Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Keputusan Impor Beras Dinilai tidak Masuk Akal

M Ilham Ramadhan Avisena
20/3/2021 21:30
Keputusan Impor Beras Dinilai tidak Masuk Akal
Pekerja memanen padi menggunakan mesin combined harvester di persawahan Desa Mlati Norowito, Kudus, Jawa Tengah, Senin (15/3).(Antara/Yusuf Nugroho.)

RENCANA pemerintah untuk mengimpor beras dianggap tidak masuk akal. Soalnya, stok beras awal tahun dan produksi triwulan I 2021 dalam kondisi yang cukup baik.

"Keputusan impor beras itu merupakan keputusan yang sama sekali tidak masuk akal. Produksi beras kita naik, tapi kok impor beras? Ini tidak jelas. Ini timing-nya tidak tepat. Apalagi petani saat ini sedang panen, tapi malah ada wacana impor beras," ujar Guru Besar Pertanian sekaligus Kepala Biotech Center IPB University Dwi Andreas saat dihubungi, Sabtu (20/3).

Dalih pemerintah menjaga ketersediaan beras dan mengendalikan harga juga dinilai Dwi tidak relevan. Dengan produsi yang meningkat, mestinya pemerintah menyerap beras dalam negeri ketimbang mengimpor dari Thailand dan Vietnam.

Dia bilang di triwulan I 2021 produksi beras nasional meningkat 3,44 juta ton menjadi 25,37 juta ton. Belum lagi bila ditambah dengan stok awal 2021 yang berkisar 6 juta ton. Apalagi dana yang harus dikeluarkan untuk mengimpor beras, menurut Dwi, akan lebih mahal ketimbang menyerap beras dalam negeri.

"Harga beras Thailand sekitar US$560-an per ton. Begitu sampai di Indonesia harganya Rp8.500-an. Sedangkan sekarang petani kita terjerembap menghadapi harga beras yang jatuh ke Rp7.000-an. Ini keputusan yang menyakitkan bagi petani," jelasnya.

Dwi yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu menambahkan, pihaknya melakukan survei harga gabah kering panen (GKP) maupun beras di tingkat petani. Hasilnya ditemukan tren penurunan GKP dari September 2020 hingga Februari 2021.

Tercatat harga GKP pada September sebesar Rp4.800 per kg, turun menjadi Rp3.995 pada Februari 2021. Penurunan harga GKP di akhir 2020 hingga awal 2021 sejatinya terjadi karena tingginya ketersediaan beras. Namun itu diperparah oleh wacana impor beras oleh pemerintah.

"Februari drop langsung ke Rp3.995. Setelah itu muncul keputusan impor beras, tambah tajam anjloknya harga GKP. Pada Maret ini kami melakukan survei, tapi belum selesai. Rerata di angka Rp3.600. Itu harga gabah terendah selama lima tahun terakhir ini," terang Dwi.

"Itu namanya psikologi pasar. Setiap pernyataan dan keputusan pemerintah akan langsung berpengaruh terhadap pasar. Jadi anjlok sekarang di beberapa tempat harganya Rp3.400-Rp3.500. Harga beras bahkan ada yang Rp7.000. Bangkrutlah petani," sambungnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya