Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2021 mengalami surplus US$1,02 miliar. Itu terjadi lantaran nilai ekspor yang mencapai US$22,38 miliar lebih tinggi dari nilai impor US$21,36 miliar.
Surplus itu sekaligus menambah catatan apik kinerja perdagangan dalam 20 bulan terakhir. "Surplus di Desember ini merupakan 20 beruntun. Surplus tertinggi terjadi pada Oktober 2021, di mana mencapai US$5,74 miliar," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (17/1).
Namun demikian, kinerja ekspor Indonesia pada Desember 2021 mengalami penurunan bila dilihat secara bulanan (month to month/mtm). Nilai ekspor tercatat mengalami penurunan 2,04% dari posisi November 2021 yang mencapai US$22,84 miliar.
Penurunan kinerja ekspor secara bulanan itu disebabkan oleh menurunnya ekspor komoditas sektor pertambangan dan lainnya. Margo bilang, ekspor di sektor tersebut mengalami penurunan 21,20% dari November 2021.
Baca juga: Dorong Pemulihan Ekonomi Melalui Promosi Usaha Ultra Mikro
"Kalau dilihat, komoditas yang turun tinggi adalah batu apung dan sejenisnya itu turun sekitar 46,37% (mtm), diikuti lignit sebesar 33,84% (mtm), bijih tembaga turun 32,52% (mtm). Jadi tiga komoditas ini yang mengalami penurunan tinggi pada sektor pertambangan," terangnya.
Selain sektor pertambangan dan lainnya, BPS turut mencatat terjadi penurunan nilai ekspor pada sektor migas sebesar 17,93% (mtm), dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 6,52% (mtm). Sementara ekspor di sektor industri pengolahan tercatat tumbuh 5,06% (mtm).
Sedangkan nilai impor pada Desember 2021 tercatat mengalami kenaikan 10,51% (mtm) dari capaian sebelumnya sebesar US$19,33 miliar. Peningkatan nilai impor tersebut terjadi lantaran terjadi kenaikan di semua segmen penggunaan barang impor.
BPS mencatat, impor konsumsi mengalami kenaikan 24,55% (mtm) pada Desember 2021. Lalu impor bahan baku/penolong tercatat naik 9,07% (mtm). Demikian halnya dengan impor barang modal yang naik 8,01% (mtm).
"Ini menunjukkan permintaan bahan baku penolong dan barang modal mengindikasikan ekonomi domestik membaik dan peningkatan konsumsi menunjukkan bahwa daya beli masyarakat makin bagus," kata Margo.
Lebih jauh, secara kumulatif neraca dagang Indonesia tercatat mengalami surplus US$35,34 miliar. Pasalnya, sepanjang 2021 nilai total ekspor Indonesia mencapai US$231,54 miliar, naik 41,68% (year on year/yoy) dan total nilai impor tercatat US$196,20 miliar, tumbuh 38,59% (yoy).
"Kalau dibandingkan dengan 2020, 2019, bahkan hingga 2016, tahun 2021 merupakan yang paling tinggi dalam lima tahun ini. Harapannya tren ini bisa kita pertahankan dan tingkatkan agar pemulihan ekonomi bisa terjadi seperti yang diharapkan," pungkas Margo. (OL-4)
PADA April 2025, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan cukup tajam secara bulanan (month to month), meskipun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan.
SURPLUS perdagangan Indonesia April 2025 tercatat hanya sebesar US$160 juta, penurunan tajam dipicu lonjakan signifikan nilai impor nonmigas,
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
PRESIDEN RI Prabowo Subianto mengungkapkan besaran impor migas Indonesia bisa mencapai US$40 miliar per tahun.
Batas minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 25% memberikan karpet merah bagi produk-produk impor.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memandang nilai perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) berpotensi menembus US$120 miliar.
DUTA Besar Turki untuk Indonesia Talip Kucukcan dan Anggota Parlemen Majelis Agung Turki Serkan Bayram menyambangi NasDem Tower, DPP Partai NasDem, Jakarta, pada Jumat, (13/6).
Kesepakatan IEU-CEPA menjadi peluang strategis bagi Indonesia melakukan pengalihan perdagangan di tengah dinamika kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu United States Trade Representative Jamieson Greer dalam MCM OECD 2025 di Paris untuk memperkuat kerja sama perdagangan.
Investasi Indonesia ke Amerika Serikat bisa menjadi salah satu pilihan menghadapi kebijakan tarif resiprokal presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Indonesia menempati peringkat ke-122 secara global dan paling rendah dalam keterbukaan perdagangan di kawasan Asia Tenggara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved