Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
DOLAR AS memperpanjang kerugiannya, turun ke level terendah baru tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve mempertahankan kebijakannya tidak berubah, seperti yang diperkirakan.
Namun, Fed berjanji untuk melanjutkan pembelian asetnya yang bertujuan menstabilkan ekonomi AS yang telah dirusak oleh virus korona. Bank sentral juga tidak mengumumkan langkah-langkah apa pun untuk membatasi kenaikan imbal hasil obligasi, sebagaimana beberapa berspekulasi.
Dalam jumpa pers, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan komite (Komite Pasar Terbuka Federal-FOMC) tidak membahas engendalikan kurva imbal hasil tetapi mengatakan efektivitasnya tetap menjadi "pertanyaan terbuka."
Greenback jatuh ke palung tiga bulan terhadap euro, sterling dan franc Swiss setelah pernyataan Fed. Dolar merosot ke level terendah tiga minggu terhadap yen.
Baca juga: Harga Emas Turun Tipis Usai Proyeksi Suram The Fed
The Fed, dalam pernyataannya, pada Rabu (10/6) setelah pertemuan dua hari, mengulangi janjinya tentang dukungan luar biasa yang berkelanjutan bagi perekonomian ketika para pembuat kebijakan memproyeksikan penurunan 6,5% dalam produk domestik bruto tahun ini dan tingkat pengangguran 9,3% pada akhir tahun.
Bank sentral AS itu juga berjanji akan mempertahankan pembelian obligasi pada "kecepatan saat ini" sekitar US$80 miliar per bulan dalam obligasi dan US$40 miliar per bulan dalam surat berharga yang didukung hipotek.
"Ini konsisten dengan apa yang diharapkan pasar bahwa The Fed tidak akan melakukan apa-apa," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar, di Bannockburn Forex di New York. Chandler berharap The Fed mengumumkan kebijakan pengendalian imbal hasil, tetapi berpikir bahwa bank sentral AS dapat mengumumkannya pada akhir musim panas.
Dia menambahkan bahwa perkiraan pertumbuhan Fed menunjukkan pemulihan berbentuk V.
Secara keseluruhan, Chandler mengatakan pernyataan Fed menunjukkan bahwa dolar masih mengarah lebih rendah.
Pada perdagangan sore, dolar turun sekitar 0,4% terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya menjadi 95,882 setelah sebelumnya meluncur ke 95,714, level yang tidak terlihat sejak pertengahan Maret.
Euro, pound dan franc Swiss semuanya mencapai tertinggi baru tiga bulan terhadap dolar. Euro naik setinggi 1,1422 dolar, sterling mencapai 1,2812 dolar, dengan dolar mencapai level terendah tiga bulan 0,9425 franc terhadap mata uang Swiss.
Dolar juga jatuh terhadap yen ke level terendah tiga minggu di 106,99 yen, dan terakhir turun 0,6% pada 107,08 yen. (A-2)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 14 Agustus 2025, dibuka menguat 29,63 poin atau 0,38% ke posisi 7.922,54.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 13 Agustus 2025, dibuka menguat 54,39 poin atau 0,70% ke posisi 7.846,09.
Pengamat Celios, Nailul Huda, memprediksi BI akan mempertahankan BI Rate, seiring keputusan The Fed dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung perubahan suku bunga.
Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya tahun ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa 29 Juli 2025, dibuka menguat 11,02 poin atau 0,14% ke posisi 7.625,79.
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved