Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PASAR sawit Indonesia mengalami tantangan seiring diskriminasi dari Uni Eropa. Menghadapi hal ini, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementrian Perdagangan (Kemendag) Arlinda mengatakan Indonesia tidak hanya terpaku pada pasar Eropa.
"Kalau kita diganggu terus, artinya enggak boleh bertahan di pasar yang itu-itu saja. Harus cari peluang ke pasar lain," ujar Arlinda saat ditemui di Kantor Kemendag, Jalan MI Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (9/5).
Arlinda menuturkan saat ini Indonesia terus memperluas misi dagang ke berbagai negara seperti Asia Selatan, Timur Tengah, hingga Amerika Latin. Upaya memperluas pasar juga dilakukan dengan melibatkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Walau Amerika Latin punya produk sawit tapi tetap kita coba. Apalagi kita ada misi dagang ke Chile, semoga bisa membuka pasar di sana," imbuhnya.
Baca juga: OJK masih Pelajari Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Penghapusan biofuel berbasis kelapa sawit rencananya akan ditetapkan Uni Eropa pada 2030. Hal ini tertuang dalam Delegated Regulation no C (2019) 2055 Final tentang High and Low ILUC Risk Criteria on biofuels.
Jika disahkan, maka kebijakan tersebut bakal memberi dampak signifikan pada ekspor sawit Indonesia ke Eropa karena tidak hanya peredaran kelapa sawit mentah yang dilarang tetapi juga seluruh produk turunan yang menggunakan kelapa sawit mentah.
Adapun kinerja ekspor sawit Indonesia secara keseluruhan (CPO dan produk turunannya) pada 2018 tercatat naik sebesar 8% atau dari 32,18 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018. Peningkatan paling signifikan dicatatkan oleh produk biodiesel yaitu sebesar 851% atau dari 164 ribu ton pada 2017 menjadi 1,56 juta ton pada 2018.
Sementara nilai sumbangan devisa dari kelapa sawit pada 2018 diperkirakan mencapai US$20,54 miliar atau menurun 11% jika dibandingkan dengan nilai devisa 2017 yang mencapai US$22,97 miliar.
Hal ini salah satunya dipengaruhi harga rata-rata CPO yang menurun di angka US$595,5 per metrik ton atau menurun 17% jika dibandingkan dengan rata-rata harga pada 2017 senilai US$714,3 per metrik ton. (Medcom/OL-1)
Dalam upaya mendorong industri sawit berdaya saing dan ramah lingkungan, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) kembali menyelenggarakan Pertemuan Teknis Kelapa Sawit (PTKS) ke-9.
Kegiatan ini adalah salah satu upaya untuk terus mempromosikan peluang untuk pengembangan usaha perkebunan khususnya sawit.
KOMISI VI DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke salah satu sub Holding Perkebunan PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai ekspor Indonesia periode Januari hingga Mei 2025 mencapai US$111,98 miliar, naik 6,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
PT Astra Agro Lestari mendorong peran pemuda dalam mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kawasan perkebunan kelapa sawit.
Turunnya harga tersebut dapat memengaruhi semangat petani dan pekerja. Apalagi hal itu bisa berdampak beruk roda berekonomian warga sekitar.
Uni Eropa resmi mengesahkan salah satu paket sanksi paling keras terhadap Rusia.
PARA menteri luar negeri Uni Eropa pada hari ini WIB akan membahas sejumlah opsi tindakan terhadap Israel terkait perang di Jalur Gaza, Palestina.
SINYAL Presiden Prabowo Subianto mengajak klinik dan rumah sakit asing buka cabang di Indonesia muncul usai pertemuannya dengan Uni Eropa.
PEMERINTAH Indonesia menyambut baik kebijakan terbaru Uni Eropa (EU) yang mempermudah akses visa Schengen multientry bagi warga negara Indonesia (WNI)
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto menyambut positif tercapainya kesepakatan IEU CEPA.
Penyelesaian IEU-CEPA ditandai dengan penandatanganan dan pertukaran surat antara pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved