Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PENGAMAT ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai, kebijakan paling tepat dan efektif yang bisa diambil pemerintah pada Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi adalah melalui pembatasan. Sebab, hal itu dinilai dapat mengendalikan konsumsi sekaligus menjaga tingkat inflasi.
"Pembatasan paling efektif saat ini dengan hanya menetapkan kendaraan roda dua dan angkutan umum yang bisa menggunakan Pertalite dan Solar. MyPertamina tidak akan efektif membatasi BBM agar tepat sasaran," kata dia saat dihubungi, Jumat (19/8).
Fahmy menambahkan, beban subsidi energi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memang sudah terlampau tinggi. Bahkan, dia memperkirakan kebutuhan biaya subsidi hingga akhir tahun bisa menembus Rp600 triliun.
Angka itu jauh lebih besar ketimbang alokasi yang telah disediakan pemerintah dalam APBN Perubahan 2022 sebesar Rp502 triliun. Jumlah itu bertambah Rp349,9 triliun dari alokasi APBN awal yakni Rp152,1 triliun.
Secara rinci, penambahan anggaran itu berasal dari penambahan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp71,8 triliun dan subsidi listrik Rp3,1 triliun. Sedangkan Rp216,1 triliun lainnya merupakan dana tambahan kompensasi kepada Pertamina sebesar Rp194,7 triliun dan PLN Rp21,4 triliun.
Penambahan dana itu juga diperuntukkan membayar kompensasi kurang bayar tahun 2021 yang sebesar Rp108,4 triliun, di mana Rp83,8 triliun dibayarkan kepada Pertamina dan Rp24,6 triliun dibayarkan kepada PLN.
Fahmy mengatakan, sejatinya penaikan harga BBM bersubsidi merupakan langkah tepat, bila tidak dalam situasi dan kondisi seperti saat ini. Pasalnya, bila penaikan harga BBM bersubsidi dilakukan saat ini, maka inflasi akan meroket dan mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Luhut: Minggu Depan Presiden Umumkan Penaikan Harga BBM
"Kenaikkan Pertalite dan Solar yang proporsinya 70% sudah pasti menyulut Inflasi. Kalau kenaikkan Pertalite hingga Rp10.000 per liter, kontribusi inflasi mencapai 0.97% sehingga inflasi tahun berjalan bisa mencapai 6,2%," tutur dia.
"Dengan inflasi sebesar itu akan memperpuruk daya beli dan pertumbuhan ekonomi. Maka pemerintah jangan menaikan harga Pertalite, tapi fokus pada pengendalian BBM bersubsidi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo dikabarkan bakal mengumumkan kebijakan penaikan harga BBM pekan depan. Hal itu dikemukakan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanudin, Makassar, Jumat (19/8).
"Mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai bagaimana kenaikan harga ini. Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian. Karena harga BBM kita termurah se-kawasan ini, kita jauh lebih murah dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," ujarnya. (OL-4)
Pada 2023, anggaran infrastruktur ditujukan untuk mendorong percepatan pembangunan yang mendukung transformasi ekonomi dan sentra pertumbuhan baru.
EVALUASI kinerja keuangan negara empat tahun pemerintahan Jokowi-Amin menjadi isu krusial.
Laporan tersebut disampaikan dalam kegiatan Rapat Paripurna DPR RI ke-5 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2023-2024 yang dilaksanakan di Gedung DPR MPR RI, Jakarta Pusat.
Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp52 triliun untuk memenuhi kenaikan gaji yang diberikan untuk ASN, TNI/Polri, dan pensiunan di tahun depan.
Porsi terbesar ialah penguatan pendidikan sebesar Rp612 triliun, perlindungan sosial Rp476 triliun, kemudian infrastruktur Rp392 triliun
Hal itu menurutnya dapat dilihat dari naiknya target pendapatan negara menjadi Rp2.463 triliun, lebih tinggi dari usulan pemerintah
Pentingnya kerja sama berbagai pihak dalam transisi energi terutama dalam mencapai target peningkatan kapasitas listrik nasional dan transisi menuju energi hijau.
PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) tengah menjajaki kerja sama pemanfaatan gas bumi bersama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).
Potensi pasokan gas di Indonesia secara nasional masih mencukupi, namun distribusinya terkendala oleh ketidaksesuaian lokasi antara produksi dan konsumsi.
PEMERINTAH Indonesia tengah memacu transformasi ekonomi nasional melalui penguatan sektor pangan dan energi domestik.
PT Pertamina (Persero) memperkenalkan inovasi digital terbaru dalam pengelolaan perizinan melalui penerapan berbasis teknologi geospasial ArcGIS.
Dilakukan penambahan dua titik operasional baru, tepatnya di Integrated Terminal Panjang, Provinsi Lampung dan Fuel Terminal Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved