Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Indeks Harga Pangan Global tidak Sepenuhnya Pengaruhi Indonesia

Fetry Wuryasti
02/3/2021 13:51
Indeks Harga Pangan Global tidak Sepenuhnya Pengaruhi Indonesia
Pedagang melayani pembeli daging kerbau di kawasan Pasar Bina Usaha, Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, beberapa waktu lalu.(Antara/Syifa Yulinnas.)

PADA 4 Februari 2021, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB mencatat indeks pangan harga dunia pada Januari 2021 mencapai 113,3 atau naik 4,7 poin dari bulan sebelumnya. Bahkan, angka indeks tersebut tertinggi secara bulanan sejak 2014.

Terdapat lima komoditas yang menjadi sorotan FAO yakni sereal, minyak sayur, susu, daging, gula, dan produk susu. Center of Food Energy and Sustainable Development (FESD) Indef mengamati, kenaikan indeks food price yang semakin meningkat di awal 2021 tidak semua berdampak pada komoditas Indonesia.

Beberapa kenaikan harga komoditas pangan domestik Indonesia disebabkan oleh faktor lain. Sebut saja kenaikan harga kedelai impor pada awal 2021 yang menyebabkan kelangkaan tempe lebih disebabkan pasokan dari Amerika Serikat yang terganggu.

"Gangguan tersebut muncul akibat naiknya permintaan kedelai dua kali lipat dari Tiongkok, sehingga memengaruhi pengiriman barang ke Indonesia," kata Abra Talattov Kepala Center FESD INDEF, Selasa (2/3).

Begitu pun kenaikan harga daging sapi di Indonesia yang terpengaruh oleh kebijakan restocking di Australia. Hal ini mengingat impor daging sapi Indonesia mayoritas dari Australia.

Meskipun demikian, Indonesia tetap harus waspada atas kenaikan harga pangan, terutama komoditas domestik. Awal tahun yang dibarengi dengan musim hujan menjadi penyebab kenaikan harga pangan jenis holtikultura terutama cabai rawit dan cabai merah.

"Selain itu, disparitas harga antara pasar tradisional dan pasar modern menjadi isu yang perlu dicarikan solusinya agar kemerataan harga pangan terwujud," kata Abra.

Kenaikan harga sereal di dunia mencerminkan beberapa hal, yakni pasokan global yang tertekan akibat perkiraan produksi dan harga saham yang rendah dari sebelumnya di Amerika Serikat. Di sisi lain ada pembelian besar oleh Tiongkok. Lalu ada kekhawatiran kekeringan di Amerika Selatan dan penghentian sementara pendaftaran ekspor jagung di Argentina.

Kenaikan harga gandum dunia disebabkan beberapa hal seperti permintaan yang meningkat dan ekspektasi penurunan penjualan oleh Rusia pada Maret 2021. Kenaikan harga beras disebabkan permintaan meningkat dari Asia dan Afrika dan persediaan beras yang menipis di Thailand dan Vietnam.

Kenaikan harga minyak sayur dunia disebabkan produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia yang lebih rendah dari perkiraan karena curah hujan yang berlebihan. Dalam kasus Malaysia, mereka terus kekurangan tenaga kerja migran di kebun sawit Malaysia.

Harga soy oil internasional naik selama delapan bulan berturut-turut yang didorong berkurangnya ketersediaan ekspor dan pemogokan yang berkepanjangan di Argentina. Untuk minyak bunga matahari, kenaikan harga disebabkan pasokan global yang berkurang tajam di masa panen bunga matahari 2020/2021.

Kenaikan harga daging sapi dan babi tidak terlalu signifikan dibanding komoditas lain. Permintaan dari Tiongkok meningkat menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. Harga daging sapi dan babi hanya meningkat sedikit, karena persediaan global tetap memadai untuk memenuhi permintaan.

Kenaikan harga gula dunia didorong kenaikan harga minyak mentah dan penguatan mata uang real Brasil terhadap dolar AS. Penguatan tersebut cenderung memengaruhi pengiriman (harga/ongkos) dari Brasil, eksportir gula terbesar di dunia, dan permintaan impor gula global yang terus meningkat. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya