsung berhasil merangkul banyak anak-anak muda untuk lebih memahami terkait dengan iklim dan lingkungan.
“Banyak banget anak muda, baik itu dari anggota inti kami atau anak-anak muda yang mengikuti program kami, setelah mereka ikut program kami, mereka benar-benar menemukan passion mereka dalam environmental sustainability dan hal tersebut menjadi sesuatu yang mereka jalani sebagai karier hidup mereka,” ucap pendiri Green Welfare, Nala.
Nala mencontohkan salah satu temannya yang dulu sama sekali tidak tertarik dengan isu iklim dan lingkungan. Setelah mengikuti Green Welfare, ia justru menemukan passion pada bidang sustainable food technology dan kini sedang menjalani kuliah terkait dengan food technology systems. (M-3)
Para relawan akan bertugas mendampingi program pengolahan sampah dari sumber melalui metode Kang Empos dan Maggotisasi.
Tak hanya bersenang-senang, para pengendara motor ini juga menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar
Kegiatan Plogging ini diikuti oleh karyawan LocknLock, Trash Hero dan 81 relawan dengan semangat peduli lingkungan membersihkan area di sekitar lapangan Banteng Jakarta Pusat.
Pemprov DKI Jakarta mendukung segala kegiatan olahraga dan pembinaannya, salah satunya Festival Dayung Ciliwung 2022.
RELAWAN Ganjar Milenial Center (GMC) Jabodetabek berkolaborasi dengan Famous Crew untuk meningatkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan.
Peluncuran kegiatan ini guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kepedulian lingkungan.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
Salah satu tantangan bagi mahasiswa kelas paralel adalah dalam hal manajemen waktu. Mahasiswa kelas paralel harus bisa menyeimbangkan antara pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan pribadi.
Pemain Timnas Witan Sulaeman mengajak anak-anak muda agar mendaftarkan haji sejak dini jika kondisi keuangan bagus
Tular Nalar juga menghadirkan Bioskop Keliling yang bekerja sama dengan Jaringan Radio Komunikasi Indonesia.
Putri bungsu Pramono Anung, Hanifa Fadhila Pramana, mengungkapkan aspirasi yang diterima dituangkan dalam buku yang berisi catatan-catatan mereka.
Komunitas e-sports membuktikan bahwa generasi muda tidak hanya aktif di dunia digital, tetapi juga memiliki suara dalam menentukan masa depan kepemimpinan daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved