Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENTERI Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, syarat mutlak agar ekonomi Indonesia dapat pulih yakni dalam penanganan pandemi Covid-19 dijaga agar tidak terjadi gelombang ketiga Covid-19.
Selain melalui strategi pembatasan mobilitas masyarakat, akselerasi vaksinasi juga menjadi kunci dalam menekan laju penyebaran virus Covid-19. Per
19 Oktober 2021, total dosis vaksinasi yang telah dilakukan di Indonesia telah mencapai 174 juta dosis sehingga menjadikan Indonesia berada di posisi ke-5 di dunia.
Sebagai langkah memulihkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi, pemerintah berkomitmen untuk terus mempercepat proses vaksinasi Covid-19. Di antaranya melalui kerja sama dengan pihak swasta dalam mendorong percepatan program vaksinasi gotong royong.
“Diharapkan sudah 80% masyarakat sudah divaksinasi pada akhir tahun ini dan dosis kedua bisa diselesaikan pada kuartal pertama tahun depan. Untuk pemulihan ekonomi tetap dilanjutkan pada tahun depan terutama untuk sektor kesehatan dan perlindungan sosial,” ujar Menko Airlangga pada keterangan pers, Kamis (21/10)
Kebijakan dalam penanganan pandemi kini mulai terasa hasilnya. Upaya penguatan dari sisi hulu hingga hilir telah berhasil menekan laju penyebaran virus Covid-19. Terlihat dari turunnya kasus aktif di Indonesia menjadi sebesar 16.697 per 19 Oktober 2021. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan India, AS, Brazil, Jerman, Perancis, dan Inggris.
Disaat yang sama, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia telah mencapai 96,2%, lebih tinggi dibandingkan tingkat kesembuhan global yang sebesar 90,6%. Adapun angka positivity rate Indonesia berada di bawah 0,5% dengan reproduction rate di bawah 1%.
Seiring dengan itu, perekonomian juga terjaga dengan baik. Salah satu capaian Pemerintah dalam dua tahun terakhir di bidang ekonomi adalah berhasil menahan kontraksi ekonomi di tahun 2020 yang hanya sebesar -2,07% year on year (yoy).
Hal ini menjadikan Indonesia menempati peringkat ke-4 di antara negara G20. Capaian tersebut tentunya tidak terlepas dari keberhasilan upaya Pemerintah dalam pengendalian pandemi Covid-19.
Memasuki tahun 2021, penguatan pengendalian pandemi juga berhasil mendorong ekonomi Indonesia untuk tumbuh sebesar 7,07% (yoy) di Triwulan II-2021. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 16 tahun terakhir.
Konsumsi Pemerintah terus memegang peranan aktif dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi selama pandemi, termasuk di Triwulan II-2021. Alhasil, upaya ini dapat mendorong peningkatan pada komponen konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Pulihnya permintaan domestik telah mendorong perbaikan aktivitas produksi sehingga membuat seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif di Triwulan II-2021," jelas Airlangga.
Pemulihan yang terjadi di berbagai sektor utama, seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor konstruksi, serta sektor transportasi dan pergudangan mencerminkan aktivitas ekonomi sudah mulai bangkit kembali.
Terjaganya daya beli masyarakat selama pandemi dapat terwujud karena inflasi yang terjaga dengan stabil di level rendah. Upaya pengendalian inflasi yang melibatkan Pemerintah dan seluruh stakeholder terkait berhasil menjaga inflasi di level 1,68% (yoy) pada tahun 2020.
Hingga September 2021, inflasi juga masih terjaga rendah dan stabil di level 1,60% (yoy). Jika menilik 5 tahun ke belakang, capaian inflasi Indonesia konsisten dalam tren menurun. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari komitmen Pemerintah dalam membenahi fundamental ekonomi antara lain melalui perbaikan infrastruktur.
Sementara dalam hal investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami kenaikan.
“PMDN dan PMA semester I tahun 2021 masing-masing bisa naik 3,5% dan 16,8%. Ini tentu akibat transformasi perekonomian melalui Undang Undang Cipta Kerja,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam wawancara dengan Berita Satu di program Hot Economy pada Rabu (20/10).
Menjelang akhir Q3-2021, berbagai leading indicator menunjukkan prospek yang baik. Dampak lonjakan kasus varian baru delta berhasil dimitigasi sehingga aktivitas ekonomi kembali menguat yang tercermin dari Indeks PMI Manufaktur Indonesia yang kembali di level ekspansif dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga kembali meningkat di bulan September 2021.
Dari sisi kemiskinan dan pengangguran yang sempat meningkat akibat Covid-19 juga telah berhasil diturunkan. Angka kemiskinan menurun dari 10,19% pada September 2020 menjadi 10,14% pada Maret 2021.
Sedangkan angka pengangguran turun dari 9,77 juta orang atau 7,07% pada Agustus 2020 menjadi 8,75 juta orang atau 6,26% pada Februari 2021.
Sementara itu, peningkatan harga komoditas global dan pemulihan permintaan global turut mendorong komponen ekspor dan impor untuk tumbuh signifikan.
Upaya Pemerintah dalam meningkatkan aktivitas ekspor impor telah membantu industri berorientasi ekspor untuk memanfaatkan peluang peningkatan harga komoditas global selama pandemi. Hal ini membuat kinerja neraca perdagangan Indonesia berhasil mencatatkan surplus selama 17 bulan berturut-turut.
Kinerja yang impresif dari neraca perdagangan ini menjadi penopang kinerja transaksi berjalan Indonesia. Defisit transaksi berjalan di tahun 2020 dan Semester I-2021 berhasil dijaga di level rendah, yakni dibawah 1% PDB.
"Selain itu, neraca pembayaran Indonesia juga berhasil mempertahankan surplusnya di tahun 2020 meskipun dilanda pandemi Covid-19. Kondisi ini turut berkontribusi terhadap ketahanan sektor eksternal Indonesia," jelas Airlangga.
Dari sektor keuangan pun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami rebound ke level yang lebih tinggi dibandingkan level pra-pandemi.
"Di saat yang sama, nilai tukar mengalami tren apresiasi menuju level pra-pandemi. Upaya Pemerintah dalam menjaga optimisme investor juga berhasil membuat aliran modal kembali masuk ke Indonesia sehingga membantu memperkuat fundamental pasar modal Indonesia," papar Airlangga. (RO/OL-09)
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Kasus peningkatan signifikan mata minus atau Myopia Booming kini menjadi perhatian serius, terutama karena dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Produk skincare dan kesehatan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, terutama kaum perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tren kecantikan dan gaya hidup sehat.
Instansi di lingkungan Pemkab Tasikmalaya diharapkan bisa berkoordinasi dan bersinergi dengan gencar melakukan sosialisasi
Di Kabupaten Cianjur belum ditemukan adanya kasus covid-19. Namun tentu harus diantisipasi karena diinformasikan kasus covid-19 kembali melonjak.
Salah satu cara menjaga daya beli masyarakat (khususnya masyarakat berpenghasilan rendah dan yang terdampak negatif oleh pandemi) ialah BLT.
Kebijakan fiskal dan APBN digunakan secara optimal untuk mendorong momentum pemulihan berkelanjutan.
Percepatan vaksinasi diharapkan menciptakan kekebalan komunal yang mendukung mobilitas masyarakat dengan protokol kesehatan sehingga perekonomian bisa kembali bergerak.
OJK Jaga Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Dukung Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional
Kita berharap setelah kini Kota Depok masuk zona oranye, kerja keras semua pihak dapat turun menjadi kuning dan lalu hijau
Guna mempercepat pemulihan ekonomi, Pemprov DKI juga mendorong percepatan penerbitan izin bagi UMKM dengan layanan antar jemput izin bermotor
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved