IMPOR dinilai masih dibutuhkan untuk menggerakkan industri di Indonesia karena banyak bahan baku yang masih dibutuhkan untuk industri yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri. Menurunnya nilai impor justru perlu diperhatikan karena berarti ada penurunan kinerja industri.
Dalam konteks pandemi, industri tidak mampu beroperasi secara penuh atau bahkan menghentikan produksi dan mengurangi jumlah tenaga kerja.
"Selama ini, performa neraca perdagangan sering dilihat dari tinggi rendahnya nilai ekspor dan impor. Padahal, tingginya impor tidak selalu mencerminkan perekonomian yang tidak baik. Tingginya impor menunjukkan adanya gairah pada perekonomian dan aktivitas industri," jelas Senior Fellow Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Deasy Pane melalui siaran pers, Selasa (29/3).
Ia melanjutkan, tingginya aktivitas perdagangan internasional akan berdampak baik pada pertumbuhan ekonomi dan produktivitas nasional. Defisit neraca perdagangan memang dapat berdampak negatif pada kestabilan moneter Indonesia. Namun pembatasan terhadap aktivitas perdagangan baik ekspor dan impor akan mempengaruhi aktivitas pelaku usaha dan industri serta mempengaruhi daya beli masyarakat.
Baca juga : KPPU Fokus ke 8 Perusahaan Minyak Goreng yang Kuasai 70% Pasar
Indonesia masih perlu meningkatkan daya saing produk lokal supaya produk lokal dapat bersaing di pasar internasional. Peningkatan daya saing membutuhkan upaya untuk menciptakan kualitas produk yang memenuhi standar internasional.
"Meningkatkan daya saing sangat diperlukan untuk membuka pasar bagi produk lokal. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan upaya konsisten untuk menciptakan dan menjaga iklim bisnis dan persaingan usaha di Indonesia supaya ada gairah bagi pelaku usaha untuk berbisnis dan meningkatkan daya saing dan kualitas produknya. Iklim berusaha sebaiknya tetap terbuka agar proses modernisasi dan transfer teknologi dapat berjalan optimal," jelas Deasy.
Modernisasi dan transfer teknologi dapat membantu efisiensi proses produksi yang dilakukan pelaku usaha. Proses produksi yang tidak efisien membuat produk lokal sulit bersaing dengan produk impor yang diciptakan lewat proses produksi yang efisien sehingga kualitasnya lebih baik dan harganya lebih murah.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan ekosistem penelitian dan pengembangan yang kondusif di kalangan industri dan pelaku usaha. Hal ini sangat penting karena penelitian dan pengembangan dapat memberikan nilai lebih dari produk yang dihasilkan.
"Kontribusi belanja riset pemerintah masih relatif minim. Selain itu, ekosistem yang kurang mendukung membuat pelaku usaha kurang termotivasi untuk melakukan penelitian dan pengembangan," pungkas Deasy. (OL-7)