Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
SEMALAM bursa AS ditutup variatif. Indeks Dow Jones -0,36% S&P 500 -0,02% dan Nasdaq +0,7%. Dalam rapat semalam, The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 0-0,25% dan pembelian surat utang tetap di US$120 miliar per bulan, serta belum adanya sinyal kapan tapering off akan dimulai.
Pagi ini indeks Nikkei dibuka dan diperdagangkan di zona positif +0,6%, begitu juga dengan Indeks Kospi +0,3%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (29/7) dibuka pada level 6.106,61 dari penutupan kemarin di level 6.088,52. Pada 30 menit pertama pembukaan, indeks menguat 0,57% ke level 6.122,98.
Pernyataan The Fed semalam kemungkinan melihat akan mampu menggerakan IHSG dan pasar obligasi untuk naik karena sudah mendapatkan sebuah kepastian dari The Fed.
"Kami perkirakan dapat bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Perhatian pelaku pasar nampaknya akan tertuju pada kinerja semester I-2021 emiten dalam negeri yang mulai dirilis. Pergerakan akan cukup terbatas, investor mencermati dampak dari PPKM," kata Head of Equity Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma, Kamis (29/7).
Kinerja ekonomi pada kuartal III-2021 juga menjadi perhatian utama para pelaku pasar. Tekanan terhadap laju pandemi menjadi hambatan pada pertumbuhan konsumsi dan juga aktivitas manufaktur.
"Kami melihat, saat ini pemerintah perlu lebih cermat dan tepat dalam memutuskan kebijakan guna menopang aktivitas bisnis industri manufaktur. Hal itu diperlukan dalam menjaga trend ekspansi dari industri manufaktur tetap berada pada jalur positif," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus.
Jika mengacu pada data sepanjang semester I-2021 industri manufaktur mampu mencatatkan kinerja yang cukup baik. Salah satunya tercermin dari PMI Manufaktur yang menyentuh level 55,3 pada Mei 2021. Dengan gambaran tersebut, harapannya bisa menjadi pertimbangan pemerintah khususnya yang sedang berproduksi untuk tetap dapat memenuhi ekspor.
Sehingga produktivitas dari segi operasional tetap terjaga dan dapat mempertahankan output guna mendorong kinerja ekspor di kuartal III-2021. Kementerian Perindustrian perlu melakukan komunikasi yang baik dengan petugas di lapangan sehingga sektor-sektor yang perlu dijaga kinerjanya dapat bertahan dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan. Harapannya, permintaan yang masih ada saat ini dapat mendorong pertumbuhan manufaktur di tengah tekanan gelombang baru Covid-19 pada pertengahan tahun ini.
"Kami melihat sektor yang masih akan tumbuh baik yang berkaitan dengan kimia serta farmasi, transportasi dan logistic, teknologi dan perbankan tentu tidak boleh kita lupakan. Sehingga dengan adanya fokus guna mempertahankan kinerja riil sektor dapat menopang perlambatan dari sektor yang berkinerja negatif dengan sektor yang berkinerja positif saat ini," kata Nico.
Dari pergerakan harga komoditas, beberapa mengalami kenaikan diantaranya harga minyak brent +0,4%, nikel +1% dan batu bara +1%, sementara itu CPO -2,6%. Nanti malam, akan ada rilis perkiraan awal pertumbuhan PDB AS kuartal II-2021 secara antar kuartal (sebelumnya: 6,4%; konsensus: 8,5%). (OL-13)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Konflik Iran-Israel berpotensi membawa dampak langsung ke pasar keuangan global, termasuk ke pasar saham Indonesia. Kemarin IHSG terkoreksi 1,74%
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 24 Juni 2025, dibuka menguat 91,75 poin atau 1,35% ke posisi 6.878,89.
SITUASI geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel dinilai masih akan mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved