Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Standar Internasional Bikin Produk Pertanian Naik Kelas

Gan/Ifa/S2-25
14/8/2021 07:30
Standar Internasional Bikin Produk Pertanian Naik Kelas
Pekerja memanen kedelai Edamame di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah, Jember, Jawa Timur, Kamis (1/10/2020).(ANTARA/Seno)

PRODUK pertanian dalam negeri dituntut untuk memenuhi standar pasar global. Hal ini dimaksudkan agar produk pertanian bisa sukses ekspor.

“Saya ingin mengajak kawan-kawan kita semua untuk sadar diri untuk disiplin terhadap tuntutan pasar global. Setiap bangsa di dunia ini berupaya mengamankan warganya dari potensi bahaya bagi kesehatan,” ungkap Kepala Badan Karantina Pertanian (Kabarantan) Kementerian Pertanian Bambang di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, penyesuaian pangsa pasar internasional dilakukan supaya produk pertanian dalam negeri bisa mendapatkan harga jauh lebih bagus. Hal ini juga merupakan dukungan ekspor pertanian program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks).

“Kami sangat terbuka dan mendukung ekspor produk andalan seperti edamame dan porang” ujarnya.

Ekspor sejumlah komoditi pertanian Indonesia seperti edamame dan porang ke sejumlah negara justru membukukan lonjakan di masa pandemi covid-19 Lonjakan itu dipengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat dunia untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh.

Bambang menegaskan, Barantan Kementan selalu mendukung upaya peningkatan ekspor pertanian sesuai program Gratieks seperti arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo demi mendorong ekspor komoditas pertanian melalui berbagai aspek.

Pihaknya berupaya meningkatkan ekspor melalui berbagai kegiatan Gratieks, peningkatan informasi, dan menjalin kerja sama dengan entitas terkait baik di pusat maupun daerah. Harapannya agar dapat menambah kemanfaatan atau kesejahteraan bagi petani dan pelaku agribisnis.

Presiden Direktur PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) Erwan Santoso menjelaskan, perusahaannya mulai membudidayakan edamame sejenis kacang-kacangan yang memiliki protein dan antioksidan tinggi. Sejak 2015, GMIT membeli edamame dari para petani mitra dan menjualnya ke pasar domestik.

Jenis produk edamame untuk pasar domestik antara lain edamame segar, edamame beku (edashi), mukimame (edamame kupas). Di pasar ekspor, perusahaan menjual produk edamame beku, mukimame, dan okra beku.

“Tren pasar ekspor edamame sangatlah bagus. Di kala pandemi, ada kenaikan permintaan di negara tujuan ekspor. Baru tahun lalu, kami mulai ekspor edamame,”ujar Erwan.

Erwan menjelaskan, di dalam negeri produk edamame segar menjadi pilihan konsumen yang sebagian besar diserap kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Pilihan produk segar menunjukkan pertumbuhan ketika munculnya pandemi.

“Sekarang ini, konsumen beralih kepada produk segar. Perusahaan dapat menjual ratusan ton edamame segar ke berbagai kota besar terutama Bali. Sebab, banyak wisatawan terutama asal Jepang yang mengunjungui Bali,” ujarnya.

Seperti diberitakan, Kementan akan menyelenggarakan kegiatan merdeka ekspor produk pertanian melalui expo dan pelepasan ekspor dari 17 pintu atau provinsi pada Agustus 2021. Adapun, nilai ekspor serentak kali ini diperkirakan mencapai Rp6,88 triliun.

Dari data yang diperoleh, tren ekspor di sektor pertanian ke sejumlah negara tujuan masih terbuka lebar dan baik. Sepanjang Januari-Juli 2021 nilai ekspor pertanian mencapai Rp277,95 triliun atau meningkat 40,2% dari posisi 2020 yang sebesar Rp198,13 triliun. Dari nilai tersebut 8,25% merupakan produk segar. (Gan/Ifa/S2-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya