Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Batu Bara Masih Menjadi Andalan Devisa Negara

Mediaindonesia.com
16/3/2022 14:20
Batu Bara Masih Menjadi Andalan Devisa Negara
Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Priok.(ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Sejumlah faktor seperti merebaknya pandemi covid-19 yang membatasi aktivitas ekonomi publik, hingga perkembangan konflik geopolitik yang terjadi di Eropa telah mendorong peningkatan harga sejumlah harga komoditas energi.

Paling terlihat jelas adalah harga batu bara yang bergerak fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir.

Salah satu contoh adalah di tahun 2021 pemerintah sempat menetapkan harga batubara acuan tertinggi di bulan November 2021 mencapai US$215,63 per metrik ton (MT), atau naik 33% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pernyataan resminya menyebutkan terus meningkatnya permintaan dari Tiongkok, menyusul mulai memasuki musim dingin.

Kondisi cuaca buruk yang menyebabkan terganggunya kegiatan produksi dan transportasi batu bara di sejumlah provinsi produsen batu bara di Tiongkok, menjadi faktor naiknya harga batu bara global.

Baca juga: Batu Bara Kian Meroket, Adaro Jaga Pangsa Ekspor ke Tiongkok hingga India 

Kenaikan harga batu bara pada tahun 2021 juga merupakan imbas dari pemulihan ekonomi dunia pascapandemi yang menyebabkan permintaan batu bara meningkat.

Sementara tingkat produksi masih belum bisa mengimbangi tingginya permintaan. Permintaan sangat tinggi terjadi di Tiongkok, ditambah gangguan pasokan dan harga gas alam yang lebih tinggi secara global.

Terkini, invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu kembali mengerek harga batu bara global.

Di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak di bulan Maret 2022 sudah mencapai harga US$ 418,75/ MT. Bahkan jika melansir Barchart.com, harga kontrak untuk bulan April 2022 di ICE Newcastle telah mencapai angka US$ 478/MT.

Sementara di Indonesia, Kementerian ESDM telah menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada bulan Maret 2022 sebesar US$203,69 per ton atau naik US$15,31 per ton dari bulan Februari lalu, yaitu US$188,38 per ton.

"Konflik ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pada pasokan gas," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan pers, Rabu (16/3).

Menurut Agung, Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia sehingga adanya konflik tersebut menyebabkan terjadinya kendala pasokan gas di Eropa.

"Akibatnya negara-negara Eropa mulai beralih kembali ke batu bara sebagai sumber energi," ujarnya.

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Sementara itu jika mengacu pada Argus/Coalindo Indonesian Coal Index tanggal 25 Februari 2022, harga batu bara untuk kelompok Indonesia Coal Index (ICI) 3, sebuah indeks untuk batu bara dengan kandungan Gross Calorific Value (GAR) 5.000 kcal/kg berada di harga US$118/MT.

Sedangkan harga batu bara untuk kelompok Indonesia Coal Index (ICI) 4, sebuah indeks untuk batu bara dengan kandungan Gross Calorific Value (GAR) 4.200 kcal/kg berada di harga US$79,54/MT.

Sedangkan harga rata-rata pada bulan Februari 2022 untuk ICI 3 adalah US$115/MT, naik dari harga bulan Januari 2022 yang sebelumnya sebesar US$96,16/MT. Untuk harga ratarata ICI 4 bulan Februari 2022 tercatat sebesar US$ 76,17/MT, naik dari bulan sebelumnya di harga US$61,80/MT.

Seperti halnya harga kontrak April di mana terjadi kenaikan yang cukup tinggi untuk ICE Newcastle, kontrak pada bulan April 2022 di ICI 4 juga tercatat naik menjadi US$134/MT. Sementara harga kontrak Mei Q2/2022 turun menjadi US$129/MT, dan Q3/2022 kembali turun menjadi US$114/MT.

Sebagian besar kualitas batu bara yang dihasilkan di Indonesia memiliki tingkat kalori antara 4.200 – 5.000 kcal/kg.

Tingginya harga komoditas batu bara akibat situasi geopolitik dunia saat ini sejatinya bisa dijadikan momentum bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara.

Disampaikan pengamat pertambangan Dr.Ahmad Redi SH MH, di tengah masa pandemi komoditas batu bara telah menjadi salah satu sumber devisa, dan pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini sangat membantu penerimaan negara yang saat ini terganggu dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi.

 “Karena pada masa pandemi ini ternyata komoditas batu bara ini sangat signifikan kenaikan harganya. Di satu sisi ini berkah bagi penerimaan negara,” kata pengajar di Universitas Tarumanegara, Jakarta ini.

Dalam acara Peluncuran SIMBARA dan Penandatanganan MoU Sistem Terintegrasi dari Kegiatan Usaha Hulu Migas, Selasa (8/3), Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan penerimaan negara dari sektor pertambangan mineral dan batu bara (Minerba) membukukan angka Rp 124,4 triliun di 2021.

Nilai tersebut mencakup pajak, bea keluar, hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). "Ini adalah penerimaan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir," ujar Menkeu.

Ia juga menjelaskan, pencapaian rekor penerimaan negara dari sektor minerba tersebut dipicu oleh meningkatnya harga komoditas pertambangan, seperti batu bara. (RO/OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya