Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SITUASI dan kondisi potensi perang antara Ukraina dengan Rusia, telah mendorong naiknya harga minyak dan emas. Harga minyak WTI melonjak dari US $93,10 per barel, menjadi berada di US $ 95,46 per barel.
"Ini merupakan yang tertinggi bagi harga minyak sejak tahun 2014 silam. Kenaikan harga minyak yang mendunia seperti ini akan membuat inflasi kembali naik. Hal ini akan membuat biaya energi semakin mahal," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (15/2).
Di global, kenaikan harga minyak cukup mengkhawatirkan bagi The Fed dan berbagai Bank Sentral dunia lainnya. Sebab mereka akan melakukan pengetatan moneter karena inflasi mulai naik terus menerus.
Di sisi lain, Para Menteri Keuangan G20 akan berkumpul minggu ini untuk pertama kalinya untuk membahas mengenai inflasi dan bagaimana cara menanganinya dengan baik.
Baca juga: Sekjen PBB Sebut Sudah Waktunya Meredakan Krisis Ukraina
Secara perhitungan, dengan kenaikan harga minyak dari US $70 menjadi US $100, akan mendorong inflasi sekitar 1,5% bagi inflasi di Amerika dan Eropa pada paruh kedua tahun ini.
Lembaga perbankan dan investasi JP Morgan telah memberikan peringatan apabila harga minyak naik hingga US $150 per barel, ini akan membuat ekspansi global terhenti dan inflasi di Amerika akan memuncak hingga lebih dari 7%, atau lebih dari 3x peningkatan yang ditargetkan oleh para pembuat kebijakan moneter.
Bank investasi Goldman Sachs sendiri melihat kenaikan harga minyak hingga US $100 dan konsisten hingga kuartal III 2022, yang akan mendorong inflasi naik hingga 0,6%, dengan kondisi negara berkembang yang paling terpukul saat ini.
Harga minyak yang mendorong inflasi terus menguat, membuat The Fed dan berbagai Bank Sentral lain mendesak untuk menghadapi inflasi. Mereka tentu akan mempersiapkan kenaikan tingkat suku bunga agar lebih cepat untuk mengalami kenaikan.
Minyak, batu bara, dan gas alam telah menjadi bagian dari 80% energi ekonomi global, dan saat ini biayanya telah naik hampir 50% dari tahun lalu.
"Memang, ini semua karena konflik antara Rusia dan Ukraina yang tidak kunjung membaik, dan justru semakin keruh. Meski kami meyakini Rusia tahu konsekuensi yang harus dihadapi bila memang perang dilakukan," kata Nico.
Sejauh ini potensi hal tersebut terjadi tidak terlalu besar, karena tatanan dunia yang sudah jauh lebih baik dari yang dulu. Dari sisi faktor yang lain, krisis energi dalam rantai pasokan juga menjadi tekanan tambahan yang mendorong harga minyak mengalami kenaikkan termasuk masalah biaya.
Hal inilah yang membuat IMF menaikan proyeksi inflasi bagi negara maju dari sebelumnya 2,3% menjadi 3,9%. dan 5,9% bagi negara berkembang.
Hal ini yang tengah dilihat oleh Andrew Bailey, Gubernur Bank Sentral Inggris yang kemarin menaikan tingkat suku bunga, dengan mengatakan keputusan itu dibuat karena inflasi mengalami kenaikan akibat adanya tekanan dari biaya energi.
Bank Sentral Eropa juga akan langsung memeriksa terkait dengan dampak kenaikan harga energi bagi perekonomian negaranya. Tentu saja salah satu yang menjadi poin adalah kenaikan inflasi yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Ini akan memicu atau mendorong Bank Sentral Eropa untuk menaikan
tingkat suku bunga lebih cepat lagi. Bank Sentral India juga mengatakan bahwa harga minyak yang terus menerus naik akan menjadi salah satu risiko yang harus dikendalikan.
"Kami melihat bahwa setiap kenaikan harga minyak sebesar US $10 per barel, akan menurunkan 0.l,1% pertumbuhan ekonomi di tahun berikutnya," kata Nico.
Sejauh ini situasi dan kondisi antara Ukraina dan Rusia, masih dalam keadaan yang cukup menegangkan. Pasalnya masih banyak poin yang harus didiskusikan agar Rusia mau menarik pasukannya.
Amerika mengatakan bahwa invasi mungkin saja akan segera terjadi apabila antara Rusia dan Amerika tidak mencapai kata sepakat.
Amerika dan berbagai sekutunya di Eropa sudah meminta Rusia untuk menarik kembali sekitar 130.000 tentaranya yang berkumpul dengan perbatasan, meskipun Rusia selalu menolak tuduhan akan invasi.
Amerika dan Eropa telah mengkonfirmasi, apabila invasi terjadi, maka mereka akan memberikan hukuman yang berat dari sisi ekonomi yang cukup menekan Rusia. Upaya diplomasi tetap berjalan, namun tekanan akan seperti biasa dirasakan oleh pasar pertama kali.
Ketidakpastian geopolitik akan menjadi salah satu yang harus diperhatikan pekan ini, khususnya secara dampak yang tidak hanya pada satu sisi. Namun juga banyak sisi yang akan terjadi.
Harga minyak ini sesuai dengan prediksi sekuritas, yang memperkirakan harga minyak dengan tingkat probabilitas 81% akan menuju US $96,70 per barel dengan exit di US $81,90 per barel. Secara jangka panjang, harganya akan relatif stabil di rentang US $90 – US $95.
"Begitupun juga dengan emas, diperkirakan akan naik dengan tingkat probabilitas 74% menuju US $1.860 per troy ons. Harap perhatikan pergerakan sahamnya yang berkorelasi positif terhadap minyak dan emas, karena berpotensi mengalami kenaikan meski indeks berpotensi terkoreksi," kata Nico. (Try/OL-09)
Jerman telah menjadi pemasok bantuan persenjataan terbesar kedua bagi Ukraina setelah Amerika Serikat.
Juru bicara utama Kremlin menegaskan ada atau tidaknya ancaman Trump, perang Rusia melawan Ukraina akan terus berlanjut.
Pemerintah Jepang hingga saat ini masih belum mengakhiri peringatan tsunami imbas gempa Rusia dengan magnitudo 8,8 yang terjadi pada Rabu, 30 Juli 2025.
GEMPA bumi berkekuatan magnitudo (M) 8,8 mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, dengan kedalaman 19 kilometer.
Presiden Donald Trump memberlakukan tarif sebesar 25% pada barang impor dari India, karena melakukan perdagangan dengan Rusia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Rabu (30/7) malam, resmi mengakhiri peringatan tsunami yang sebelumnya dikeluarkan pascagempa Kamchatka di Rusia.
Uni Eropa menyampaikan bahwa dana dalam program Fasilitas Ukraina akan dikurangi dari €4,5 miliar.
SEJUMLAH negara anggota Uni Eropa tengah mengajukan permohonan pinjaman puluhan miliar euro ke Uni guna membeli senjata bagi Ukraina.
Serangan udara Rusia di Ukraina menewaskan sedikitnya 25 orang. Presiden AS Donald Trump beri Rusia tenggat hingga 8 Agustus setujui gencatan senjata.
ISTANA kepresidenan Rusia, Kremlin, pada Selasa (22/7) mengatakan bahwa Moskow berharap putaran perundingan damai antara Rusia-Ukraina berikutnya akan berlangsung pekan ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved