Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tingkat Inflasi Inti Jadi Dasar Kebijakan Suku Bunga Acuan

M. Ilham Ramadhan Avisena
25/7/2022 15:30
Tingkat Inflasi Inti Jadi Dasar Kebijakan Suku Bunga Acuan
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta.(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

BANK Indonesia (BI) memastikan akan terus menjaga suku bunga acuan di level yang rendah untuk mendukung dan menjaga stabilitas perekonomian. Penaikan baru akan dilakukan bila tingkat inflasi inti mengalami peningkatan secara signifikan.

Demikian disampaikan Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Wira Kusuma pada diskusi bertajuk Pemulihan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global secara daring, Senin (25/7).

"(Penaikan) suku bunga itu biasanya kita lakukan bila ada tekanan dari permintaan yang tercermin dari inflasi inti yang tinggi. Sedangkan saat ini, faktor supply yang menjadi masalah," ujarnya.

Karena itu, kata Wira, BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di level yang rendah. Seiring dengan itu, bank sentral bersama pemerintah juga mencari solusi untuk menekan peningkatan inflasi pada komponen volatile food.

Upaya pengendalian inflasi sedianya dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP). Tim itu memonitor pergerakan inflasi dan mencari upaya untuk menjaga pasokan dan distribusi agar inflasi tidak terkerek naik.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Menguat pada Awal Pekan Ini

"Tapi tentu saja kita juga terus melihat dan mengawasi bagaimana perkembangan inflasi inti ke depan dengan tekanan nilai tukar yang meningkat," jelas Wira.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi pada Juni 2022 telah mencapai 4,35% (year on year/yoy). Angka itu lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang ada di level 3,55% (yoy).

Secara tahunan, komponen inflasi inti bulan Juni 2022 tercatat 2,63% (yoy), komponen inflasi harga diatur pemerintah 5,33% (yoy), dan komponen inflasi harga bergejolak 10,07% (yoy).

Wira mengatakan, melesatnya tingkat inflasi komponen harga bergejolak disebabkan oleh barang-barang impor. Hal ini merupakan imbas dari dinamika global yang berada di tengah ketidakpastian.

"Jadi memang inflasi kita secara umum itu 4,35% (yoy), namun inflasi inti kita tetap terjaga. Ini menjadi dasar dari respons kebijakan kita," pungkasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya