Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
BURSA Efek Indonesia (BEI) mengingatkan investor untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi saham. Mengingat, Indonesia menghadapi ancaman resesi ekonomi yang berpotensi mengguncang bursa saham domestik.
Sebelumnya, Indonesia pernah mengalami market crash pada krisis ekonomi 2008 lalu. Meski tidak ingin berspekulasi lebih jauh terkait resesi ekonomi, namun penting bagi investor untuk mengenali objek saham yang menjadi tujuan investasi. Seperti, mencermati parameter makro, mikro dan kinerja perusahaan.
“Harus diperhatikan juga bagaimana tingkat ketahanannya dari dampak krisis ekonomi. Perlu ikut memantau perkembangan aspek masing-amsing saham, agar keputusan investasi terbaik dan berkelanjutan jika ada potensi resesi ekonomi,” ujar Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi, dalam seminar virtual, Selasa (28/7).
Baca juga: Pemerintah Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Masih Positif
Di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi covid-19, lanjut dia, ada sejumlah saham yang tidak bisa bertahan. Kendati demikian, masih ada emiten yang justru diuntungkan dengan pandemi. Oleh karena itu, investor harus lebih cermat dalam mengamati situasi dan objek saham.
Guru Besar FEB Universitas Indonesia, Budi Frensidy, belum memiliki pandangan terhadap situasi pasar modal jika terjadi resesi ekonomi. Namun berdasarkan analisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 akan negatif.
Apabila perekonomian domestik pada kuartal III 2020 masih negatif, investor harus berbesar hati dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bawah 5.000.
“Apalagi Agustus itu terkenal dengan indeks yang turun. Dalam 20 tahun terakhir, hanya 10% yang indeks naik. Ini ditambah dengan laporan keuangan yang akan keluar di kuartal II 2020 dari emiten kita,” papar Budi.
Baca juga: Laporan Keuangan 2019, OJK: 77% Emiten Bukukan Laba
Praktisi pasar modal, Hans Kwee, menyoroti potensi market crash yang sangat bergantung pada kebijakan antisipasi pemerintah terhadap pandemi. Apabila lockdown dilakukan dengan cepat, lanjut dia, ada kemungkinan market akan turun. Sebab, terkonfirmasi data ekonomi yang buruk.
Namun, masyarakat global tampaknya sepakat bahwa kebijakan lockdown tidak bisa dilakukan dengan ketat. Seperti Amerika Serikat yang menerapkan pembatasan di tempat umum, lantaran berdampak secara ekonomi.
“Catatan saya, kerusakan ekonomi bukan karena pandemi tapi adanya lockdown yang ketat. Kalau pemerintah masih melakukan dengan parsial, mengulur waktu supaya pandemi tidak berkembang terlalu cepat, seiring dengan pengejaran vaksin,” tukas Hans.(OL-11)
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat pada Jumat (15/8), di jelang pembacaan nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2026.
INDEKS harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan penguatannya pada penutupan perdagangan Rabu, 14 Agustus 2025. IHSG naik hingga mendekati level psikologis 8.000.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 14 Agustus 2025, dibuka menguat 29,63 poin atau 0,38% ke posisi 7.922,54.
Tren positif indeks harga saham gabungan (IHSG) berlanjut dengan melonjak 2,4% ke level 7.792 pada penutupan perdagangan Selasa (12/8).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 13 Agustus 2025, dibuka menguat 54,39 poin atau 0,70% ke posisi 7.846,09.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 11 Agustus 2025, dibuka menguat 62,16 poin atau 0,83% ke posisi 7.595,55.
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved