Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Mantan Pimpinan KPK Khawatir Tiongkok Jadi Investor Terbesar RI

Insi Nantika Jelita
08/12/2020 15:38
Mantan Pimpinan KPK Khawatir Tiongkok Jadi Investor Terbesar RI
Proyek infrastruktur(ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

MANTAN Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhammad Syarif mengaku takut dengan keberadaan Tiongkok bila menguasai investasi di Indonesia.

Ketakutan dia bukan tanpa alasan. Laode memaparkan bahwa Tiongkok menduduki peringkat paling atas dengan pembayaran yang tidak benar (improper payments) dalam survei United States -Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) sepanjang 2011-2020.

"Oleh karena itu saya takut sendiri. Sebenarnya bukan sedikit, tapi takut banyak when Chinese become the biggest investor in Indonesia (jika Tiongkok menjadi investor terbesar di Indonesia," jelas Laode dalam acara Indonesia Business Links Integrity Forum secara virtual, Selasa (8/12).

Baca juga: Bahlil: Investor Tiongkok Nekat, Ada juga yang Tidak Taat Aturan

Laode menyebutkan, selain Tiongkok, empat negara lain yang tertinggi masuk dalam kategori imporper payment adalah Brasil, India, Meksiko, Rusia dan Indonesia.

Laode juga menyinggung soal masalah utama dalam membangun usaha di Indonesia, yakni adanya conflict of interest atau konflik kepentingan. Lalu ada overlapping legislation, pelayanan yang buruk, rendahnya skill dari pekerja dan lainnya.

"Yang paling banyak masalah itu menyangkut integritas," kata Laode.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membenarkan bahwa banyak investasi yang dikerjakan di Indonesia berasal dari Tiongkok.

Dia menuturkan, investor dari Tiongkok tersebut memiliki keberanian ketimbang negara lain. Sehingga, katanya, banyak usaha Indonesia yang dipegang atau dijalankan oleh pengusaha dari Negeri Tirai Bambu itu.

"Memang mereka (investor Tiongkok) paling berani. Dibandingkan Jepang yang banyak sekali penelitian, negara lain juga begitu debatnya minta ampun. Mereka (Tiongkok) agak nekat," ujar Bahlil. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya