Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Dukungan The Fed Kuatkan Dolar AS Lemahkan Rupiah

Fetry Wuryasti
08/4/2021 21:17
Dukungan The Fed Kuatkan Dolar AS Lemahkan Rupiah
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, beberapa waktu lalu.(Antara/Fakhri Hermansyah.)

DALAM perdagangan Kamis (8/4), nilai tukar rupiah ditutup melemah 40 poin di level 14.535 dari penutupan sebelumnya di 14.495. Tekanan ini karena dollar bergerak menguat terhadap mata uang lain, setelah Federal Reserve AS menegaskan kembali dukungan kebijakan mereka yang berkelanjutan dalam risalah rapat terbaru dan meningkatkan harapan untuk pemulihan ekonomi dari covid-19.

Risalah The Fed dari pertemuan Maret gagal menawarkan katalis baru untuk menentukan arah pasar dan tetap berhati-hati tentang jalan menuju pemulihan dari covid-19. Bank sentral menegaskan kembali janjinya untuk melanjutkan dukungan kebijakan moneter untuk ekonomi sampai pemulihan berada pada pijakan yang lebih kokoh, bahkan ketika langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat pemulihan AS semakin cepat.

Para pejabat juga meremehkan risiko inflasi dari lonjakan imbal hasil Treasury baru-baru ini, berkeras bahwa lonjakan tersebut mencerminkan prospek pertumbuhan yang lebih kuat. "Komentar ini pada gilirannya mendorong investor untuk mengurangi posisi paling agresif mereka agar suku bunga mulai naik pada akhir 2022," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, Kamis (8/4).

Lebih banyak stimulus AS juga bisa terjadi saat Presiden AS Joe Biden meminta perusahaan AS untuk membayar sebagian besar dari tagihan senilai US$2 triliun lebih untuk rencana infrastruktur. Namun, dia menunjukkan kesediaan untuk merundingkan jumlah pasti yang harus dibayarkan. "Namun, beberapa investor tetap optimistis tentang prospek mata uang AS," kata Ibrahim.

Dari dalam negeri, kondisi sebagian wilayah Indonesia masih menerapkan PPKM mikro dan pandemi covid-19 terus melandai apalagi setelah rilis PDB kuartal pertama 2021 terkontraksi. Tapi, banyak kalangan, baik dari pemerintah maupun pengamat ekonomi, menaruh harapan yang kuat, bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua diperkirakan tumbuh positif dan ada secercah harapan akan mengalami lonjakan yang signifikan dan diperkirakan bisa melesat ke 7%-8% dibandingkan periode yang sama (yoy).

"Proyeksi tersebut didasarkan dari beberapa indikator perekonomian yang terus menunjukkan tren perbaikan, seperti peningkatan penjualan segmen kendaraan bermotor dalam beberapa waktu terakhir. Menyusul pemberlakuan insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) 0% sejak 1 Maret lalu," kata Ibrahim.

Selain itu, pemberlakuan pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah atau PPN DTP untuk penjualan rumah diyakini turut mendongkrak kinerja sektor properti sehingga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020. Pemerintah tetap mengalokasikan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 yang cukup besar, yaitu Rp699,43 triliun. Jumlahnya naik 21% dari realisasi PEN 2020 sebesar Rp579,78 triliun atau setara 83,39% dari pagu Rp695,2 triliun pada tahun lalu.

"Namun kunci sukses pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua nanti harus dibarengi dengan kontrol ketat terhadap penyebaran covid-19. Apabila penyebaran virus mematikan tidak bisa terkontrol, akan menghambat pertumbuhan ekonomi sehingga angka 7% sampai 8% hanya tinggal kenangan," kata Ibrahim. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya