Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sri Mulyani: Ekonomi dan APBN Pulih Beriringan

M Ilham Ramadhan Avisena
16/11/2021 13:36
Sri Mulyani: Ekonomi dan APBN Pulih Beriringan
Ilustrasi.(Antara/Dhemas Reviyanto.)

ANGGARAN Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah berada dalam koridor pemulihan. Hal itu sejalan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang berangsur telah membaik. Keduanya mesti dipastikan terjadi beriringan guna memastikan keberlanjutan pengelolaan keuangan negara yang baik.

"APBN mulai pulih saat ekonomi pulih. Dua tugas ini harus dilakukan bersama-sama, bukan pilihan, tetapi harus sama-sama dilakukan," tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam CEO Netrworking 2021 bertajuk Stepping up to Regain the Economic Growth secara daring, Selasa (16/11).

Pulihnya instrumen fiskal negara itu, imbuhnya, tercermin dari kinerja APBN hingga Oktober 2021. Tercatat defisit anggaran mencapai 3,29% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau setara Rp548,9 triliun.

Realisasi defisit tersebut karena belanja negara tercatat Rp2.058,9 triliun atau 74,9% dari alokasi sebesar Rp2.750 triliun. Itu lebih tinggi dari penerimaan negara yang tercatat Rp1.510,0 triliun atau 86,6% dari target sebesar Rp1.743,6 triliun.

Sri Mulyani bilang, kinerja APBN itu telah berbalik 180 derajat dari kondisi di 2020. Pasalnya, pada periode Januari-Oktober 2020, penerimaan negara tercatat mengalami kontraksi -15,3% (year on year/yoy), belanja negara tumbuh 13,6% (yoy), dan defisit tercatat 4,67%.

Sedangkan di periode yang sama pada 2021, penerimaan negara tercatat tumbuh 18,2% (yoy), belanja negara tumbuh 0,8%, dan mencatatkan defisit 3,29%. "Defisit kita menurun dibanding tahun lalu. Kalau tahun lalu, pada Oktober 4,67%, sekarang sudah 3,29% dari PDB," imbuh Sri Mulyani. "Kami berharap defisit tetap terkendali dan bisa menciptakan multiplier maupun contercycilical terhadap pemulihan ekonomi," sambungnya.

Baca juga: Gaikindo: Indonesia Jadi Pasar Otomotif Terbesar di Asia Tenggara

Adapun hingga akhir tahun pemerintah memproyeksikan penerimaan negara akan mencapai Rp1.916,8 triliun atau 109,6% dari target dan bertumbuh 16% (yoy). Sedangkan belanja negara diperkirakan tumbuh 7,5% mencapai Rp2.790,4 triliun atau 101,5% dari alokasi anggaran. Dus, defisit anggaran diproyeksikan mencapai Rp873,6 triliun atau tumbuh 7,8% (yoy) di angka 5,18% hingga 5,45% terhadap PDB. Itu berarti defisit akan lebih rendah dari yang tertuang di dalam APBN 2021 yakni Rp1.000,6 triliun atau 5,7% terhadap PDB. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya