Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Kenaikan Harga Komoditas Impor Semakin Menekan Warga Miskin

Fetry Wuryasti
02/4/2022 14:41
Kenaikan Harga Komoditas Impor Semakin Menekan Warga Miskin
Aktivitas warga di permukiman padat kawasan Tanah Abang, Jakarta.(MI/Andri Widiyanto)

KENAIKAN beberapa harga barang impor, khususnya bahan bakar dan pangan, berpotensi mendorong inflasi cukup tinggi pada tahun ini. Hal itu ditekankan tim riset Core Indonesia.

Kenaikan harga minyak dunia sudah direspons oleh produsen BBM. Pertamina, misalnya, pada 3 Maret lalu, telah menaikkan harga BBM Pertamax Turbo, Pertamina DEX, Dexlite dan solar nonsubsidi dan elpiji nonsubsidi.

Adapun kenaikan harga bahan bakar telah terekam pada inflasi Kelompok pengeluaran Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga pada Februari.

Beberapa komoditas pangan, khususnya gandum dan jagung, juga akan mengerek inflasi. Apalagi, berbagai makanan jadi, seperti mie instan dan roti, sangat bergantung pada gandum impor.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Melonjak, Inflasi Maret Capai 0,66%

"Kelompok penduduk miskin dan hampir miskin paling terdampak dari kenaikan ini," jelas Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal, Sabtu (2/4).

Di antara harga yang meningkat cukup tajam selama konflik Rusia-Ukraina adalah minyak mentah, gandum dan  CPO. Ketiga komoditas ini memiliki andil cukup besar pada bobot perhitungan inflasi konsumen. 

Produk turunan gandum dan minyak sawit sendiri memiliki andil inflasi sekitar 2-3%. Dampak inflasi tersebut akan sangat berpengaruh pada rumah tangga miskin. Mengingat, sekitar 60% dari total pengeluaran mereka digunakan untuk membeli makanan.

Baca juga: Di Masa Pandemi, Mensos Justru Sebut Angka Kemiskinan Turun

Lalu, porsi pengeluaran produk turunan gandum, seperti terigu, roti, kue, mie instan, serta minyak goreng pada kelompok pengeluaran kurang dari Rp150 ribu per minggu per kapita. Diketahui, golongan tersebut mendekati garis kemiskinan, atau sekitar 8% dari total pengeluaran makanan.

"Sementara untuk porsi konsumsi listrik, bahan bakar, dan air, golongan ini sekitar 3—4 persen. Dengan demikian, kenaikan bahan pangan dan BBM, dengan asumsi tidak ada intervensi pemerintah, akan semakin menyulitkan kelompok miskin," kata Faisal.

Dampak inflasi berpotensi meningkatkan jumlah penduduk miskin. Sebab, inflasi akan menyebabkan garis kemiskinan naik. Adapun kontribusi makanan turunan gandum terhadap garis kemiskinan mencapai 5%, sementara bensin dan listrik menyumbang sekitar 6%.

Jika pendapatan masyarakat yang hampir miskin atau berada di sekitar garis kemiskinan tidak ikut naik, mereka akan menjadi golongan miskin baru.(OL-11)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya