Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Menkeu Soroti Tiga Tantangan dalam Hadapi Disrupsi Digital

Despian Nurhidayat
23/3/2021 13:56
Menkeu Soroti Tiga Tantangan dalam Hadapi Disrupsi Digital
Ilustrasi.(Medcom.id.)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan tiga hal yang akan dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi disrupsi digital yang saat ini sudah terakselerasi lewat pandemi covid-19.

Pertama, menurutnya, infrastruktur digital Indonesia harus dipastikan mumpuni untuk menghadapi transformasi digital. Pasalnya, saat ini infrastruktur digital hanya mumpuni di kota besar.

"Barangkali kalau di Jakarta kita merasa tidak terdisrupsi (digital) karena mungkin black spot sangat sedikit. Tapi kalau keluar dari Jakarta, masih banyak pembangunan infrastruktur (digital). Konektivitas menjadi sangat penting. Bagaimana supaya kita melakukan koneksi seluruh desa, sekolah, puskesmas, pesantren, usaha kecil supaya masuk infrastruktur digital, menikmati akses teknologi digital. Itu menjadi prioritas kita di 2021 dan anggaran khusus membangun konektivitas, membangun berapa ribu BTS dan 20 ribu lebih desa yang belum terkoneksi," ungkapnya dalam Webinar Katadata bertajuk Indonesia Data and Economic Conference 2021, Selasa (23/3).

Kedua, lanjut Sri Mulyani, ialah permasalahan regulasi. Dia mengatakan harus ada perlindungan dan keselamatan dari data yang akan digunakan untuk transformasi digital.

"Orang kalau submit nama, umur, punya darah tinggi, dan lainnya itu kan data privat. Apakah akan diproteksi data itu? Siapa yang mengelolanya? Bagaimana pengelolaannya dan safety-nya? Jangan lupa AS itu dibobol data ASN mereka. Inggris data kesehatan atau kalau di kita semacam BPJS mereka dibobol juga. Singapura juga data kesehatan dibobol hacker. Jadi ini sesuatu regulatory safety dan lainnya," kata Sri Mulyani.

Ketiga, sumber daya manusia (SDM) yang dikatakan harus melek digital. Menurutnya, saat ini tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh lulusan SMP ke bawah.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk dapat bersaing pasca-covid-19 dan bisa beradaptasi, persiapan SDM yang memiliki skill sangat dibutuhkan untuk menyambut digitalisasi.

"Kita perlu melakukan investasi di SDM untuk membuat mereka menjadi sangat ready. Post covid-19 prediksi dari kami akan terjadi gap, SDM yang unskill, less educated, dan ini masih banyak karena tenaga kerja kita didominasi pendidikan SMP ke bawah dengan mereka yang skill educated. Dengan disrupsi digital itu terjadi widening gap. Ini juga terjadi di seluruh dunia. Jadi prediksi mengenai the new challenge post covid yaitu terjadinya digital divide within one country dan juga dalam hal ini disparitas pendapatan kemungkinan juga akan terjadi," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik