Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) nampaknya tidak sekuat yang digadang-gadang.
IPO pada Senin (11/4) pekan lalu dengan harga 338 per saham, capain tertingginya hanya di level 382 per saham (+13,02%) di hari pertama perdagangan.
Kemudian dalam perdagangan hari-hari selanjutnya, pergerakan menunjukan tren terus menurun. Pada perdagangan Rabu (20/4) saham GOTO ditutup pada level 338 per saham, kembali ke titik di kala IPO.
Hal ini menimbulkan spekulasi di pasar akankah saham GOTO bernasib sama dengan saham Bukalapak (BUKA) yang telah IPO terlebih dahulu tahun lalu. Sebagai informasi, saat ini harga BUKA ada di Rp368 atau jauh di bawah harga IPO yakni Rp850.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro melihat nasib GOTO akan jauh berbeda dengan saham Bukalapak . Sebab ekosistem yang dijangkau oleh GOTO jauh lebih luas, demikian pula kemitraannya.
"Investor akan cenderung melihat sejauh mana ekspansi bisnis dan jalin kemitraan GOTO, dibandingkan ruang bisnis BUKA yang terbatas pada e-commerce," kata Andry, Selasa (19/4).
Meski begitu, memang masih terkoreksinya saham GOTO juga menjadi bagian dari ramainya pemberitaan, membuat investor ritel tertarik, namun juga lekas kecewa melihat kinerja gerak sahamnya yang tidak langsung meroket. Namun bagi investor besar dalam melihat saham digital yaitu lebih kepada ekspektasi bisnis dalam 10 tahun ke depan. Sehingga harganya masih bertahan.
Pengamat dan pegiat pasar modal Teguh Hidayat sejak awal menyampaikan berdasarkan analisa fundamental, maka saham GOTO ini tidak direkomendasikan. Tapi karena promosinya sangat massive maka pada akhirnya tetap ada banyak orang yang membeli.
"Sebagian diantaranya dengan tujuan 'hit and run, yakni untuk langsung dijual lagi di beberapa hari pertama karena spekulasi sahamnya bakal ARA. Meski memang risikonya bisa saja. Tapi nyatanya GOTO ini justru turun ke bawah," kata Teguh. (E-1)